MENCETAK PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN ORGANISASI

Terbaru118 Dilihat

Dalam organisasi ada pemimpin (leader) yang di dalam dirinya melekat sifat kepemimpinan (leadership). Ada memang pemimpin yang memiliki kepemimpinan secara alami. Tetapi dalam kenyataannya pemimpin dengan kepemimpinannya dapat juga dibentuk atau dicetak dengan apa yang dialami dan dilewati melalui berbagai peristiwa yang menjadikan seseoran sarat dengan pengalaman yang melekat.

Tak dapat pungkiri pula suatu organiasi perlu pemimpin yang memiliki kepemimpinan yang mumpuni. Apa sebab? Ada beberapa hal yang terkait dengan itu. Pemimpin diperlukan untuk memberi arah dan memastikan semua anggota bekerjasama dalam satu tim mencapai tujuan yang sama. Tanggungjawab mengelola sumber daya organisasi yang meliputi anggota, amggaran dan teknologi yang dibutuhkan serta mengambil keputusan yang tepat guna mencapai tujuan, berada ditangannya. Selain itu pemimpin memberikan peluang atau kesempatan bagi anggota untuk dapat lebih mengembangkan kompetensinya yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampian yang dimiliki, bahkan memperolah hal-hal baru sesuai dengan kenutuhan pekerjaan yang dilakukan.

Pemimpin yang efektif tentu meningkatkan hasil kerja anggotanya. Ia memotivasi dan mengurangi koflik yang terjadi. Meski telah dikemukakan ada pemimpin yang memiliki kepemimpinan secara alami, tetapi sejatinya kepemimpinan yang memiliki sifat kepemimpinan yang handal dapat dibentuk. Dengan demikian dikenal ada beberapa tipe atau gaya kepemimpinan.

Ketika seorang pemimpin mampu menginspirasi dan mengubah pengikutnya, ia dikatakan sebagai pemimpin dengan tipe transformasional. Ini pemimpin dengan kepemimpinan yang mampu membagi berbagai pemikiran kepada anggota atau pengikut dalam organisasinya serta memicu intelektual dengan baik. Pikirannya terbuka untuk menerima ide kemudian memberi umpan balik yang konstruktif dan lebih memposisikan diri sebagai mentor. Tangguh menghadapi situasi rumit serta menggerakkan organisasi menjadi organisasi yang ”agile” dalam artian mampu bergerak dengan cepat dan mudah, atau cara yang berpikir fleksibel dan adaptif terhadap perubahan. Suatu kemampuan untuk berpikir dengan cara yang cerdas (smart). Namun gaya kepemimpinan ini tidak cocok untuk diterapkan pada organisasi yang baru atau dibentuk hanya untuk melaksanakan suatu program khusus. Contoh konkrit yang sedang dihadapi saat ini adalah Program Makan Bergizi Gratid Anak Sekolah (MBGAS). Memang lebih mengena gaya pemimpin yang diterapkan adalah gaya pemimpin transformasional. Dalam kurun waktu relatif singkat program harus terlaksana mencapai target yang ditetapkan.

Ada tipe atau gaya kepemimpinan Transaksional. Ini gaya yang menggunakan insentif dan hukuman untuk memotivasi bawahannya. Fokusnya pada pertukaran antara pemimpin dan bawahan. Terlihat gaya kepemimpinannya memberi arahan serta menitik beratkan pada perilaku untuk membimbing pengikutnya. Ia menerapkan insentif bagi anggotanya yang berprestasi dan memberi hukuman pada yang kurang atau tidak berprestasi. Hal ini dikenal juga dengan nama ”Carrot and stick” atau ”reward and punishment” berdasarkan kinerja bawahannya. Dalam bekerja seorang pemimpin bergaya transaksional menciptakan kerangka kerja yang jelas dan transparan untuk organisasi/lembaga dan anggota yang dipimpinnya. Efektif dalam situasi kritis dan darurat. Ini kelebihan dari tipe kepemimpinan tersebut. Namun ada dampak yang menjadi kelemahannya yaitu bawahan atau anggota menjadi sangat bergantung pada insentif. Juga karena terlalu terfokus pada tugas maka dapat menghambat kreativitas dan inovasi. Pemberian hukuman dapat menyebabkan ketidakpuasan yang memunculkan konflik diantara anggota organisasi. Gaya kepemimpinan seperti ini sedikit mengabaikan pengembangan jangka panjang dan pertumbuhan pribadi anggota.

Lain halnya dengan tipe kepemimpinan partisipatif. Seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk memotivasi dan melibatkan anggota dalam lingkup organisasi. Tipe ini bermanfaat karena dapat meningkatkan rasa percaya diri dan keamanan psikologis anggota organisasi serta meningkatkan inovasi dan kinerja, meningkatkan kreativitas serta kualitas pengambilan keputusan, membantu anggota organisasi mengembangkan keterampilan pemecahan maslah. Tetapi jika diterapkan untuk memimpin organisasi menghadapui situasi darurat ataukritis akibat beda pendapat yang tajam diantara anggota atau tekanan situasi dariluar yang mengancap keberlanjutan organisasi, gaya kepemimpinan ini tidak cocok, karena proses pengambilan keputusan sebagai solusinya lambat berlarut-larut. Terlebih organisasi pasif dan kualitas anggotanya rendah tentu menghambat alur kerja. Ujung-ujungnya membuat anggota organisasi tak bersemangat bahkan bisa saja frustasi.

Salah satu upaya meningkatkan kepemimpinan yang sering dilakukan adalah melalui pelatihan (Leadership Training). Jika dilakukan lewat pelatihan perlu disadari hakikat dari pelatihan yang pada dasarnya meningkatkan kompetensi yang mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) dalam waktu tertentu dan umumnya relatif singkat. Terkait kepemimpinan ini tentu pelatihan yang dirancang bobotnyalebih pada aspek afektif dan psikomotorin (sikap dan keterampilan). Untuk ini perlu diterapkan metode yang sesuai, metode-metode belajar melalui praktik atau setidaknya melalui proses mensimulasikan atau mendemonstrasikan keterampilan-keterampilan yang ingin ditingkatkan. Sering ditemukan dalam menyusun kurikulum dan satuan pembelajaran suatu pelatihan, dalam penerapannya lebih banyak menggunakan metode-metode yang kurang bahkan tidak sesuai dengan tujuan pelatihan yang ditetapkan. Semisal pelatihan kepemimpinan (leadership Training). Penguasaan kepemimpinan tidak cukup hanya dengan menggunakan metode yang hanya banyak menyentuh aspek kognitif seperti ceramah, tanya jawab, curah pendapat, diskusi dsb. Studi-studi kasus, simulasi atau pun bermain peran sertsa permaianan (games), out-bond dan metode lain yang terkait dengan kepemimpinan perlu mewarnai pelatihan yang diselenggarakan.

Di lingkungan Perusahaan atau organisasi terkemuka di tanah air program pengembangan talenta-talenta yang dimiliki kandidat yang akan diorbitkan menjadi pemimpin dari dalam organisasi gizt dilakukan. Menyitir istilah majalah SWA yang dalam buku yang diterbitkan dengan judul ”Leaders Factory” upaya yag dilakukan pada dasarnya program pengembangan talenta-talenta terbaik untuk menjadi pemimpin. Sering juga program ini disebut dengan “Leadership Development” atau “Talent Development” yang merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi dan praktik “Human Capital Management” atau “Talent Management”. Diyakini bahwa mencetak kader pemimpin merupakan bagian dari keunggulan organisasi atapun perusahaan. Disadari pula bahwa keberlangsungan organisasi dalam jangka panjang sangat bergantung kepada kemampuan menyiapkan kader-kader pemimpin (kandidat suksesor) yang siap menggantikan peran para pendahulu (predecessor). Tak sedikit organisasi yang pamornya meredup bahkan terbenam hilang ditelan zaman karena terlalu bergantung pada sosok pemimpin tertentu dan gagal melakukan suksesi kepemimpinan. Memang organisasi tetap diperhadapkan pada tantangan dan masalah yang beragam. Di sini letak pentingnya mencetak kader-kader pemimpin demi keberlanjutan organisasi.

Memang rasanya tidak ada yang menyangkal jika dikatakan maju atau tidaknya suatu organisasi sangat bergantung kepada pemimpinnya. Namun demikian penting bagi suatu organisasi merekrut, mengembangkan dan mempertahankan orang-orang yang memiliki potensi bagus. Karena mereka inilah yang bisa dibina menjadi kader-kader pemimpin organisasi. Tantangan ke depan yang dihadapi organisasi profesi semakin berat keunggulan kompetititif dengan berbagai organisasi profesi sejenis perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan dengan mencetak kader-kader pemimpin yang unggul karena ketersediaan anggota yang memiliki talenta-talenta unggul membantu organisasi untuk lebih maju dan berkembang. Tentu saja faktor ketertarikan untuk bergabung dalam organisasi profesi ini harus ditumbuhkan sejak awal dibarengi dengan menjamin kesejahteraan anggota harus menjanjikan. Karena organisasi yang memiliki kemampuan mencetak calon-calon pemimpin lebih siap menangkap setiap peluang yang muncul baik saat ini maupun masa yang akan datang.

Tinggalkan Balasan