Siapa Bilang Emak-emak Gak Perlu Melek Teknologi?

IWITA (Indonesian Women Information Technology Awareness), selama ini memang selalu ingin membuat para “emak-emak” jadi melek teknologi. Para emak-emak bagi organsisasi ini, mendorong agar mereka seharusnya jangan hanya bisanya bergerak di ruang dapur, sumur, dan kasur. Ini kata khiasan yang sering kita dengar. Wah…sedih banget ya dengarnya. 

Nah beruntung saya bisa hadir bersama suami pada Rabu 19 Desember 2018 yang lalu. Organisasi IWITA  Jakarta mengundang para blogger ke Burger King Pasar Festival Kuningan Jakarta menghadiri acara ”Bersama IWITA Membangun Kesadaran Perempuan Terhadap Teknologi Digital Menyongsong Era Industri 4.0”. Acara ini diadakan sehubungan memperingati Hari Ibu pada 22 Desember setiap tahunnya.

Shering session ini dihadiri oleh Ketua IWITA Jakarta Mubarika Darmayanti dan Ketua IWITA Bekasi Sumiyati Sapriasih yang juga merupakan seorang blogger yang handal, founder dan admin dari Komunitas Sahabat Blogger.

 

IWITA (Indonesian Women Information Technology Awareness) merupakan Organisasi Perempuan Indonesia yang selalu tanggap tentang teknologi terhadap perempuan Indonesia. Emak-emak diberi pencerahan agar bisa eksis di bidang IT

Organisasi IWITA ini berdiri pada tanggal 9 April 2009 di Jakarta. Ibu Martha Simanjuntak sebagai founder-nya. Visi misinya menjanjikan, selalu ingin memajukan dan bertujuan mencerdaskan perempuan Indonesia.

IWITA didirikan bertujuan untuk menciptakan kesadaran perempuan Indonesia akan manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), untuk pengembangan produktivitas pribadi di bidang IT dan pengembangan ekonomi keluarga.

IWITA sudah banyak bekerjasama dengan berbagai stakeholders sehingga banyak kegiatan yang selalu memajukan perempuan Indonesia. Dari sejumlah kegiatan tersebut selama ini sekaligus memberikan masukan kepada pemerintah.

Pada akhirnya, Martha Simajuntak yang sehari-harinya disapa Mba Atha ini dipercaya oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), untuk mengepalai Kelompok Kerja (Pokja) yang mengembangkan Program SEREMPAK (Sekitar Perempuan dan Anak).

Di awal sambutannya Mba Mubarika mengatakan bahwa tahun 2017, jika dilihat dari data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI) yang paling aktif menggunakan internet adalah perempuan usia 20 s/d 35 tahun. Dan di dunia internet pengguna sosial media baik di Facebook, Wattsup maupun Twitter terbanyak adalah emak-emak.

Sebenarnya dari pengguna media sosial seperti WA dan FB sudah bisa kita lihat dari oportunitinya. Bagaimana para emak-emak personalisasinya memegang gadget dan bisa menghasilkan financial.

Emak-emak itu selalu mempunyai cara tersendiri bagaimana caranya untuk mendapatkan income untuk keluarganya, kata mbak Mubarika.

Mubarika juga mengatakan bahwa, Union Space Coworking yang disebut juga dengan Kejora Ventures lebih cenderung ke “The Power Of Women”.  Setiap Union Space Coworking, itu mempunyai tematik masing-masing sesuai tema yang diusung, ini sesuai dengan emak-emak yang ingin berkarya untuk menghasilkan financial.

Foto bersama peserta sharing session di acara IWITA di Burger King, Kuningan Jakarta Selatan (foto dok IWITA)

Menggerakkan Emak-emak

Pada emak-emak juga, kata Mubarika, banyak memberikan informasi yang positif terutama di lingkungan masyarakat di mana bertempat tinggal. Olehnya itu banyak brand yang sangat peduli dengan emak-emak terutama adanya sebutan The Power Of Women ini.

Mubarika mengakui dalam acara sharing session ini lebih banyak membahas Digital Ekonomi, Digital Parenting dan Digital Ekonomi. Ibu yang berdarah Ningrat Bugis-Makassar ini, dengan sangat tenang dan bersahaja,  banyak memberikan contoh dan peluang untuk mendapatkan income keluarga bagi emak-emak yang aktif bersosmed.

Menurutnya, bagi emak-emak di jaman milineal ini, banyak peluang untuk mendatangkan income keluarga. Misalnya, dengan melalui arisan teman-teman sesama orangtua bisa berbisnis apa saja dan membentuk WA Grup. Begitupun yang sering foto-foto bisa ditampilkan di sosmed hasil karya foto masing-masing.

“Karena terkadang kita anggap foto itu tidak ada arti apa-apa, tapi jika sudah diunggah di media sosial bisa jadi sangat lucu dan unik bagi orang lain”.

Ketika masuk sesi tanya jawab, saya pun tidak melewatkan kesempatan untuk berbagi pengalaman. Paling tidak pengalaman empiris saya di lapangan sebagai guru anak usia dini di TK dan PAUD.

Alhamdulillah, pertanyaan saya membuahkan hasil yakni diberikan bingkisan karena dianggap salah satu penanya terbaik. Wow….gak nyangka loh, hehe..

Apa saja sih pertanyaan saya itu? Bagi para guru seperti saya, kata Mubarika, disarankan untuk sering-sering mengunggah foto-foto kegiatan anak murid yang unik dan lucu-lucu di Youtube.

Siapa tahu bisa jadi youtuber dan dari subscribe yang banyak, bisa mendatangkan income bagi keluarga.

Saya setuju dan mengiyakan saran, pendapat dan pengalaman yang dibagikan mbak Mubarika di acara ini.  Jadi menurut saya lebih baik kita pergunakan sosmed itu yang positif, dibanding sosmed dipakai untuk menghujat, mengumbar kebencian maupun membuat status nyinyir.

Nah…demikian reportase saya.

Bunda Sitti Rabiah

#KMAA28

Tulisan ini dimuat juga di blog pribadi www.bugurusiti.com dengan judul asli : “IWITA, Penggerak Emak-emak di Bidang IT”

Tinggalkan Balasan