Menarik menyimak paparan seorang Ahli Gizi yang ternyata juga seorang pelari jarak jauh atau Maraton. Betapa tidak jika dilihat penampilannya ia seorang wanita dengan perawakan kecil tapi padat berisi. Usianya pun dapat dikatakan tidak muda lagi tapi masih dalam rentang usia produktif. Ia bisa menempuh jarak sejauh 42,195 kilometer (km) dan sudah cukup banyak ”event-event” tingkat nasional yang diikutinya. Guna menempuh jarak sejauh itu tentu memerlukan kondisi fisik dan mental prima.
Bagaimana cara mengatur kondisi fisik dan mental yang prima agar pada saat berlomba seorang pelari itu mampu mencapai garis finis dengan keadaan yang masih tetap bugar? Tentu ada pengaruh faktor teknis dan non teknis. Beberapa tips pribadi yang dilakukan sang pelari untuk menyiapkan kondisi fisiknya dapat diserap dan diterapkan khususnya bagi para pencita olah raga lari tidak saja untuk jarak jauh tetapi para pelari pada umumnya.
Faktor gizi tentu tak dapat dipungkiri banyak mendukung dengan pasti. Secara umum diatur melalui pola makan yang baik serta ditanamkan dengan disiplin tinggi. Pola makan sehari-hari tentu diatur dengan mengonsumsi bahan makanan bernilai gizi tinggi. Itu didapat dari asupan bahan makanan sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan cairan secara seimbang serta istirahat yang cukup.
Tahapan makan pun diatur dengan menyesuaikan jadwal apakah memghadapi suatu lomba atau latihan biasa. Pengalaman sang pelari Ahli Gizi ini ia mempersiapkan diri jauh sebelum akan mengikuti suatu ”event” lari Marathon, lebih kurang selama 6 bulan. Makanan yang dikonsumsinya pun dikatakan ”clean” dalam artian dalam jumlah dan zat-zat gizi yang seimbang. Terutama bahan makanan sumber lemak, gula dan garam jangan sampai berlebihan.Selesai lomba, lidah boleh kembali dimanja dengan makanan favorit. Tetapi ”recovery” atau pemulihan kembali otot-otot yang bekerja keras selama berlari dalam jarak jauh itu harus segera pula dilakukan. Ini dapat dilakukan dengan olah raga yoga misalnya, selain memulihkan fisik jua meningkatkan semangat spritual dan mental.
Secara umum bagi para pelari ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan diantaranya:
Dianjurkan 2-3 jam sebelum berlari perut harus diisi. Tentu saja dengan bahan makanan sumber karbohidrat kompleks yaitu jenis karbohidrat yang rantai gulanya panjang dan membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna tubuh seperti nasi, oat, sereal multigrain,kentang, pisang dan sebagainya dalam jumlah tertentu. Meski perlu diingat jumlah ini pada setiap individu dapat berbeda. Bahan-bahan makanan ini dampaknya memberikan energi secara bertahap dan lebih mengenyangkan, serta kaya serat, vitamin, dan mineral. Setidaknya asupan itu berkisar antara 200-500 kalori. Hindari makanan berlemak, berserat tinggi, dan makanan yang mengandung gas.
Lalu bagaimana pada saat berlari? Begitu seseorang mulai berlari darah yang mengalir dialihkan dari sistem pencernaan ke otot-otot yang sedang bekerja, sehingga lebih sulit untuk memecah makanan dalam jumlah besar. Makan berat sebaiknya dilakukan di sekitar waktu makan siang dan kurangi di malam hari. Jika menempuh jarak jauh, asupan karbo hidrat diatur setiap jam dengan menggunakan minuman oleh raga, makanan yang praktis dapat dikunyah sambil berlari. Asupan cairan perlu dijaga tetap seimbang, cairan yang keluar melalui keringat tetap perlu diganti sehingga jumlah yang keluar dari tubuh sama dengan yang dimasukkan. Demikian juga dengan setelah berlari minumlah minuman olahraga dan gel serta air putih, penuhi asupan vitamin dan mineral, terutama kalsium dan vitamin D. Pada intinya pelari perlu mengatur asupan gizi yang tepat untuk meningkatkan performa, menjaga kesehatan, dan mengurangi risiko cedera.
Maraton kini sudah menjadi salah satu cabang atletik yang dipertandingkan atau dilombakan. Lari Maraton bermula dari kisah masa lalu dalam perang bangsa Yunani dan Persia. Peperangan ini dikenal dengan ”Battle of Marathon” yang terjadi di arena pertarungan bernama Marathonas. Pertarungan sengit terjadi di arena itu . Alkisah ketika Yunani meraih kemenangan, berita gembira ini harus segera disampaikan. Maka diutuslah seorang laskar bernama Pheidippides menyampaikan berita itu dengan berlari dari Marathonas menuju Sparta di Athena sejauh 150 mil (sekitar 240 km). Namun sayang Pheidippides meninggal setelah misi kemenangan tersebut disaampaikan. Kemudian masyarakat Yunani mengenang jasa prajurit heroik itu dengan mengadakan perlombaan lari jarak jauh dengan jarak 24 mil atau 40 km di ajang Olimpiade modern pertama yang diadakan di Athena pada tahun 1896.
Di Olimpiade kuno yang diadakan dari tahun 776 SM hingga 261 M, lari jarak jauh ini sebenarnya sudah ada, Tetapi jarak terpanjang yang ditempuh saat itu kurang dari 5 km. Tetapi sejatinya manusia pernah berlari lebih jauh dari jarak maraton. Bagi manusia purba sebagai seorang pemburu, salah satu modal utamanya adalah staminanya. Dengan stamina tinggi ia akan membuat mangsanya kelelahan. Dalam keadaan lemah itu hewan buruan ditaklukkan.
Raja Taharka dari Mesir melembagakan lomba lari jarak jauh khusus untuk menjaga pasukannya tetap prima. Kemampuan berlari dianggap sebagai keterampilan militer yang diandalkan dan mutlak dimiliki. Jaraknya yang harus mampu ditempuh oleh setiap prajurit sekitar 100 km, yang saat ini dipertandingkan sebagai ajang lari “jarak jauh” yang di standarkan. Kini lomba lari itu dihidupkan kembali dan dinamakan sebagai “100 km Firaun”. Dilaksanakan dari piramida Hawara di El Faioum hingga piramida Sakkara di barat daya Kairo. Banyak lagi kisah tentang lari jarak jauh ini yang dapat digali dari kisah-kisah berbagai negeri.(Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom).