Asri Pujaanku 26

Hari silih berganti, waktu begitu cepat berlalu. Minggu pagi ini udara begitu sejuk. Biasanya Aku goes bersama sahabat – sahabat, kali ini mendadak  tidak bisa,karena ada urusan keluarga.

Akhirnya Aku sendiri menuju sekolah. Sekedar lari- lari kecil di lapangan sekalian melihat Asri. Bunga di taman Asri sedang bermekaran, melati putih menebarkan aroma yang khas.

Udara pagi yang cerah, aroma bunga melati yang mewangi. Indah sekali pagi ini. Alhmdulillah dengan menggerakkan badan begini saja sudah berkeringat.

“Bu…Ibu ! suara itu memanggil. Tapi siapa ya?” tanyaku. Di balik pagar tembok ia memanggil ku. Lalu ia mendekat sambil menyalamiku. ” Bu…ini Wulan …murid ibu.” katanya “Iya…Ibu selalu ingat”. Tidak akan pernah lupa pada murid – muridnya.

Belum sempat Aku tanya panjang lebar, ia lebih dulu bertanya keadaanku, apakah masih mengajar di kelas lima?” Katanya. Oh…ya, ini ada sedikit oleh- oleh buat ibu. ” Apa ini?” Merepotkan sekali, padahal dengan Wulan datang saja  ibu sudah sangat senang sekali. Jawabku.

Tidak apa- apa Bu…ini juga tidak seberapa, jawabnya merendah. “Kalau begitu kita ngobrol nya di rumah saja ya…biar enak sekalian sambil minum teh hangat.” Tidak usah Bu…di sini saja.

Oh ya…ini Asri yang dulu, ya… Bu? “Wulan suka baca di sini  ” Wulan masih ingat, dulu tangan ibu yang memegang tangan Wulan, bagaimana menulis, supaya tulisan bagus. Ibu yang mengajarkan tulisan tegak bersambung.” Terima kasih banyak Bu…sambil memelukku. Aku terharu.

Yaa… Allah ia masih ingat rupanya. Apalagi Aku. Waktu itu ia masih duduk di kelas empat. Karena ia pintar, apalagi di tunjang dengan bidang seninya yaitu seni tari. Aku coba bantu, bagaimana menulis yang baik dan benar. Sehingga nanti bila ke kelas Lima sudah sangat paham. Ternyata benar saja.

Bakat dasar menulisnya sudah ada. Jadi tidak susah mengajarinya. Hingga ketika di kelas lima, ia masih menduduki peringkat ke satu. Maka lomba murid berprestasi pun diwakili oleh Wulan. Alhmdulillah juara satu di tingkat kecamatan hingga meraih juara harapan tiga di tingkat kabupaten.

Sedang ngobrol panjang lebar, tiba- tiba ada telpon. Bu Wulan pamit ya.. harus segera ke Bandung.  Katanya. Oh …ya…hati- jati ya…di jalan. Salam sama mamah ya…kataku lagi. Akhirnya akupun pulang ke rumah. Tidak sabar ingin cepat tahu apa yang Wulan hadiahkan kepadaku.

Ternyata masyaAllah gaun gamis  warna biru muda yang cantik. Air mataku menetes. Terima kasih ya Allah. Wulan salah satu muridku. Ia masih ingat kepadaku. Tahun berikutnya ia pun mengrimkan lagi bingkisan, sebuah gaun yang indah.

Semoga selalu sukses nak Wulan..do’aku. Do’a buat seluruh murid- muridku di mana saja berada. Ia selalu mengisi sebagai MC di televisi. Ia juga pernah menjadi juara mojang Bandung. Semoga sukses selalu, baik dalam keluarga maupun dalam karier. Ibu mencintaimu, Kau akan selalu ada dalam setiap do’a – do’ aku.

Aamiin.

Rd. Nurliyah,S. Pd

Salam blogger: persahabatan

 

 

 

Tinggalkan Balasan