Senandung Cinta Kita (2)

Hatiku berdebat untuk membuat sarapan atau tidak, akhirnya aku putuskan untuk merebus air membuat kopi untuk diriku sendiri saja.

Suara jeritan ceret mengangetkanku, untung saja tumpahan air tidak membuat komporku menyalah hanya tumpahannya membasahi sekitar kompor, segera mematikannya dan memasukkan sebagaian air ke dalam termos, dan sisanya aku tuangkan ke dalam gelas yang sudah aku isi kopi susu instan, aku bukan menyuka susu kopi seperti Bang Arsad, ah kenapa selalu mengingat Bang Arsad sedangkan dirinya entah di mana.

Aku berjalan menuju meja makan, duduk di salah satu kursinya mengaduk kopi susuku dengan pandangan kosong, meraih satu keeping roti kering yang selalu menjadi stock di rumah jika aku malas untuk membuat sarapan, kapan aku malas membuat sarapan.

Bang Arsad tidak suka sarapan roti atau kue, tidak kenyak katanya sehingga setiap hari aku membuat sarapan nasi goreng, mie goreng ataupun nasi lemak yang penting ada unsur nasi dan gandum serta telur entah dibuat dadar atau mata sapi tapi untuk telur rebus hanya ketika membuat lontong saja Bang Arsad menyukainya.

Lagi – lagi pikiranku berputar tentang Bang Arsad, helaan napas berat terdengar sangking kesalnya mengapa aku selalu terpikir Bang Arsad, hari Ahad membuatku santai jika tidak aku sudah berada di jalan raya menuju sekolah tempat aku mengabdi selama ini dan melupakan sejenak tentang Bang Arsad.

Waktu terasa lambat jika libur begini, seharusnya kami berada di pantai hari ini tapi lihatnya semuanya jadi kacau sejak Bang Arsad melupakan semua janjinya kepadaku.

***

Duduk diantara keramian tapi tenang, ya saat ini aku berada di perpustakaan kota memilih pustaka untuk mengubur jenuh yang sejak pagi mengekangku.

Mengambil tempat duduk paling pojok, di depanku sudah ada beberapa buku literature tentang IKM yang menjadi kurikulum baru saat ini.

Sudah beberapa kali aku membolak balik buku ini, tapi tidak sedikitpun isinya menempel di kepalaku seakan semua yang aku baca menguap secepat embun yang meninggalkan pagi.

Getaran dari andoridku membuat fokusku terpecah, nomor tidak di kenal nampak jelas di sana, dengan malas aku mengangkatnya biasanya aku malas untuk mengangkat panggilan dari nomor tidak dikenal.

“Assalamualikum.” Suara Bang Arsad tapi ini nomor siapa?(Bersambung)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan