Saat ini, banyak sekali kegiatan-kegiatan webinar yang diselenggarakan sebagai alternatif dari adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akibat belum meredanya pandemi Covid-19. Di antara sekian banyak webinar yang ada, salah satunya adalah kegiatan bedah buku virtual yang rutin dilaksanakan setiap dua pekan sekali oleh penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) Jakarta.
Kegiatan bedah buku secara virtual yang diselengarakan YPTD merupakan bentuk totalitas YPTD dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas literasi di Indonesia. Kegiatan ini juga dapat membantu para penulis untuk lebih mengenalkan hasil karyanya, serta sebagai sarana YPTD untuk menyampaikan visi dan misinya agar lebih dikenal lagi di masyarakat luas.
Perlu diketahui bahwa, bedah buku virtual YPTD sudah diselenggarakan sebanyak 7 kali. Daftar Kegiatan bedah buku virtual tersebut di antaranya :
- Bedah buku pertama dilaksanakan pada tanggal 3 November 2020, dengan membedah buku karangan Mukti Ali yang berjudul :”Mengapa Orang Arab Tidak Suka Sendok?”.
- Bedah buku kedua dilaksanakan pada tanggal 17 November 2020, dengan membedah 4 buku serial mesir hasil karya Muhammad Bisri Ihwan,LC,M.Pd.
- Bedah buku ketiga dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2020. Pada bedah buku ketiga ini mengupas hasil karya 3 orang guru, yaitu Ropiyadi,S.Pd dengan bukunya yang berjudul : ” Mencerdaskan Putra Bangsa di Tengah Badai Pandemi”, dan Mengejar Bayang-Bayang Sejati”. Noralia Purwa Yunita,M.Pd dengan bukunya yang berjudul:” “Jurus Jitu Menulis dan Berprestasi”, dan “Kiat Sukses Menulis Modul Berbasis Riset”. Ignatius Joko Dwiatmoko dengan bukunya yang berjudul :” Bukan Sekadar Menulis”.
- Bedah buku keempat dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2020, dengan membedah 9 buku karya Nurwendo Hari Cahyadi.
- Bedah buku kelima dilaksanakan pada 29 Desember 2020, dengan membedah buku hasil karya Wijaya Kusumah,M.Pd yang berjudul :”Agar PJJ tak lagi membosankan”.
- Bedah buku keenam dilaksanakan pada 12 Januari 2021, dengan membedah 8 buku hasil karya Taufik Hidayat,M.Si yang bertemakan :” Melihat Dunia, Membuka Mata Hati”.
- Bedah buku ketujuh dilaksanakan pada 26 Januari 2021, dengan membedah buku hasil karya Aji Najiullah Thaib yang bertemakan :” Narasi Politik dalam Artikel dan Puisi”.
Bedah buku virtual YPTD yang ke-7 merupakan pengalaman istimewa bagi saya. Karena dibedah buku virtual kali ini, saya bertindak sebagai pembawa acara sekaligus pembaca do’a pembuka. Kegiatan ini seperti biasa dilaksanakan pada pukul 19.30 WIB s.d 21.30 WIB. Pembicara pada bedah buku ke-7 kali ini adalah bapak Aji Najiullah Thaib (Ajinatha), yang telah menulis buku berjudul “Bait-Bait Konstalasi” dan “Membaca Politik Citra SBY”. Bertindak sebagai pembahas adalah Bapak Shulhan Rumaru, seorang editor buku profesional .
Pak Ajinatha menjelaskan bahwa buku-buku yang dibedah kali ini adalah bertemakan politik, yang telah ia tulis mulai tahun 2009 sampai tahun 2012. Ada satu alasan yang melatar belakangi mengapa buku-buku tersebut baru diterbitkan di tahun 2020. Salah satunya adalah adanya permintaan dari orang terdekat beliau agar buku-buku tersebut tidak diterbitkan kala itu, karena khawatir akan berurusan dengan masalah hukum. Sebenarnya beliau bukanlah seorang partisan dari sebuah partai politik manapun. Namun, beliau cukup piawai dalam menuliskan artikel-artikel politik, termasuk dalam bentuk puisi. Hal ini cukup dapat dipahami, karena beliau sangat menggemari buku-buku para pendiri bangsa, khususnya buku-buku dan pemikiran bung Karno. Sebagai seorang yang berlatar belakang seni, beliau juga memiliki banyak pilihan narasi dan diksi yang yang beragam yang itu beliau tuangkan dalam buku antologi puisinya yang berjudul: ” Bait-Bait Konstalasi”.
Bedah buku virtual YPTD memang selalu menarik. Karena selain berisi paparan dari para penulis buku dan pembahas, juga dihadiri oleh para peserta yang tergelitik untuk ikut terjun dalam dunia literasi di Indonesia. Latar belakang peserta bedah buku virtual YPTD cukup beragam. Ada di antara mereka yang berlatar belakang sebagai seorang guru di sekolah, dosen di kampus, pustakawan, editor buku, penerbit, dokter, bahkan anggota DPR.
Informasi menarik tidak hanya datang dari pembicara dan pembahas, terkadang justru dari para peserta webinar bedah buku. Salah satu di antaranya datang dari Bapak Much. Khaeri, seorang dosen di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) sekaligus penulis yang telah menghasilkan 45 buah buku. Beliau menyampaikan beberapa saran terkait penulisan buku dan strategi dalam pemasarannya. Beliau mengatakan bahwa salah satu kunci sukses sebuah buku laris di pasaran adalah tepat dalam melihat momentum kapan buku tersebut diluncurkan.
Bedah buku virtual YPTD tidak hanya mengulas isi daripada buku yang dibedah, namun juga menyentuh sisi-sisi humaniora bagaimana sebuah buku itu sampai diterbitkan. Banyak di antara para penulis yang baru menemukan takdir tulisannya untuk diterbitkan, setelah sekian lama keinginannya terpendam. Hal ini disebabkan karena banyak di antara para penulis pemula yang memang bukan orang terkenal, sehingga sedikit menyulitkan mereka untuk menembus penerbit mayor. Sementara untuk masuk pada penerbit indi, mereka harus mengeluarkan biaya untuk sekedar buku mereka dapat diterbitkan dan memiliki ISBN dari Perpustakaan Nasional.
Hadirnya Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) adalah salah jawaban dari masalah yang dihadapi para penulis pemula yang belum menemukan takdir tulisannya untuk dibukukan. Sejak awal kelahirannya, YPTD bertekad untuk membantu para penulis untuk memiliki buku berISBN tanpa biaya. Ketika sebuah buku perdana telah terbit, maka secara proses buku itupun akan menemukan pembacanya dan lambat laun para penulispun akan lebih meningkatkan kualitas dan juga kuantitas dari hasil karya-karyanya.
Akhirnya, saya patut bersyukur kepada Allah SWT karena telah turut ambil bagian dalam usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas literasi di Indonesia, salah satunya dengan menjadi pembawa acara pada bedah buku virtual dan juga sebagai seorang penulis yang baru meluncurkan 3 judul buku, yaitu : ” Mencerdaskan Putra Bangsa di Tengah Badai Pandemi”, “Mengejar Bayang-Bayang Sejati”, dan “Membumikan Nilai-Nilai Dasar Islam”.***