Gelegar Suara Sang Putera Fajar
Bulan Juni boleh dikata sebagai bulan Soekarno, betapa tidak, karena beliau dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 dan wafat pada hari Minggu tanggal 21 Juni 1970. Ketika itu saya masih kecil. Keluargaku, terutama bapakku sangat mengagumi beliau. Siapa yang tidak kagum dengan Singa Panggung yang jago Pidato dan menguasai beberapa bahasa ini? Mungkin hanya orang yang tidak menyukainya bahkan membencinya.
Tapi bagi bangsa Indonesia yang tahu sejarah akan merasa bangga, kagum pada sosok yang penuh wibawa, anggun, agung dan sangat merakyat. Saya mengenal beliau dari buku mengenai otobiografi Bung Karno tulisan Cindy Adams seorang wartawati Amerika. Dari situ saya belajar sejarah dan cita-cita Sang Putera Fajar. Idealismenya, kerendahan hatinya, namun juga harga diri dan cinta tanah air yang luar biasa.
Beliau ingin membawa bangsa Indonesia menyambut fajar baru KEMERDEKAAN dan untuk menjadi INDONESIA YANG RAYA. dari perjuangannya, penderitaannya, pengasingannya sejak jaman kolonial, hingga menuju Indonesia merdeka menunjukkan jiwa patriotisme pada bangsanya yang sangat besar dan luar biasa.
Betapa jiwa kita kan bergetar, bahkan bulu kuduk kita merinding mendengar suara mantabnya yang membacakan teks Proklamasi yang bisa kita dengarkan jika berkunjung ke MONAS.
PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia, dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja. Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ’05 Atas nama bangsa Indonesia. Soekarno/Hatta. Teks itu ditulis oleh Ir Soekarno dan diketik oleh Sayuti Melik.
Dari pernyataan itu, apa yang dicita-citakan oleh Patih Gajah Mada untuk mempersatukan NUSANTARA terwujud. Namun masih harus menempuh perjuangan panjang bagi putera-puteri bangsa untuk memperjuangkannya. Peperangan dan pengaruh bangsa lain masih bercokol di Indonesia. Hanya seorang pemimpin seperti Soekarnolah yang mampu mengatasi dan berdeplomasi dengan bangsa lain dengan penuh keberanian.
“Apabila dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.” Kata-kata Ir Soekarno itu membahana dalam setiap pidatonya menggetarkan hati rakyat untuk ikut andil memperjuangkan, sampai titik darah yang penghabisan.
Pidato Bung Karno, sebagai orator ulung yang autodidak mendapat julukan “Singa Panggung”, memang tak ada tandingnya, kewibawaan yang penuh kharisma, senantiasa menyerap, memukau para pendengarnya dan menyemangati untuk berbuat sesuatu yang berarti bagi negeri tercinta ini.
Suaranya yang membahana dihadapan jutaan rakyat yang mencintainya yang siap taat untuk mengikuti komandonya. Soekarno adalah pribadi yang tepat dianugerahkan Tuhan untuk memimpin Indonesia yang masih lemah,, layaknya bayi yang baru dilahirkan oleh bunda Pertiwi.
“Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah.” Kerendahan hatinya mengatakan itu, namun sejatinya Pancasila lahir sebagai buah keheningan dimasa pembungan. Dalam kesendirian, kesunyian, hanya pada Tuhanlah kebijaksanaan itu diterimanya untuk melandasi Bangsa Indonesia yang majemuk dan besar.
Pancasila inilah yang tepat untuk membingkai bangsa Indonesia yang Bhineka, baik dalam hal suku, agama, budaya, bahasa, daerah tempat tinggal. Sungguh Indonesia adalah bangsa yang kaya raya dan unik yang ada dimuka bumi ini.
Baiklah saya kutipkan pidato beliau yang membahana saat menjelaskan Pancasila. Pidato panjang Ir. Soekarno inilah yang akhirnya disepakati sebagai cikal bakal lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
:” “Sudah terbukti Pancasila yang saya gali dan dipersembahkan kepada rakyat Indonesia adalah satu dasar yang dinamis satu dasar yang benar-benar bisa menghimpun seluruh tenaga Indonesia dan mempersatukan Indonesia,” katanya.
Dalam pidatonya, Ir. Soekarno mengemukakan lima butir konsep dasar negara, yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kata kata beliau mengajak kita untuk beriman teguh pada agama dan kepercayaan yang kita anut, juga sangat menginspirasi bahwa kita adalah Putera Puteri Indonesia : “ saudara –saudara sebangsa setanah air, kalau jadi Hindu janganlah jadi orang India, kalau jadi Islam janganlah jadi orang Arab, kalau jadi Kristen janganlah jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Nusantara dengan adat dan budaya Nusantara yang kaya raya ini. Ingatlah hai saudara-saudaraku, MUSUH yang terberat itu adalah rakyat sendiri. Rakyat yang yang mabuk akan budaya luar yang kecanduan agama yang rela membunuh bangsa sendiri. untuk menegakkan budaya asing, jangan sampai diperbudak oleh semua itu. Tetaplah bersatu padu membangun Negeri ini tanpa pertumpahan darah. Hai anakku simpan segala yang kau tahu jangan ceritakan derita sakitku pada rakyat, biarlah aku jadi korban asal Indonesia tetap bersatu. Ini aku lakukan demi persatuan kesatuan dan kutuhan bangsa.
Merinding rasanya mendengar GELEGAR SUARA SANG PUTERA FAJAR yang penuh pesan keramat. Dia rela menderita, dituduh difitnah secara keji, diusir dari istana, dijadikan tahanan politik, diperlakukan tidak adil hingga akhir hidupnya, tetap diam tidak membalas karena DEMI PERSATUAN KESATUAN,dan KEUTUHAN INDONESIA. Jiwa pengorbanan yang amat besar! Terima kasih Tuhan telah memberi anugerah seorang Putera Fajar yang melandasi Indonesia. Tulisan ini kupersembahkan untuk memperingati hari Ulang tahun Sang Proklamator yang ke 119 dan hari wafatnya. Semoga Tuhan memeluk jiwamu dalam Kerahiman dan Kasih-Nya yang Maha Suci.
Oleh: Sr Maria Monika Puji Ekowati
Artikel ke :13 YPTD