Bersilaturahmi, Ada Cerita Nasi Biryani

Celoteh Nyakbaye hari ini selalu ada cerita jika sudah berkumpul, mengenang masa kebersamaan yang sungguh mengundang memori suka dan duka yang dialami tentunya menjadi kebahagian tersendiri. Apalagi cerita ketika selama 40 hari melaksanakan ibadah Haji, tentu kenangan yang tidak lepas di memori dan hanya bisa diceritakan jika berkumpul dengan orang – orang yang sama mengalaminya.

Setelah sekian lama tertunda karena pandemic melandan dunia, akhirnya dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. Ahad, 30 Januari 2022, kami berkumpul untuk mengenang kebersamaan. Bukan hanya kumpul – kumpul tak bermakna. Tapi disetiap pertemuan kami selalu mengisinya dengan hal – hal yang mengingatkan diri bahwa mati adalah janji yang tidak bisa diingkari.

Pertemuan bulan ini, di rumah Mak Raihana kami memanggilnya. Tetua kami yang sewaktu berangkat bersama suami tercinta tapi ketika pulang ke tanah air harus sendiri. Pertemuan dengan angenda ceramah oleh Ustaz Qhosym yang diundang Mak Raihana.

Pak Uztad mengingatkan kami, ada 3 hal yang membinasakan seorang hamba. Nabi SAW bersabda, tiga perkara yang membinasakan adalah:

  1. Kebakhilan dan kerakusan,
  2. Hawa nafsu yang diikuti, dan
  3. Seseorang yang membanggakan diri sendiri.
  4. Kebakhilan dan kerakusan

Orang yang memiliki sifat jelek ini akan terlalu bergantung pada harta sehingga enggan untuk berinfak atau mengeluarkan hartanya di jalan yang wajib atau pun di jalan yang disunnahkan.

Bahkan sifat “kikir” ini dapat mengantarkan pada pertumpahan darah, menghalalkan yang haram, berbuat zhalim, dan berbuat fujur (tindak maksiat).

Sifat “kikir” ini benar-benar akan mengantarkan pada kejelekan, bahkan kehancuran di dunia dan akhirat. Oleh karena itu Rasulullah SAW memperingatkan bahwa penyakit itulah sebab kehancuran.

  1. Hawa nafsu yang diikuti

Secara bahasa, hawa nafsu adalah kecintaan terhadap sesuatu sehingga kecintaan itu menguasai hatinya. Kecintaan tersebut sering menyeret seseorang untuk melanggar hukum Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu hawa nafsu harus ditundukkan agar bisa tunduk terhadap syari’at Allah Azza wa Jalla. Adapun secara istilah syari’at, hawa nafsu adalah kecondongan jiwa terhadap sesuatu yang disukainya sehingga keluar dari batas syari’at.

  1. Seseorang yang membanggakan diri sendiri.

Ujub (bangga diri) artinya ialah perhatian seseorang kepada dirinya dengan pandangan yang sempurna, tetapi lupa kepada nikmat Allah, karena meremehkan orang lain adalah kibr yang tercela. Demikian dinukil ibnu hajar dari Al Qurthubi.

Tidak lupa setelah mendengarkan ceramah kami meminta Pak Ustaz untuk membacakan doa untuk arwah teman – teman kami yang sudah mendahului kami, meminta kebaikan dalam beribadah, semoga pertemuan kami selalu mendatangkan kebaikan, amin

Dalam setiap pertemuan pasti ada juadah yang disediakan tuan rumah, pertemuan kali ini sepertinya Mak Raihana ingin mengulang memori sewaktu berada di tanah Mekah. Setiap hari jumat pasti ada saja sedekah nasi biryani.

Nasi yang tekstur unik, berasnya panjang dan lembut, dimakan dengan lauk kari bisa ayam atau daging dengan potongan besar, sehingga biasanya jika mendapatkan sedekah nasi biryani selalu akan dimakan berdua dengan suami, atau dengan teman satu kamar jika kebetulan suami sudah mendapatkan sedekah nasi biryani yang sama.

Sambil mengantri makanan yang disediakan secara prasmana kami bercerita mengenang cerita – cerita selama berada di Mekah, belum lagi kueh mueh yang disedikan juga adalah kue mueh lama yang sangat mengundang selera, semoga pertemuan kami selalu dalam berkahnya dan menjadikan kami orang – orang yang selalu berpegang teguh kepada agama. ***

 

Tinggalkan Balasan