Guru Kritikus
KMAC YPTD ke-38
Cing Ato
#AndaGuruLabelyangMana?
#KarenaMenulisAkuCeria.
Setiap sekolah pasti ada guru-guru pengkritik kebijakan yang berlaku di masing-masing sekolah. Mengkritik bukan perbuatan tidak baik. Justru dengan adanya kritikan terkadang sekolah itu lebih hidup. Tentunya kritikan yang logis dan bisa dipertanggungjawabkan.
Setiap pengkritik pasti punya solusinya. Bukan hanya sekedar mengkritik, tetapi tidak mempunyai solusi. Mengkritik sepanjang mengkritik tentang kebijakan sah-sah saja, yang tidak baik mengkritik personal atau berkaitan dengan diri seseorang dalam rangka menjatuhkan atau menyudutkan seseorang yang dikritik.
Sekolah tidak perlu takut akan sebuah kritikan demi kemajuan sekolah. Penulis ketika ada diposisi sebagai seorang wakil kepala, setiap rapat sering dikritik, penulis terima saja sepanjang kritikan itu berkaitan dengan program kerja. Jika, logis kritikan itu akan diterima. Namun, ketika tidak logis penulis akan luruskan.
Kritikan laksana orang yang sedang melempar sebuah batu bata, tangkap saja setiap batu yang dilemparkan, lalu timbun saja. Jika, sudah banyak jadikan sebuah bangunan. Jadi, tidak perlu takut dikritik apalagi sampai baperan.
Adanya pengkritik di sekolah, setidaknya mengajarkan kita akan kehati-hatian dalam memegang amanah. Pengkritik itu adalah sahabat sejati. Karena ia terus terang berkata di hadapan kita.
Lebih baik tata cara kerja pengkritik daripada musuh dalam selimut. ia menikam dari belakang. Di depan kita ia berpura-pura baik. Namun, ketika di belakang kita atau jauh dari kita ia menghasut dan menjelek-jelekkan kita.
Namun, terkadang guru pengkritik tidak komitmen dengan apa yang ia lontarkan. Menurut M. Qodiron Abdurahim seorang pakar pendidikan dari Sidoarjo dalam artikel milik PWMU mengatakan bahwa guru kritikus adalah guru yang sering mengkritik kebijakan yang berlaku di sekolah. Guru tipe ini mempunyai Kompetensi, sayangnya komitmennya rendah, tidak loyal, dan suka mengkritik.
Apa yang dipaparkan oleh pak Qodiron benar adanya mereka guru yang pandai mengkritik kebijakan sekolah, mereka yang kurang loyal dan komitmennya rendah. Hanya pandai mengkritik orang lain atau sekolah, sementara mereka tak pandai mengkritik diri sendiri.
Namun, guru tidak boleh takut untuk mengkritisi program sekolah jika, ada yang menyimpang dari standar operasional prosedur. Guru harus berani mengkritik, jangan takut. Jika guru takut, bagaimana dengan para siswanya.
Tentunya mengkritisi dengan adab kesopanan selaku guru, tahan emosi, tidak perlu mengangkat suara dengan nada tinggi, apalagi sampai gebrak-gebrak meja. Yang lebih parahnya lagi sampai kursi melayang.
Demikian mengkritik sesuatu yang baik sepanjang bisa dipertanggungjawabkan. Sah-sah saja guru menjadi pengkritik asal ia komitmen dengan apa yang ia katakan dan tetap loyal terhadap peraturan yang berlaku di sekolah.
Cilincing, 20 Maret 2023