Sebagai sebuah organisasi, sekolah adalah organisasi yang sangat dinamis. Dipenuhi oleh sumber daya manusia yang punya banyak perbedaan. Perbedaan itu muncul karena kebutuhan masing-masing individu di sekolah. Seseorang akan melakukan sesuatu atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan merealisasikan keinginan yang menjadi cita-citanya. Maslow menyusun suatu teori tentang kebutuhan manusia yang bersifat hirarkis dan dikelompokkan menjadi 5 tingkat yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri.
Dewasa ini satuan pendidikan atau sekolah pada semua jenjang dan jenis dihadapkan pada persaingan mutu yang ketat, dan manajemen sekolah yang kompleks, sehingga pemahaman yang tepat tentang tujuan serta metode oleh setiap kepala sekolah untuk mencapai tujuan adalah amat vital. Kepala sekolah harus mengenal kebutuhan para guru dan profesional pendidikan lainnya. Kebutuhan itu bukan hanya kebutuhan guru sebagai manusia berdasarkan teori Maslow, tapi juga kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
Tugas dan fungsi kepala sekolah berdasarkan permendiknas No.30 tahun 2007 adalah sebagai Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Innovator, dan Motivator. Seorang kepala sekolah sebagai manager harus bisa mengenal dengan baik kebutuhan guru-gurunya. Kebutuhan guru sebagai seorang manusia biasa antara lain mengkonsumsi makanan yang bergizi, pakaian yang layak agar tidak membosankan jika dipandang oleh peserta didik (sebaiknya ada pembagian seragam guru), dan memilki tempat tinggal yang layak untuk dihuni.
Sedangkan kebutuhan para guru dalam menjalankan profesinya sebagai guru antara lain ruangan kerja yang diinginkan, kesempatan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan, menghilangkan hambatan profesional, dan sebagainya. Setelah mengenal dengan baik dan kemudian memetakan, maka kepala sekolah menyediakan kebutuhan tersebut untuk menyesuaikan perilaku yang berorientasi pada tujuan.
Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan yang harus memiliki dasar kepemimpinan yang kuat. Untuk itu, setiap kepala sekolah harus memahami kunci sukses kepemimpinannya.
Semua prinsip-prinsip manajemen sekolah termasuk pembinaan atau leading dapat diterapkan oleh kepala sekolah pada semua warga sekolah. Khususnya guru yang langsung berhubungan dengan peserta didik agar dapat mewujudkan tujuan organisasi secara akuntabel, efektif, efisien dan produktif. Untuk itu, kepala sekolah membutuhkan instrumen agar dapat menjelaskan berbagai aspek lingkungan sekolah dan kinerjanya, dalam mengamati perjalanan ke arah masa depan yang lebih baik.
Secara terminologis, pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas, serta pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Pembinaan dan pengembangan profesi guru berarti meningkatkan kualitas dan peningkatan pelayanan, dalam pembinaan dan pengembangan karier tenaga profesional kependidikan khususnya guru.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru yang dapat dilakukan adalah menyempurnakan pengembangan sistem yang terus menerus. Maka program yang harus dilalui adalah pengembangan profesional berbagai tenaga kependidikan dan guru melalui program in service (penataran atau pelatihan).
Teori pengembangan manajemen hubungan antar manusia, mendukung suatu pendekatan untuk pembinaan. Seorang kepala sekolah diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan terkini agar dapat membina guru dan stafnya secara maksimal, dalam rangka menghasilkan prestasi kerja yang berkualitas tinggi. Selain itu, seorang kepala sekolah harus memiliki kiat-kiat untuk membawa guru dan stafnya yang berbeda, agar dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan organisasi.
Untuk itu, seorang kepala sekolah harus lebih banyak mengetahui seluk beluk yang berhubungan dengan peraturan, kebijakan, prosedur atau standar, program atau perencanaan baru dalam organisasi. Kecerdikannya dalam memanfaatkan kemampuan memimpin sangat diperlukan. Pembinaan yang efektif dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan guru dan staf, dalam menciptakan keselarasan antara tujuan manajemen sekolah dan tujuan guru dan staf.
Sebagai fasilitator, kepala sekolah harus mampu membina guru dan stafnya agar dapat mengelola dirinya sendiri dalam kerja tim. Adapun tujuan pembinaan antara lain adalah:
- Mengkoordinir kegiatan guru dan staf pelaksana, agar kegiatan yang beragam terkoordinir pada satu arah atau satu tujuan.
- Memelihara hubungan atau komunikasi interpersonal antara pimpinan, guru dan staf melalui pembinaan yang diberikan atasan agar dapat “membantu guru melakukan perbaikan” sehingga dapat memahami yang diharapkan pimpinan.
- Mendidik atau memberikan tambahan pengetahuan/pengalaman bagi guru dan staf untuk “memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa”.
Karena itu kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, harus benar-benar arief mengambil kebijakan dalam tugas-tugas administratif, sebagai usaha memperkecil resiko atau kerugian dalam pelaksanaan manajemen pendidikan dibawah tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Kepala sekolah yang memimpin tanpa dengan ilmu kependidikan, yang hanya bermodalkan kekuasaan dan kedekatan dengan atasannya, serta kebiasaannya menakut-nakuti para guru dan murid untuk dikeluarkan jika tidak patuh padanya, selayaknya tidak menduduki jabatan kepala sekolah.