LANSIA, USIA DERITA ATAU USIA INDAH

Terbaru124 Dilihat

”Usia Hanya Angka” ada yang mengatakan sebagai mitos. Kata ini sering muncul di media atau pun dalam percakapan-percakapan. Memang mitos diartikan sebagai cerita rakyat tradisional masa lampau yang dianggap oleh sang pencerita atau penganutnya benar-benar terjadi.Ditafsirkan dengan nuansi mistis atau gaib tentang alam semesta, asal-usul manusia, bangsa-bangsa dan sebagainya. Bagi sekelompok orang dipercaya dapat memberikan pedoman dan arah tertentu serta menanamkan dan mengukuhkan nilai-nilai budaya, pemikiran dan pengetahuan tertentu.

Usia memang dikaitkan dengan proses penuaan yaitu tahap terakhir dari kehidupan. Dalam proses ini ada penurunan fungsi biologis padasel-sel, organ tubuh semua mahluk hidup. Terjadi secara bertahap mengikuti bertambahnya usia. Jadi tidak heran dalam candaan sering dikatakan lansia itu susah ingat cepat lupa. Dalam budaya Jawa ada selorohan ”Wong tuo iku ngantukan, ngentutan, ngambekkan” itu hal-hal alami yang sering dijumpai pada para usia lanjut. Tetapi ada juga peribahasa yang berbunyi”Tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi” yang lebih berkonotasi negatif, dikatanan bagi orang tua yang tidak tahu diri dan bertingkah laku seperti anak muda.

Kapan seseorang disebut lansia? Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang sejalan dengan definisi Kementerian Kesehata RI orang dengan usia 60 tahun ke atas disebut lanjut usia (Lansia). Lansia ini oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dirinci lagi dalam kelompok-kelompok usia. Ada lansia muda berusia 60-69 tahun, Lansia Madya usia 70-79 tahun, dan kelompok usia 80 tahun ke atas dinamakan lansia tua. Ada beberapa faktor yang memengaruhi atau mempercepat mempercepat proses penuaan tduantaranya paparan sinar matahari berlebih, stres, pola makan buruk, merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan kurang tidur. Pola hidup tidak sehat ini dapat merusak sel-sel tubuh serta terjadi pengurangan produksi kolagen, yang kesemuanya mempercepat munculnya tanda-tanda penuaan pada seseorang.

Tidak dapat dipungkiri umumnya lansia sudah dianggap lemah, tidak lagi produktif dan sebagainya. Terkesan memasuki usia ini seolah-olah memasuki masa derita yang bisa berkepanjangan dalam sisa hidup seseorang. Pasalnya masalah yang dihadapi memang banyak. Salah satunya soal makan. Kalu bicara soal makan ini ngeri-ngeri sedap kata anak Medan. Sebenarnya masalah makan bisa muncul kapan saja, pada usia berapapun. Karena masalah itu diartikan sebagai kesenjangan antara kenyataan dengan apa yang diharapkan, tidak ”maching” istilah gaulnya.

Nah, makan ini terkait dengan selera. Selera itu unik, setiap individu berbeda tentunya. Banyak faktor memengaruhinya, ada pola makan, kebiasan, pengaruh lingkungan dan keluarga, budaya adat istiadat bahkan persediaan bahan pangan dalam keluarga dan lingkungan. Ada pepatah China Kuno tentang selera ini. Dikatakan oleh seorang kaisar dinasti Ming:”Lebih mudah merubah satu dinasti dari pada merubah selera makan”. Kalau indra perasi tidak bersahabat lagi dengan makanan tentu tidak akan masuk ke dalam mulut. Itu pertama dan utama.

Kalau makanan sudah tidak masuk tentu mengundang masalah dan kawan-kawannya yang lain. Makanan pasti harus dimasukkan lewat cara lain. Cara ini dinamakan ”Sonde” serapan dari bahasa belanda. Para Dietisen di Rumah Sakit kini lebih mengenalnya dengan istilah NGT (Naso Gastric Tube). Nakanannya dalam bentuk cair, Makanan cair yang cocok untuk lansia susu, jus buah atau sayur, kaldu, dan makanan yang dihaluskan. Ini pun harus dilakukan oleh tenaga terlatih, dan tentu tidak mudah karena jika orang yang diberi masih sadar dan tidak berkenan, nungkin selangnya akan dicabut sendiri.

Gangguan makan pada lansia ini memang banyak. Ada ka bijak yang berbynyi:”Life begins at 40”. Itu satu kiasan untuk menunjukkan seseorang memasuki masa-masa puncak produktif dalam hidupnya. Kenyataannya begitu memasuki usia 40 tahunan tubuh kita ini mulai kehilangan massa otot sekitar 30-40%.Kehilangan massa otot disebut atropi otot atau sarkopenia. Otot-otot menciut, yang tadinya kekakar jadi koyor-koyor. Ini tentu perlu tambahan asupan protein. Dalam praktiknya dianjurkan antara 1-1.2 gr/kg berat badan. Pokoknya diatur 50% lebih banyak dari waktu muda.

Ok, katakana menu ,akanan bisa diatur dengan bagus,…eh…mulut dan gigi geliginya bermasalah. Juka mulut penuh bakteri indra perasa sudah lagi tidak optimal mengenal rasa. Makanan yang menurut kita lezat, di lidah lansia tidak lagi melekat. Belum lagi sembelit bisa mendadak membelit. Konstipasi bahasa kerennya. Gerak peristaltik usus melambat/melemah. Ini perlu dibantu makanan berserat sehingga pencernaan tertolong untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan yang dicerna dalam lambung.

Nah, masalahnya lagi kalau gigi geligi sudah menurun fungsinya, susah dipakai untuk mengunyah. Makanannya harus dipilih mengandung serat yang larut dalam air (soluble fiber) dalam bahan makanan yang lunak seperti agar-agar. Kalau diberi bahan makanan berserat yang tidak larut dalam air (insoluble fiber) dipilih dari buah berdaging lunak seperti papaya dan sejenisnya. Juga makanan harus mudah dicerna, tidak merangsang seperti pedas, asam. Lemak, Gula dan Garam (LGG) sudah harus dibatasi. Kadar air dalam tubuh harus dijaga dengan minum secukupnya agar tidak terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan.

Meski pada umumnya lansia dianggap masadianggap penuh ”derita” tetapi kenyataannya ada juga yang tetap sehat dan bahagia. Guinness World Records mencatan di tahun 2025 ini ada seorang Wanita asal Brazil akan mencapai usia 120 tahun dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa mengonsumsi obat apapun. Banyak juga orang-orang yang masih sehat, aktif, berprestasi di usia senjanya. Ambil contoh Joe Bidden menjadi presiden Amerika Serikat pada usia 78 tahun, Ronald Reagan 77 tahun dan banyak lagi.
Lalu apa rahasianya? Ini tentu tidak terlepas dari kualitas gizi mulai dari janin sampai usia remaja dan berlanjut di hari tua. Selain menerapkan pola makan sehat yang cukup mendapat asupan bersumber dari bahan-bahan makanan bernilai gizi tinggi seperti protein dari daging tak berlemak atau ikan, vitamin dan mineral diantaranya vitamin B6, B12, Kalium, Kalsium dari sayur dan buah-buahan karena berperan dalam menjaga keseimbangan cairan, mendukung fungsi otot dan saraf, serta menjaga kesehatan jantung dan ginjal.

Jangan lupa juga aktif berolah raga. Berjalan kaki, atau bersepeda selama minimal 30 menit setiap hari, yoga, merupakan olah raga yang dianjurkan bahkan menari. Jangan lupa cukup istirahat 7-8 jam semalam, hindari cafein di sore atau malam hari, mandi air hangat sebelum tidur. Jaga kesehatan mental dan emosional, periksa kesehatan secara rutin. Bersosialisasilah dengan teman-teman seusia untuk menjalin hubungan baik dan ceria. Banyak orang melatih ingatan agar tetap kuat dengan mengisi teka-teki silang, membaca dan menulis. Last but not least kelola stress dengan baik. Pastikan pilihan usia lanjut menjadi usia indah bukan usia derita.(Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom)

Tinggalkan Balasan

1 komentar