MANUSIA KOMPUTER ATAU KOMPUTER MANUSIA

Terbaru95 Dilihat

Seorang mahasiswa dengan bangga menunjukkan hasil karya tulisnya. Ketika ditanya bagaimana ia dapat menghasilkan tulisan sebagus itu, senyum tipis menghias sudut bibirnya. Jawabannya singkat:”Ada AI” alias Artificial Intelegence. Itu teknologi yang memungkinkan komputer dan mesin mensimulasikan kecerdasan manusia, memecahkan masalah dan melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan intelektualitas manusia. Pola pikir manusia mampu ditiru lewat teknologi canggih ini.

Dimulai pada tahun 1980an dengan munculnya internet dan komputer pribadi maka teknologi mekanik dan analog tergeser oleh teknologi digital. Sejak itu dimulailah era digitalisasi, masa teknologi digital, terutama internet dan komputer mendominasi berbagai aspek kehidupan serta memungkinkan akses informasi dan komunikasi yang cepat dan mudah.

Luar biasa memang kemajuan dan perkembangan teknologi. Namun setidaknya terbersit juga rasa kuatir adanya ancaman dalam kehidupan pendidikan bagi generasi muda.Kekuatiran akan sikap dan perilaku serba instan, tanpa upaya dan kegigihan berjuang untuk mencapai hasil merebak. Bagi Indonesia bagaimana nasib generasi emas yang kelak diharapkan mengisi Indonesia emas. Mudah-mudahan itu hanya kekuatiran yang tidak akan jadi kenyataan. Pasalnya dominasi era digitalisasi, yang ditandai dengan internet dan teknologi digital yang semakin mengkooptasi kehidupan, membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek, mulai dari komunikasi, ekonomi, politik, hingga sosial. Juga menghadirkan tantangan baru badi berbagai industri, termasuk media sendiri. Persaingan di segala bidang semakin ketat, menuntut sumber daya manusia (SDM) yang Tangguh, siap bersaing dan mampu mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Jadi ancamankah teknologiyang merajai dunia masa kini? Sidney Justin Harris seorang wartawan Amerika Serikat menyatakan ” Ancaman nyata sebenarnya bukan pada saat komputer mulai bisa berpikir seperti manusia, tetapi ketika manusia mulai berpikir seperti komputer” (The real danger is not that computers will begin to think like men, but that men will begin to think like computers). Maknanya secara sederhana manusia dalam bertindak menjadi mekanistik. Bisa saja tak lagi berperasaan, tanpa ”teposeliro”. Tidak lagi memakai akal budi dan naluri peka manusiawi dalam menilai dan menggapai sesuatu yang diinginkan. Komputer akan melakukan apa yang diperintahkan si pengguna tetapi mungkin juga bisa jauh dari makna yang sebenarnya. Jika AI gagal menghimpun data dan informasi akurat atau mendapat asupan yang kurang tepat maka gagalah ia menyediakan data dan informasi yang bermakna.

Tak dapat dipungkiri disamping kemudahan yang disediakan, masalah etika banyak dipertanyakan. Disadari sistem AI banyak memerlukan akses ke sejumlah besar data, termasuk informasi pribadi yang sensitif. Ini menjadi tantangan etika serius yang terletak pada pengumpulan, penggunaan dan perlindungan data. Tentu perlu sikap dan Tindakan bijak untuk mencegah pelanggaran privasi. Bukan tidak mungkin untuk mencapai tujuan bisa saja menghalalkan segala cara. Media-media konvensional seperti televisi dan radio pun tak lagi diacuhkan sehingga menghadapi tantangan besar dalam beradaptasi dengan perubahan pola konsumsi media dan persaningan dari platform digital. Cara orang berkomunikasi, berinteraksi, dan mendapatkan informasididominasi platform digital dalam bentuk media sosial.

Diakui memang digitalisasi membuka peluang baru bagi dunia bisnis dan investasi, akses yang lebih mudah dan cepat serta penyebaran informasi dan pengetahuan cakupannya semakin meluas. Juga meningkatkan efisiensi dan produktifitas di berbagai sektor. Demikian juga dengan peningkatan pelayanan publik yang berkualitas dan lain sebagainya. Perubahan dan dampak digitalisasi ini sekaligus merupakan tantangan industri media, dirasakan antara lain dengan adanya pola konsumsi media serta gencarnya terpaan beragam konten di dalamnya. Pilihan audiens terhadapa platform digital yang lebih fleksibel dan interaktif semakin terbuka lebar.

Banyak kemudahan yang didapat lewat digitalisasi, meski juga menyodorkan tantangan seperti ketimpangan digital dan keamanan siber, perubahan cara belajar dan perubahan sosial, perubahan dalam dunia kerja, beberapa pekerjaan menjadi tertinggal dengan munculnya pekerjaan baru, Tenaga kerja pun mulai tereliminasi oleh computer yang menyediakan sistem pengelolaan yang lebih cepat dan praktis.

Bagaimana situasi di negeri ini? Hingga 2021, tercatat sekitar 18,24 juta masyarakat Indonesia memiliki komputer/laptop yang merupakan 18,04% dari total rumah tangga di Indonesia. Sudah barang tentu masyarakat perlu dipersiapkan dengan baik agar mampu merespon perkembangan dunia digital ini. Mereka harus dibekali dengan keterampilan digital yang memadai untuk memanfaatkan teknologi secara bijak dan aman. Literasi digital setidaknya harus digeluti. Literasi digital yaitu kemampuan memahami, menggunakan dan menciptakan informasi melalui teknologi digital, termasuk mencari, mengevaluasi dan mengomunikasikan iunformasi secara efektif dan bertanggungjawab harus dipahami dan dihayati. Pasalnya literasi digital bukan hanya tentang menguasai perangkat teknologi, tetapi sudah dikatakan, juga tentang bagaimana seseorang dapat menghimpun, dan mendayagunakan informasi secara bijak dan bertanggungjawab.

Sejak Mei 2021 Indonesia telah memulai Program Literasi Digitaln Nasional. Tujuannya menjangkau sekitar 50 juta rakyat hingga tahun 2024. Terkait dengan literasi digital ada beberapa hal mendasar yang perlu dicermati antara lain: keterampilan digital yaitu kemampuan menggunakan piranti keras dan piranti lunak, mencari informasi, dan berkomunikasi secara digital. Selainitu pemahaman tentang aturan dan norma yang berlaku dalam komunitas online atau yang dikenal dengan budaya digital. Etika digital yang mencakup hak privasi, keamanan data dan pentingnya menghormati hak cipta jangan sampai diabaikan.Soal keamanan pun penting dipahami terutama risiko dan ancaman di dunia digital, serta cara untuk mengamankan diri dan data.

Teknologi akan terus berkembang dengan pesat dari waktu ke waktu. Hampir setiap saat ada pembaharuan dalam sistem yang diterapkan. Untuk itu, manusia harus siap menghadapi perkembangan teknologi.Tetapi harus diingat juga teknologi itu ibarat pisau bermata dua, salah-salah menggunakannya bukan manfaat yang didapat melainkan mudarat. Karena itu milikilah pengetahuan serta kecakapan menggunakan dan memanfaatkan media digital.

“Manusia modern akan selalu menjadi manusia yang bergantung dengan teknologi. Tetapi manusia yang bersikap sederhana dan produktif, akan menjadi orang yang mudah dan berhasil.” – Baro Indra
(Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom)

Tinggalkan Balasan