Pengalaman Pembelajaran Jarak Jauh Secara Daring

Terbaru309 Dilihat

Nama : Queena Berliana Putri

NIM : 21096

Tingkat : 1B

Mata Kuliah : Kewarganegaraan

Dosen : Pak Thamrin Dahlan

Pengalaman Pembelajaran Jarak Jauh Secara Daring

Halo semuanya perkenalkan nama saya Queena Berliana Putri, saya merupakan mahasiswi Akademi Keperawatan Polri. Saya akan menceritakan pengalaman saya selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pandemi Corona telah mengubah semua sendi kehidupan. Semua aktivitas dilakukan secara online, karena adanya larangan keluar rumah guna memutus mata rantai penyebaran virus yang telah menelan banyak korban. Konsep pendidikan juga berubah tadinya proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka, sekarang menggunakan berbagai aplikasi jejaring sosial.

Selama wabah corona menjangkit hampir di seluruh dunia pembelajaran secara dalam jaringan (daring) dianggap menjadi solusi kegiatan belajar mengajar. Meski berbagai instansi pendidikan telah menyepakati, cara ini menuai banyak kontroversi di masyarakat.  Karena kemampuan teknologi dan ekonomi setiap mahasiswa berbeda-beda. Tidak semua mahasiswa memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan belajar jarak jauh ini. Koneksi lemah, alat penunjang yang tidak mumpuni, dan kuota internet yang mahal menjadi hambatan nyata. Ini juga berlaku bagi para pendidik seperti dosen dan guru yang mengemban tugas negara.

Pengalaman pembelajaran jarak jauh yang saya rasakan dimulai saat saya memasuki dunia perkuliahan. Karena sebelumnya saya tidak pernah merasakan pembelajaran secara daring. Dimulai dari masa PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru), yang tadinya saat masa sekolah saya merasakan masa orientasi secara tatap muka, bertemu langsung dengan teman-teman baru, guru-guru, dan senior-senior secara langsung sekarang hanya bisa bertemu via aplikasi. Melakukan perkenalan dengan teman baru pun hanya lewat media sosial seperti WhatsApp.

Selama melakukan pembelajaran secara daring ada suka maupun duka yang saya rasakan. Suka nya yaitu, saya bisa terhindar dari penularan virus Covid-19 karena lebih sering berada di rumah. Jika ada pertanyaan yang tidak bisa saya jawab saya lebih leluasa menggunakan Handphone saya untuk mencari jawaban. Saya bisa sedikit bersantai, karena saya melakukan pembelajaran di rumah. Saya tidak perlu repot-repot untuk naik transportasi umum untuk pulang-pergi ke tempat kuliah.

Selain ada suka pasti ada duka, duka yang saya rasakan yaitu, saat jaringan WiFi di rumah saya mengalami masalah karena sedang mati listrik atau sedang hujan. Akhirnya saya harus menggunakan kuota internet dan kuota internet yang saya miliki harus banyak. Mata saya seringkali terasa lelah karena terlalu lama memandangi layar laptop saat sedang melakukan pembelajaran melalui Zoom. Tubuh saya juga merasa pegal-pegal karena berjam-jam harus duduk terus-menerus. Saat waktu istirahat tiba langsung saya gunakan untuk merebahkan tubuh saya ke kasur menghilangkan rasa lelah. Dan saat pembelajaran secara daring, saya harus lebih fokus agar materi-materi yang disampaikan oleh dosen-dosen saya bisa saya pahami.

Tugas-tugas yang ada pun sangat banyak, meskipun batas pengumpulan tugas lumayan lama, tetapi karena tugas yang banyak membuat saya merasa lelah. Saat saya mendapatkan tugas biasanya saya menyicil untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut, dan biasanya saya mengerjakan pada waktu malam hari. Karena di siang dan sore hari saya gunakan untuk membantu orang tua saya dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Dulu saat pembelajaran masih secara tatap muka saya lebih menyukai tugas kelompok daripada tugas individu, karena tugas kelompok bisa dikerjakan secara bersamaan saat pulang sekolah dan lebih cepat selesai. Tetapi pada saat ini mengerjakan tugas kelompok menurut saya jadi lebih menyulitkan, dikarenakan faktor jarak menjadi penghalang untuk berdiskusi secara langsung antar anggota kelompok. Jika berdiskusi secara daring, terkadang ada beberapa anggota kelompok yang tidak ikut serta untuk berdiskusi. Bukan karena mereka tidak mau mengerjakan tugas kelompok, tetapi karena mereka sedang ada urusan lain. Yang akhirnya terkadang menyebabkan timbulnya kesalahpahaman.

Suka dan duka adalah hal yang tak dapat terpisahkan di dalam kehidupan sehari-hari dan pasti akan selalu ada solusi disetiap rintangan dalam kehidupan ini. Meskipun banyak rintangan yang ada saat saya melakukan pembelajaran jarak jauh, sebagai seorang mahasiswa saya akan selalu melakukan pembelajaran jarak jauh dengan sungguh-sungguh. Karena ini merupakan proses pembelajaran yang harus saya lalui dan yang merasakan bukan hanya saya. Dan sebagai seseorang yang sedang belajar, saya harus siap dengan kondisi apapun yang akan terjadi dikemudian hari.

Harapan saya semoga wabah Covid-19 ini segera berakhir agar bisa melakukan aktivitas-aktivitas seperti dulu lagi. Dan saya berharap meskipun sekarang wabah Covid-19 masih ada, pembelajaran secara tatap muka (offline) tetap bisa diadakan walaupun tidak setiap hari dengan selalu menerapkan 5M dimanapun kita berada.

Sekian pengalaman pembelajaran jarak jauh dari saya, jika ada kata-kata yang tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan. Dan semoga para pembaca selalu sehat dan dijauhkan dari segala penyakit-penyakit yang ada. Terima kasih.

Tinggalkan Balasan