Sering terbetik dalam benak ini selarik pertanyaan “Mengapa seseorang itu mau melakukan sesuatu?” ini tentu ada faktor yang mendorong mereka melakukannya. Betul manusia itu mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, selalu memerlukan bantuan orang lain untuk mencapai keinginan dan memenuhi kebutuhan dirinya. Namun memang tidak mudah juga ketika orang lain ingin memberikan bantuan dengan niatan baik. Bisa diterima bisa juga tidak ditoleh. Setiap orang memiliki kesukaan yang berkenan bagi dirinya itu berbeda-beda.
Lalu kembali apa pasalnya seseorang itu mau melakukan sesuatu? Ketika seseorang mau melakukan sesuatu itu ada yang terkait dan berkenan dengan diri dirinya. Ini kodrat manusia yang tidak dapat dipungkiri, orang terutama tertarik pada diri mereka sendiri dan tindakannya diatur oleh pikirannya sendiri. Tindakan yang dilakukan terlepas dari baik dan buruk, terkait erat dengan hasrat untuk menjadi penting, hasrat untuk diakui. Hal ini perlu dihayati bila ingin terampil berhubungan dengan orang kemudian menggerakkannya untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. Pastikan untuk membuat seseorang merasa penting. Karena setiap orang ingin di ”Wongke” tidak diperlakukan sebagai bukan siapa-siapa (No body).
Memahami sifat kodrati ini yaitu mengetahui apa yang diinginkan seseorang dalam kehidupannya sehari-hari menjadi kiat penting bagi mereka yang ingin menjalin relasi manusiawi yang berhasil. Pengalaman para pakar yang berkecimpung sebagai motivator dan fasilitator, banyak menemukan kunci yang sekaligus landasan untuk berhubungan dengan orang lain dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup orang, keluarga maupun sosial. Beberapa kiat yang diterapkan antara lain:
Terampilah mendengarkan, ini kiat yang bisa terapkan ketika berkomunikasi dengan seseorang. Gagal mendengarkan apa yang dikemukakan seseorang yang dihadapi pada dasarnya membuat mereka merasa tidak penting dan merasa bukan siapa-siapa. Jadi cara terbaik membuat mereka merasa penting, dengarkan mereka. Dalam bahasa Inggris jelas dibedakan pengertian antara ”to hear dan to listen”. “To hear” telinga menangkap sesuatu yang berbunyi, sedangkan “to listen” berarti mendengar dengan penuh perhatian. Dalam bahasa Indonesia “menyimak” dan dalam bahasa Jawa “Nyemak” sedangkan dalam bahasa Sunda “Ngabandungan”. Karena seseorang yang terampil mendengarkan juga akan menjadi pembicara yang handal karena mereka pandai menyimak isi pesan yang disampaikan lawan bicaranya.
Kiat berikut yang dapat diterapkan adalah dalam pembicaraan gunakan nama lawan bicara atau panggilah dengan nama mereka, karena nama juga identitas yang mencerminkan jati diri seseorang. Meskipun ada kata-kata “What’s a name” apalah arti sebuah nama yang terkenal dari William Shakespear, namun kata-kata ini sering disalah pahami karena dilepas dari konteksnya dalam kisah “Romeo dan Juliet” ” Ini kata-kata Juliet kepada Romeo yang maknanya lebih kurang “ seandainya atau biar mau diberi nama apapun bunga mawar itu, harumnya tetap sama.” Juliet, dicegah menikahi Romeo karena perseteruan panjang antara keluarga mereka yang menyandang nama Montague dan Capulet. Bagi keluarga Juliet nama Romeo merupakan hal yang mengganjalnya untuk mendekati teruna yang dicintai dan menikah dengannya. Namun buat Juliet tidak penting nama Romeo itu yang penting dia adalah pribadi yang dicintainya setulus hati, seseorang yang penuh gairah dan pesona ia akan tetap harum mewangi dalam cintanya yang abadi. Orang akan merasa dihargai apabila dia dipanggil dengan namanya sendiri. Sebaik apapun julukan yg diberikan, orang akan tetap suka jika mereka dipanggil dengan nama mereka. Tentunya ketika orang tua memberikan nama bukan tanpa alasan. Ada harapan dan doa dibalik pemberian nama itu.
Kiat berikut perlu diterapkan. Seseorang patut mendapatkan pujian dan penghargaan. Karena itu berikan pujian dan hargailah mereka dengan hati yang tulus. Ketika seseorang harus menunggu buatlah orang yang akan bertemu itu tahu kehadiran mereka. Ini berarti sungguh menghargai dengan memperlakukan mereka sebagai seseorang yang di”wongke”. Ada pepatah Jawa yang berbunyi “Menang tanpa ngasorake”. Ungkapan tersebut memiliki arti bahwa mencapai apa yang kita harapkan, memenangkan suatu tujuan yang kita inginkan, haruslah tanpa merendahkan orang lain. Secara moderen filosopi ungkapan ini sama dengan “win win solution” dalam artian semua pihak memiliki hasil yang menguntungkan.
Ketika menghadapi sekelompok orang dalam perbincangan, perhatikan setiap individu yang ada di dalam kelompok itu. Berbagi pandang lewat kontak mata (eye contack) menunjukkan perhatian dan menghargai semua orang yang ada di dalam kelompok. Ini bahasa tubuh (gesture) yang cukup ampuh untuk membangun komunikasi secara non-verbal. Itu menjadi salah satu kiat ketika menjalin komunikasi ingin menggerakkan seseorang atau kelompok orang, melakukan apa yang diharapkan mencapai suatu tujuan di bidang apapun.(Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom)