Menulis Harus Segera Dimulai (1)

Begitu banyak teori tentang kepenulisan yang dipelajari seseorang yang ingin membuat karya tulis, baik fiksi maupun non fiksi. Kadang teori dan konsepnya dirasakan sulit dipahami, membuat kegiatan menulis menjadi berat. Ini merupakan penghalang buat menulis yakni merasa berat untuk memulai. Tak urung menulis pun menjadi tertunda, entah sampai kapan.

Penghalang untuk menulis kadang muncul dalam bentuk perasaan, yaitu khawatir bila tulisannya jelek, kurang menarik atau ada yang salah ketik. Menulis telah dimulai, namun dapat satu paragraf dilanjutkan dengan bongkar pasang kata. Saat sadar, tahu-tahu waktu telah berlalu satu jam sementara satu paragraf belum genap jua.

Ada teman guru yang rajin berliterasi dengan ikut diklat kepenulisan serta bergabung dengan kelas menulis buku berbayar. Aneh juga ketika ditanya, berapa naskah yang telah ditulisnya, jawabnya sudah banyak namun setengah-setengah. Artinya, naskah yang ditulisnya tak pernah rampung. Naskah tulisan lepas saja tak selesai ditulis, apalagi menerbitkan buku.

Semasa saya kuliah dulu ada teman jurusan Matematika yang ingin pindah ke jurusan Bahasa Indonesia, gegara ingin jadi penulis Novel. Temanku itu merupakan pengagum novelis N.H. Dini. Ia meyakini bahwa di jurusan BI bakal beroleh banyak teori dan pengetahuan berkait menulis buku jenis fiksi ini. Sayangnya, dia urung menjadi penulis saat usahanya untuk pindah jurusan tak membuahkan hasil.

Melihat fakta-fakta di atas, agaknya  menulis harus segara dimulai. Harus! Hal itu bila kita ingin benar-benar  membuahkan karya tulisan. Tak perlu menunggu pintar berteori, kala prakteknya minim. Keduanya bisa sejalan beriringan, tanpa dipisahkan. Sembari menulis kita bisa menyempurakan berdasar konsep dan teori yang telah diperoleh.

Tulis saja gagasan yang muncul dalam benak tanpa takut adanya typo. Typo hanyalah hal teknis, bisa diperbaiki kelak. Selesaikan tulisan hingga tuntas, tanpa mundur atau menoleh. Simpan dan matikan laptop atau aplikasi bila menulis di gadget. Endapkan selama beberapa waktu atau selingi dengan kegiatan lain, semisal berkebun, berbelanja, memasak, atau mengajar. Setelah itu buka tulisan anda dan lakukan self editing. Rasakan sensasinya,  seakan anda sedang menyunting karya orang lain dan tidak tenggelam dalam tulisan sendiri. Editing pun berjalan lancar dan anda akan lebih bersikap obyektif.

Mengikuti kelas-kelas kepenulisan tentunya akan memperkaya pengetahuan tentang tulis menulis. Akan menjadi sempurna  pengetahuan ini bila diterapkan, karena menulis merupakan sebuah ketrampilan. Semakin sering berlatih, tentu  menulis akan lebih mudah untuk dilakukan. Mengalirkan gagasan juga perlu dipraktekkan agar ide tak hanya singgah di dalam benak. Sebagus apapun ide dan gagasan tak akan membuah tulisan bila tak dituangkan dengan pena atau tarian jemari.

Mahir menulis, bukanlah dominansi dari orang dengan background jurusan  Bahasa atau Sastra Indonesia. Realitas menunjukkan banyak novelis dengan latar belakang dokter,  insinyur atau bahkan tentara. Apapun profesi seseorang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi penulis. Apalagi di era globalisasi, dimana akses ilmu,  dan pendukung lain begitu terbuka. Menulis memang harus segera dimulai!

B e r s a m b u n g

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

3 komentar