TPT Lulusan SMK Tertinggi, Begini Islam Memberi Solusi

“Pengangguran” sebuah kata yang kurang nyaman untuk didengar. Apalagi bila ditambahkan kata ‘tinggi’, sebagai kata sifat yang menunjukkan yang menganggur banyak. Seakan menggambarkan kondisi yang tidak ideal. Namun pengangguran tinggi merupakan realitas yg terjadi di negeri ini. Menurut Badan Pusat Statistik, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari lulusan SMK paling tinggi dibanding sekolah lain.

Melansir dari laman pikiran-rakyat.com, (30/11/24), Data BPS menunjukkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) paling tinggi di antara satuan pendidikan lainnya dalam periode 2022-2024. Meskipun dalam periode tersebut, tingkatnya cenderung menurun. Data tingkat TPT lulusan SMK tertinggi ada pada Februari 2022, yakni mencapai 10,39 persen. Jumlahnya berangsur menurun sampai pada Februari 2023 yang menjadi 8,64 persen. Sementara per Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka dari lulusan SMK mencapai 9 persen.

Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS, Ali Said, mengatakan, ada kecenderungan yang menurun dari tingkat pengangguran terbuka lulusan SMK pada periode 2022-2024 dalam konferensi pers di kantor Ditjen Pendidikan Vokasi, Jakarta, Jumat, 29 November 2024.
Senada itu, merujuk pada Goodstat.id, (4/11/24), Tingkat pengangguran terbuka pada lulusan SMK menjadi yang tertinggi dibanding jenjang pendidikan lain, mencapai 9,01%. Selama lima tahun terakhir, TPT lulusan SMK mengalami fluktuasi yang signifikan. Pada Agustus 2020, TPT lulusan SMK mencapai puncaknya di angka 13,55% akibat dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak perusahaan mengurangi tenaga kerja. Setelah itu, TPT perlahan menurun hingga mencapai 9,01% pada Agustus 2024. Meskipun ada perbaikan, angka ini masih jauh di atas rata-rata TPT nasional yang hanya sebesar 4,91%.

Munculnya Problem Pengangguran Terbuka

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase dari total angkatan kerja yang aktif mencari pekerjaan namun belum mendapatkan pekerjaan. Dalam kata lain, TPT menunjukkan seberapa banyak orang yang ingin bekerja tetapi tidak memiliki pekerjaan. Angka ini sering digunakan sebagai indikator kesehatan ekonomi suatu negara. Semakin rendah angka TPT, semakin baik kondisi pasar kerja di suatu negara.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga merupakan indikator untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja. Di negeri ini, meskipun pemerintah telah menambah jumlah sekolah kejuruan dengan orientasi menyiapkan lulusan yang trampil, namun masih ada kesenjangan. Tak sepenuhnya output SMK sesuai dengan permintaan dunia industri. Terdapat ketidaksinkronan antara kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan industri.

Bila tujuan dari diperbanyaknya SMK diarahkan untuk memenuhi pasar industri, maka pembaharuan kurikulum dipandang sebagai tuntutan agar kompetensi lulusannya sinkron dengan kebutuhan dunia kerja. Masalahnya adalah, apakah dengan perubahan kurikulum ini problem pengangguran bakal selesai?
Problem pengangguran dalam sistem Kapitalisme tidak akan selesai meskipun orientasi pendidikan kapitalis diarahkan pada penyediaan tenaga kerja bagi pasar industri.

Keniscayaan Pengangguran dalam Sistem Kapitalis
.
Dalam sistem kapitalis sekuler, kemiskinan merupakan realitas yang tak bisa dihidari. Hal itu terjadi karena distribusi kekayaannya yang buruk sehingga terjadi hambatan akses ekonomi bagi sebagian besar rakyat. Sementara itu kemiskinan dan minusnya jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat menjadi persoalan yang tak pernah tuntas, tatkala pemerintah tidak ambil peran secara utuh dalam mengurusinya.

Ketiadaan jaminan pemenuhan kebutuhan yang mendasar yaitu sandang, pangan dan papan dan juga kebutuhan akan pendidikan, kesehatan dan keamanan mengakibatkan kemiskinan. Kondisi ini mendorong orang untuk berburu pekerjaan. Kesenjangan antara jumlah lapangan pekerjaan dan jumlah pencari kerja terus ada dan pengangguran seakan abadi.Jelas bahwa pengangguran merupakan problem sistemik, bukan sekedar kurang jumlah SMK atau kurang tepatnya kurikulum di sekolah kejuruan. Untuk mengurai masalah pengangguran secara tuntas, harus sistemik juga.

Pendidikan dalam Sistem Islam

Islam berseberangan dengan sistem kapitalisme. Di dalam Islam visi pendidikan diarahkan untuk menghasilkan generasi yang berkepribadian Islam serta memiliki kecakapan dan keterampilan yang dibutuhkan di bidang penting kehidupan. Pendidikan tidak semata bertujuan mencetak tenaga kerja, tetapi untuk menciptakan generasi yang akan membangun peradaban.

Khilafah sebagai institusi penegak sistem Islam memastikan bahwa kurikulum pendidikan mencakup ilmu agama (tsaqofah Islam) dan ilmu pengetahuan tentang kehidupan. Pendanaan pendidikan sepenuhnya ditanggung negara, baik dalam menyediakan infrastruktur sekolah, sarana, prasarana, dan kurikulum dan para guru disiapkan untuk mendidik generasi unggul. Karena urgentnya peran guru dalam mendidik generasi maka negara memberikan kompensasi gaji yang memadai. Dalam Sejarah Khalifah Umar Bin Khatab memberi gaji guru sebesar 15 Dinar emas setara dengan 4,5 gra. Bila dikonversi dengan rupiah mencapai 63 juta.

Dalam perspektif Islam, pendidikan harus mengandung pemahaman bahwa ilmu untuk diamalkan dan diajarkan kepada masyarakat agar maslahat, bukan semata untuk mencari pekerjaan. Tak heran bila banyak ulama dan tokoh yang terlahir dari sistem Islam yang sangat dibutuhkan untuk memaslahatan masyarakat. Para ulama tidak mengejar upah atas apa yang diajarkan, karena negara telah mengurusi kesejahteraan yang memadai. Mereka mempersembahkan kemampuan dan keahliannya semata-mata untuk meraih rida Allah Swt. Para pelajar juga demikian. Mereka bersekolah bukan semata untuk mendapat ijasah yang laku di dunia kerja, melainkan dalam rangka melaksanakan kewajiban menuntut ilmu. Mereka menyadari betul bahwa untuk tugas belajar itu mereka berhak mendapat pahala.

Berbeda jauh dengan pendidikan ala kapitalisme, yang menutut ilmu dengan orientasi materi. Memilih sekolah dan jurusan agar bisa mengembalikan biaya yang telah dibayarkan untuk sekolah dan beroleh ijazah. Pilihan sekolah dengan standar kemanfaatan yaitu untuk mendapatkan pekerjaan yang bergaji tinggi.

Islam memandang bahwa pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi rakyat dimana negara wajib menjamin pemenuhan kebutuhan ini bagi semua indivividu, miskin atau kaya. Semua rakyat berhak mendapatkan Pendidikan yang baik lagi gratis. Penerapan sistem ekonomi Islam memastikan anggaran pendidikan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pendanaan semua jenjang Pendidikan. Oleh karena itu solusi bagi problem pengangguran adalah dengan diterapkannya sistem Islam menggantikan sistem kapitalis rusak produk akal manusia.

Tinggalkan Balasan