DHANDANG DIUNIKAKE KUNTUL, KUNTUL DIUNIKAKE DHANDANG

Terbaru176 Dilihat

Kata-kata itu ungkapan singkat yang mengandung makna mendalam dan pesan bijak. Bisa memotivasi, menginspirasi, atau mengubah pemikiran seseorang.

Setiap daerah punya kata bijak dalam bahasa daerah masing-masing. Semisal dalam bahasa Jawa yang dituliskan sebagai judul tulisan ini. Maknanya “yang buruk dianggap baik, yang baik dianggap buruk”.

Mengapa “Dhandang” dan “Kuntul”?. Dhandang meski dilafalkan sama dengan alat untuk memasak nasi tetapi di sini nama burung. Dhandang itu burung gagak. Berbulu hitam pekat sering jadi perlambang hal buruk dan kotor. Sedangkan kuntul atau bangau yang bertubuh kecil berwarna putih lambang kesucian.

Dalam kehidupan sehari-hari hal memutarbalikkan fakta ini sering dijumpai. Situasi terbolak-balik. Yang benar jadi salah, yang salah jadi benar. Yang buruk dipuji yang baik justru “diunekake” alias dicela.

Mirisnya justru banyak terjadi di tempat dimana orang menuntut dan mencari keadilan. Tak jarang merebak “di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidak adilan”. Itu tersurat sebagai salah satu ayat dalam kitab Kristiani.

Bagaimana menyikapinya? Meski nasihatnya sederhana “katakan Ya jika Ya, dan Tidak Jika Tidak”. Namun dalam kenyataannya tidak mudah juga untuk dilakukan. Tak semudah membalikkan telapak tangan ujar peribahasa. Lidah bisa terasa berat karena terikat erat pada berbagai tekanan situasi yang melibat.

Harta, Tahta dan Wanita berbaur menyatu membutakan mata hati tentang keadilan. Pepatah Jawa lain mengingatkan “Ngundhuh wohing pakerti.” Apa pun yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang sepadan. Siapa menuai angin, ia akan menuai badai” Becik ketiti, olo ketoro” Sesuatu yang busuk tak akan dapat disembunyikan. Suatu waktu akan terkuak juga.
(Abraham Raubun. B.Sc, S.Ikom)

 

Tinggalkan Balasan