Proses menjadikan sesuatu menjadi berbeda dari keadaan semula disebut perubahan. Bisa pada sistem sosial, organisasi atau pola pikir. Tetapi mengubah dunia lewat aksara tentu mengandung sesuatu yang bermakna tersendiri. Menyuratkan rangkaian aksara itu dikenal juga dengan menulis.
Ada ungkapan populer yang berbunyi “Menulis adalah satu-satunya cara untuk mengubah dunia tanpa harus meninggalkan tempat tidur”
Kiasan ini cukup populer di kalangan penulis. Apa yang tersirat menggambarkan kekuatan tulisan yang dapat berdampak besar pada dunia. Tentu saja sang penulis tidak harus terlibat secara fisik dalam peristiwa-peristiwa yang berubah.
Beberapa tokoh mengatakan betapa pentingnya menulis. Semisal ulama besar
Ali bin Abi Thalib yang berujar: “Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak”. –
Demikian juga Imam Al-Ghazali mengatakan:
“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”.
Tokoh militer Perancis Napoleon Bonaparte pun menyatakan bahwa ia lebih takut pada seseorang yang memegang pena (penulis) dari pada prajurit yang bersenjatakan lengkap”. Banyak lagi tokoh-tokoh yang memberikan pendapatnya tentang menulis.
Perihal menulis itu dikatakan sebagai satu proses menciptakan catatan, informasi atau cerita dalam betuk rangkaian aksara. Bisa saja dilakukan dengan media kerja seperti pena atau pinsil. Di era moderen kini menggunakan komputer.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disuratkan menulis adalah mengungkap gagasan, opini dan ide dalam rangkaian kalimat. Selain itu, menulis juga membuat huruf atau aksara dengan alat tulis guna menyampaikan pikiran atau pandangan, mengarang cerita dan menggambarkannya.
Menelusur asal usul menulis tercatat pada awalnya, seperti pada zaman Mesir Kuno. dilakukan dengan menggunakan gambar, yaitu tulisan hieroglif (hieroglyph).
Berbagai simbol diciptakan orang-orang Irak pada tanah liat. Simbol-simbol itu mewakili bunyi, berbeda dengan huruf-huruf hieroglif yang mewakili kata-kata atau benda.
Kemudian tulisan aksara pun muncul sekitar 5.000 tahun lalu.
Peradaban menulis pertama diakui ditemukan pada bangsa Sumeria di Mesopotamia sekitar 3200 SM. Mereka mengembangkan tulisan paku (cuneiform) yang merupakan sistem tulisan tertua yang diketahui. Tulisan ini kemudian menyebar dan memengaruhi perkembangan sistem tulisan di berbagai belahan dunia. Di tempat lain juga muncul sistem tulisan seperti logograf Tiongkok dan Naskah Olmec di Mesoamerika.
Menulis dikatakan juga sebagai proses menuangkan kreativitas atau gagasan ke dalam bentuk bahasa tulisan. Ini disebut karangan. Karena, penulis mengungkapkan isi pikiran, ide, pendapat atau keinginannya melalui tulisan tersebut.
Menurut Hargrove dan Pottet, suatu upaya menggambarkan pikiran, ide dan perasaan dalam bentuk simbol. Itu merupakan media sarana komunikasi. Simbol aksara ini tak sekadar susunan kata tetapi juga berbentuk relief, prasasti dan banyak macamnya pada zaman dulu. Sampai akhirnya, bentuk komunikasi tulisan berbentuk huruf dan disusun dalam kalimat.
Seorang penulis dipengaruhi oleh isi hati, suasana hati dan latar belakangnya ketika menulis. Ini akan menentukan genre, gaya bahasa, pemilihan diksi, perspektif yang akan dituangkan dalam bentuk tulisan.
Ada yang mengatakan menulis itu bukan bakat, tetapi kebiasaan yang terlatih. Ibarat pepatah mengatakan “Alah bisa karena biasa”. Menjadi suatu keterampilan yang bisa dipelajari dan dilatih semua orang. Dengan menulis seseorang bisa menyampaikan apa yang ada dalam pikiran menjadi kata-kata.
Menulis butuh ketekunan dan perjuangan dibarengi juga tekad dan motivasi tinggi agar tidak goyah saat menjalani proses menulis. Benar apa yang di katakan Barbara Cartland: “Menulis merangsang pemikiran, jadi saat Anda tidak bisa memikirkan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis”. Karena itu seorang penulis tidak boleh menunggu
“Ketika seorang penulis hanya menunggu, maka sebenarnya ia belum menjadi dirinya sendiri”. “Kita tidak harus menunggu datangnya inspirasi itu, kita sendirilah yang menciptakannya”. Itu kata Stephen King.
Bagaimana hubungan mengubah dunia melalui aksara ini? Sejarah mencatat banyak revolusi dimulai dari tulisan. Ambil contoh Magna Carta atau pun Deklarasi Kemerdekaan Amerika. Semua bermula dari tulisan yang menjadi alat untuk menyampaikan ide-ide revolusioner yang pada gilirannya menginspirasi perubahan besar.
Para penulis dan jurnalis sering menjadi corong suara bagi yang tertindas, menguak kepermukaan kesadaran publik tentang ketidakadilan. Menebar dorongan kuat bagi masyarakat untuk bertindak.
Perang saudara yang dialami Amerika bermula dari tulisan Harriet Beecher Stowe dalam Uncle Tom’s Cabin yang alhirnya memicu perdebatan dan melahirkan peperangan tersebut.
Namun membaca juga erat kaitannya dengan menulis, suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh seorang penulis.
Keduanya saling melengkapi dan meningkatkan kemampuan satu sama lain bagi sang penulis.
Para penulis dapat mengubah dunia melalui rangkaian aksara. Para penulis dapat mengubah cara berpikir dan mengubah definisi tentang benar dan salah. Dunia pun berubah lewat rangkaian aksara yang membentuk kalimatengandung berbagai makna.
(Abraham Raubun. B.Sc, S.Ikom)