
Seribu Teman Masih Kurang, Satu Musuh Terlalu Banyak
Jika seorang sahabat akan selalu ada di setiap kondisi, lalu bagaimana dengan teman?
Bukankah mempunyai banyak teman menyenangkan? meskipun mempunyai sahabat lebih membahagiakan.
Harus diakui, di era digital sekarang, memudahkan kita terhubung dengan orang-orang baru, kenalan baru, teman baru, bahkan teman lama yang sudah lama lost contacts kembali terhubung hanya dengan bermodalkan aktif di media sosial, seperti; Twitter, Instagram, Facebook, Path, Blog dan yang lainnya.
Setelahnya sering berkunjung ke acara-acara komunitas secara offline. Meskipun tidak semua orang yang kita kenal di media sosial bisa menjadi teman baik setelah bertemu, paling hanya beberapa orang saja yang bisa dekat dengan kita.
Kedekatan bisa terjadi karena kita punya visi misi yang sama, hobi yang sama, karakter yang sama atau yang lainnya. Juga sebaliknya, tidak dekat hanya sekedar sapa, bisa karena perbedaan latar belakang atau masa lalu atau faktor tertentu.
Nah, supaya kita tidak terjebak dalam lingkup pertemanan yang salah, alangkah baiknya kita perlu mengenal setiap karakter teman, apakah mereka itu teman baik atau bukan? tak bermaksud menutup akses dalam berteman, karena bagaimanapun kita sebagai makhluk sosial penting memiliki teman.
Karena bukan rahasia umum lagi jika ada seseorang hendak berteman dengan orang lain, lebih karena orang tersebut mempunyai motif yang kurang baik atau punya tujuan tertentu, hal semacam ini perlu diwanti-wanti.
Sebut saja, teman hadir ketika kita sedang bersenang-senang, atau saat kita berada pada karir yang cukup bagus atau saat kondisi kita sedang baik-baik saja. Namun saat semuanya itu tidak lagi, maka temanpun ikut menghilang.
Bahkan teman terkadang terkesan cuek, seperti tidak tahu menahu apa yang dialami temannya. Namun bisa tiba-tiba berkunjung, rupanya karena sedang mengalami masalah finansial. Meskipun tidak semua teman seperti itu, tetapi berlaku demikian juga tidak sedikit.
Artinya, hubungan pertemanan tidak selamanya diisi dengan orang-orang baik.
Bahkan diantara teman-teman yang dekat dengan kita, bisa saja ada seseorang yang menjadi “frenemies, friend-enemies, yaitu musuh dengan kedok teman.” Yang tanpa kita sadari menyusup dalam pertemanan dan dekat dengan kita.
Konon orang-orang seperti ini membutuhkan kita karena ada maunya, maka mereka juga bisa memperlakukan kita sebagai musuh di kemudian hari.
Jika kamu mempertanyakan apakah teman baikmu benar-benar hanya musuh yang menyamar? Atau frenemies? Berikut ciri-cirinya supaya kamu tidak terjebak olehnya.
Seorang frenemies, bersikap sangat terbuka padahal baru kenal dan cenderung menceritakan semua tentang dirinya secara instan, untuk memungkinkan menjebak perhatian kamu.
Begitu perhatian kamu hanya untuknya, kamu akan merasa hanya dia temanmu, maka ketika dia menusukmu dari belakang, kamu tidak punya teman lagi untuk kembali.
Frenemy tidak selalu mendukung pendapatmu, namun muncul disaat kamu gagal melakukan sesuatu (melakukan trik jahat). Menciptakan konflik dan drama dengan memulai sesuatu yang buruk atau menggali keburukan siapapun.
Mereka selalu marah dengan seseorang agar kamu berada di sisinya. Frenemy akan membuat skenario palsu agar kamu bertengkar dengan orang lain.
Frenemy senang mencari-cari keburukan atau senang menyimpan keburukan orang lain, apapun bisa digunakan untuk mempermalukan orang lain.
Menyamarkan sikap permusuhan dengan candaan, menjadikanmu bahan hiburan, supaya orang lain melihat itu sebagai sikap yang lucu saja. Cenderung bersikap baik namun berbicara dengan nada yang menunjukkan ketidaksukaannya denganmu supaya kamu bingung dengan apa yang dilakukan.
Tentu saja Frenemy tidak perduli denganmu. Jika kamu sangat membutuhkannya, mereka belum tentu ada untukmu. Satu-satunya orang yang mereka pedulikan adalah diri mereka sendiri.
Apakah kamu punya teman dengan ciri-ciri tersebut? Jika iya, maka kamu wajib kudu hati-hati, karena sejatinya mereka bukanlah teman tetapi musuh berkedok teman.
Benar, adalah hal yang sangat mengecewakan bagi saya pribadi, begitu mengetahui seseorang yang dekat dengan kita, yang kita anggap sebagai teman baik, ternyata bukanlah teman namun musuh berkedok teman.
Semoga kamu semua tidak menemukan teman yang seperti itu dalam hidupmu, maka kenalilah teman didekatmu sebelum kamu terjebak olahnya.
“Seribu teman masih kurang, satu musuh terlalu banyak.”
Salam Literasi ✍️
Karena Menulis Aku Ada #30
Sukma
Komentar