Pembelajaraan jarak jauh

nama : sri wahyuni

nim    : 21053

kelas  : 1a

 

pembelajaran jarak jauh
Pada masa Pandemi Covid – 19 ini pembelajaran di Indonesia atau bahkan hampir diseluruh dunia pasti mengalami gangguan atau wabah tersebut. Mulai dari gangguan teknis pembelajaran sampai gangguan pada psikologis guru dan pendidik . Nah, gangguan-gangguan ini tentu saja menimbulkan permasalahan baru dalam kehidupan. Tak terkecuali dengan dunia pembelajaran di sekolah maupun dikampus, semua kalang kabut sehingga terkesan tak siap menerima perubahan mendadak ini. Virus corona datang tiba-tiba saja tak diundang menyeruak menjangkiti manusia. Termasuk menjangkiti dunia pendidikan di Indonesia maupun di belahan dunia.
Selama wabah corona menjangkit hampir di seluruh dunia pembelajaran secara dalam jaringan (daring) dianggap menjadi solusi kegiatan belajar mengajar. Meski berbagai instansi pendidikan telah menyepakati, cara ini menuai banyak kontroversi di masyarakat. Bagi tenaga pengajar, sistem pembelajaran daring hanya efektif untuk penugasan. Mereka menganggap untuk membuat peserta didik memahami materi, cara daring dinilai sulit.
Selain itu, kemampuan teknologi dan ekonomi setiap orang berbeda-beda. Tidak semua peserta didik atau guru memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan belajar jarak jauh ini. Koneksi lemah, alat penunjang yang tidak mempenuhi, dan kuota internet yang mahal menjadi hambatan nyata. Ini juga berlaku bagi para pendidik atau dosen yang mengemban tugas negara. Meskipun begitu, pembelajaran harus terus berlanjut.
Salah satu kebijakan pemerintah adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), seperti pembelajaran jarak jauh, work from home, pembatasan kegiatan keagamaan, pelarangan kegiatan sosial budaya yang berujung keramaian, sampai dengan pembatasan kapasitas transportasi umum. Kebijakan tersebut secara langsung membuat pola kehidupan masyarakat berubah, tanpa terkecuali para pelajar.Mengapa demikian? Karena kita dituntut untuk beradaptasi secara cepat dalam kegiatan belajar mengajar secara online yang sangat berbeda ketika pembelajaran dilakukan secara offline.
Sebagai seorang mahasiswi ketika memasuki semester satu kegiatan belajar mengajar dialihkan secara online dan bahkan saat saya masih duduk dibangku SMA kelas 11 sudah pandemi covid-19 dan harus menerima bahwa pembelajaran harus dari rumah atau pjj.
Pembelajaran secara online sangat merubah dari sistem pembelajaran hingga pola kehidupan mahasiswa. Semula ruang kelas, papan tulis, layar proyektor, hingga spidol menjadi alat kegiatan mengajar di kampus. Kini share screen pada platform Zoom bagaikan papan tulis, dan ketikan pesan dosen ketika berdiskusi melalui platform Google Classroom maupun WhatsApps bagaikan spidol yang menulis penjelasan terkait materi perkuliahan.
Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, bukan lagi duduk dibangku kelas tetapi kita stay di depan layar laptop atau handphone untuk memperhatikan dosen menjelaskan materi. Sering kali pancaran sinar radiaksi membuat mata menjadi terasa pegal dan lelah karena seharian berada di depan laptop atau handphone. Penjelasan materi ketika online sangat berbeda ketika perkuliahan secara offline, karena ketika online hubungan emosional antara dosen dengan mahasiswa ataupun mahasiswa dengan mahasiswa yang saya rasakan hampir tidak ada. Terlebih ada beberapa mata kuliah yang bersifat kuantitatif dan kurang efektif bila dijelaskan secara tidak langsung. Selain itu, diskusi kelompok untuk mempersiapkan materi presentasi dilakukan juga secara online.
Perkuliahan secara online lumayan menghabiskan banyak kuota internet sehingga harus mengeluarkan budget yang lebih, belum lagi bila terkendala jaringan yang terkadang tidak stabil sehingga tidak fokus dan menjadi kurang mengerti materi yang diajarkan oleh dosen. Dikarenakan ada beberapa dosen yang kurang memahami teknologi membuat kami mengerjakan tugas secara manual dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar dengan deadline tugas yang cukup membuat kami memutar otak.
Sebenarnya kuliah secara online maupun offline memiliki plus minus masing-masing, dari segi kuliah online memiliki sisi menguntungkan bagi para mahasiswa terutama para perantau, karena kuliah online tidak membutuhkan biaya transportasi untuk ke kampus, tidak perlu lagi bingung mencari makan ketika uang didompet hampir habis, dan secara general kuliah online lebih fleksibel secara waktu serta pakaian yang dikenakan secara online hanya membutuhkan waktu persiapan yang singkat ketimbang kuliah offline.
Tetapi secara pribadi bila ditanya lebih memilih kuliah secara tatap muka langsung atau jarak jauh, saya lebih memilih kuliah secara tatap muka langsung karena ketika kuliah secara langsung materi perkuliahan lebih mudah dipahami dan dikuasai, adanya hubungan emosional antara dosen dengan mahasiswa dan mahasiswa dengan mahasiswa, serta dapat melakukan interaksi secara langsung tidak hanya secara virtual.
Belum ada kepastian kapan kegiatan belajar mengajar secara langsung dan kapan berakhirnya pandemi COVID-19 di Indonesia maupun luar negeri. Ingin rasanya keadaan cepat membaik agar dapat melakukan kegiatan seperti sedia kala dan bertemu serta berinteraksi dengan yang lainnya. Semoga pandemi COVID-19 di Indonesia maupun diluar negeri dapat segera berakhir dan semua keadaan kembali seperti semula. aamiin
“Setiap hidup adalah cerita. Terima kasih telah menjadi bagian dari cerita saya pandemi covid-19.”

Tinggalkan Balasan