MEYAKINKAN ORANG, JANGAN PERNAH MENYERAH

Terbaru52 Dilihat

Ketika kita berbicara menyampaikan suatu informasi atau suatu hal untuk membuka wawasan agar orang memahami apa yang disampaikan, yakinkah juga kita bahwa ia meyakini apa yang kita sampaikan? Dua kemungkinannya Ya atau TIDAK. Bahkan bisa saja seseorang yang diajak berbincang itu bersikap skeptis yaitu sikap mental yang suka meragukan segala sesuatu, tidak mau menerima dengan mudah apa adanya, dan selalu meragukan sesuatu jika belum ada bukti yang jelas. Hal ini terkadang membuat kita pun terpengaruh dirundung kecewa dan ketidak puasan. Lalu mengapa juga ada orang yang ketika berbicara, lawan bicaranya dapat begitu percaya dan yakin dengan semua apa yang disampaikan, bahkan kemudian mau menerapkannya dalam perilaku kehidupan sehari-hari?

Sekali lagi mengapa hal itu dapat terjadi? Ini tak lain dan tak bukan berkaitan dengan soal kemampuan berkomunikasi. Jika di bedah soal komunikasi dalam suatu interaksi antara dua individu atau lebih tentu hasil akhir yang diharapkan tercapai ya kesamaan makna terhadap isi pesan yang disampaikan. Istilah gaulnya orang itu ”relate” serapan kata dari bahasa Inggris yang berarti memahami atau merasakan pengalaman yang sama serta berkenan. Isi pesan yang disampaikan itu memang penting, tetapi bagaimana menyampaikannya serta formulasi kalimat yang digunakan juga menentukan hasil yang diinginkan.

DR.Robert Newton Anthony seorang ahli teori organisasi Amerika, dan profesor pengendalian manajemen di Harvard Business School , terkenal melalui karyanya di bidang sistem pengendalian manajemen. Ia memberikan pendekatan baru yang sederhana namun mempunyai pengaruh kuat terhadap kemampuan berkomunikasi. Teknik-teknik persuasi yang efektif (Magic Power of super persuasion) itu salah satu buku yang ditulisnya terutama bagi mereka yang ingin menjadi seorang “negosiator” handal. Teknik-teknik yang disarankan untuk memiliki keterampilan negosiasi yang efektif.

Hasil penelitian Melon Foundation membuktikan bahwa 85% keberhasilan melakukan persuasi untuk meyakinkan seseorang terhadap hal yang disampaikan, bergantung kepada kemampuan untuk berkomunikasi. Hanya 15% bergantung kepada keterampilan teknis. Seorang komunikator yang sukses tangguh dalam menghadapi berbagai situasi ketika berinteraksi dengan orang lain. Ia pun mampu menyampaikan gagasan-gagasan atau pemikirannya, didasarkan kepada kemampuan memahami orang lain dengan baik dan menerapkan teknik-teknik persuasi dengan efektif. Kemampuan untuk meyakinkan orang lain agar mempercayai, mengikuti, dan bekerjasama merupakan sarana yang kuat untuk mencapai suatu keberhasilan. Bagaimana melakukan suatu persuasi? Yang perlu dipahami terlebih dahulu itu persuasi bukanlah suatu manipulasi melainkan menciptakan lingkungan yang tepat untuk gagasan-gagasan yang akan disampaikan. Kemudian menyampaikannya denga teknik-teknik komunikasi yang efektif. Ini dapat dipelajari dan ditiru dari tokoh-tokoh handal dan terkenal. Kebanyakan dari tokoh-tokoh itu mampu membangun rasa senang, mengasyikkan. Ramah serta menunjukkan empati dan perhatian yang besar terhadap lawan bicaranya, menatap dengan lembut dan memperhatikan lawan bicaranya. Itu kualitas-kualiatas yang perlu dikuasai.

Bagaimana memulai upaya persuasi ini. Langkah mula-mula tentu harus merencanakannya dengan baik. Modal awalnya adalah rasa “pede” alias percaya diri dan ketenangan. Persuasi hebat dimulai dari sini. Percaya diri diartikan sebagai sikap positif yang membuat seseorang yakin pada kemampuan dan kelebihannya. Percaya diri juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar. Ini dapat diterapkan pada saat kita berbicara dengan seseorang dan menaruh kepercayaan, maka kita akan membawa diri penuh rasa “Pede” dan bercakap-cakap dengan akrab.

Ada empat hal yang tercermin dari seseorang yang penuh percaya diri. Pertama imajinasi yang kuat. Ia membayangkan dirinya menjadi orang yang diinginkannya serta membebaskan diri dari pikiran yang mengikat keadaanya saat itu. Kedua memiliki komitmen-komitmen yang menyatakan dirinya akan melakukan suatu hal sampai apa yang diinginkan. Ambil contoh seorang bayi, Kapan ia belajar berjalan ya sampai ia melakukannya dengan melangkah. Henry Ford pendiri Ford Motor Company mengatakan ”jika anda berpikir bahwa anda dapat atau tidak dapat anda benar” Berhati-hatilah dengan apa yang anda bayangkan tentang keberadaan diri anda sendiri, karena banyak bukti ilmiah yang menunjukkan tentang prestasi yang digapai seseorang didukung oleh gambaran mental orang tersebut. Gambaran mental ini lebih dari apapun menentukan prestasi yang dicapai. Hal ini terkait dengan otak yang ibarat satu sistem penuntun otomatis yang mengendalikan mental terhadap citra diri yang dimasukkan kedalamnya. Pikiran bawah sadar akan mendorong maju atau justru mennghambat kemajuan itu. Kalau dalam istilah komputer mungkin ini dikenal dengan istilah GIGO (Garbage in, Garbage out) kalau sampah yang dimasukkan, keluarnyapun sampah. Dengan kata lain dapat dikatakan jika pikiran-pikiran baik yang dimasukkan, akan menghasilkan hal-hal yang baik. Terkait hal tersebut, ada pakar yang menganjurkan untuk mengurangi atau menghidari terpaan media terutama media sosial dengan konten-konten negatif karena ini akan mengisi otak dengan hal-hal yang tidak baik. Secara psikologis ini merupakan deposit mental seseorang yang sewaktu-waktu akan mencuat dan terlontar secara negatif ketika ada stimulan atau rangsangan dari luar. Demikian pula jika selalu diisi dengan hal-hal positif akan menghasilkan hal-hal baik.

Karena itu tegaskan selalu dalam diri ”aku akan berhasil”. Ini merupakan ketetapan hati dan jangan pernah menyerah. Wiston Churchill seorang politikus, perwira militer, dan penulis Britania Raya, Perdana Menteri Britania Raya dari tahun 1940 hingga 1945. Ia memimpin Britania meraih kemenangan dalam Perang Dunia Kedua, dan menjabat lagi dari tahun 1951 hingga 1955. Dalam salah satu pidatonya ia mengatakan “Never, Never, Never, Give Up” Jangan pernah, jangan pernah, jangan pernah menyerah. Bung Karno pun mengatakan “Jika kita mempunyai keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu-membahu mewujudkannya.” Ini kunci dari suatu keberhasilan untuk meyakinkan apa yang kita inginkan dalam mendukung seseorang mencapai keinginannya.

Persuasi yang hebat itu terjadi pada empat menit pertama. Empat menit pertama ini penting untuk membentuk kesan yang baik. Pada rentang waktu inilah perhatian dan kekuatan retensi seseorang berada pada puncaknya atau tingkat yang paling tinggi. Jika orang tidak cepat tertarik, tidak menyukai apa yang mereka lihat dan dengar di menit-menit awal ini maka mereka tidak akan memperhatikan lagi kata-kata yang digunakan untuk menunjukkan opengetahuan atau sekalipun wibawa si pembicara. Orang akan membidik tepat kearah apa yang mereka lihat. Tentu saja pertama itu penampilan fisik si pembicara. Kemudian ekspresi wajah, kontak mata, gestur atau bahasan dan gerak tubuh, dan banyak lagi pesan yang tersampaikan melalui komunikasi non-verbal ini setidaknya 55% dari seluruh pesan yang disampaikan. Baru kemudian memperhatikan apa yang mereka dengar meliputi ciri khas suara, volume, intonasi, dialek, kecepatan berbicara, artikulasi, dan sebagainya. Terlalu banyak menyampaikan pesan secara verbal atau kata-kata akan mengurangi ketertarikan kepada isi pesan yang disampaikan karena kata-kata ini hanya mendukung 7% dari isi pesan yang disampaikan. Telah disampikan terdahulu ketertarikan muncul diwaktu relatif singkat 4 menit dari apa yang dilihat dan apa yang didengar. Jadi ”Strike first and strong” penyampaian isi pesan pertama menentukan keberhasilan selanjutnya.

Karena itu seseorang yang terampil meyakinkan orang mampu melakukan penyeimbangan. Ini suatu teknik memposisikan pembicara dengan lawan bicaranya guna membuat kesan-kesan dan mengembangkan hubungan yang baik dalam suatu interaksi. Imbangi suasana hati dan bahasa tubuh, kecepatan berbicara, volume, intonasi-intonasi, karena itu semua isyarat yang dipancarkan untuk menyakinkan orang mempercayai dan meyakini apa yang disampaikan oleh si pembicara. Karena itu pahamilah latar belakang orang yang akan diajak berkomunikasi dengan baik. Dengan demikian dapat menarik minat seseorang terhadap apa yang disampaikan.

Hal yang sering dijumpai ketika ada yang mengajak bicara terlebih orang yang baru berjumpa atau dikenal, ada hambatan psikologis seperti takut, kesal ingin cepat menghindar dan sebagainya. Perasaan seperti itu didasarkan pada berbagai hal misalnya pengalaman sebelumnya yang kurang mengenakkan, atau tata cara ketika bertemu tidak sesuai dengan kebiasaan atau adat istiadat yang melatarbelakangi seseorang. Hasil penelitian menunjukkan hal itu diperkuat oleh pikiran-pikiran atau perasaan terancam ketika dirasakan sebagai suatu tekanan terhadap pendiriannya. Tentu hal ini harus dihindari. Salah satu caranya terimalah dan akui emosi-emosi seseorang yang muncul itu adalah wajar dan tidak aneh dalam segala keadaan. Tunjukan sikap bahwa kita memahami keadaan itu. Sabar itu menjadi kunci utama tetapi berusahalah menyampaikan bahwa kita memerlukan informasi yang lebih banyak yang dimiliki orang yang kita ajak demi kebaikan mereka. Tidak mudah memang namun berarti bukan tidak mungkin dilakukan. Karena itu ”Never, never. Never give up” jangan pernah menyerah…(Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom)

Tinggalkan Balasan