Paradoks Kebebasan

Kita hidup di era demokrasi, semua orang menginginkan kebebasan. Baik kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul, bahkan kebebasan sering divisualkan dalam bentuk lukisan mural.

Saat ini kita hidup pada era dimana kebebasan menjadi tuntutan semua orang. Kebebasan berpendapat, kebebasan bersikap, kebebasan berbudaya, dan masih banyak kebebasan-kebebasan lainnya. Kebebasan (freedom) didapuk sebagai prinsip kehidupan masyarakat kekinian. Pemerintah, institusi atau apa pun yang hendak memberangus kebebasan atau bertentangan dengan kebebasan, dianggap sebagai hal yang berlawanan dengan perkembangan zaman, bahkan melanggar hak asasi manusia. Karena kebebasan sudah diatur oleh Undang Undang.

Tetapi, sadarkah kita bahwa sesungguhnya kebebasan yang kita harapkan itu justru membelenggu kehidupan kita dalam banyak hal? Ini adalah sebuah paradoks yang nyata dalam kehidupan kita. Tanpa menyadari  kita terbelenggu oleh teknologi, kemudahan-kemudahan yang seharusnya menolong kita untuk melakukan banyak hal, malah justru membuat kita tidak mampu melakukan apapun tanpanya. Ada pula orang-orang yang masih terbelenggu dengan masa lalu, oleh adiksi atau kecanduan akan suatu hal. Di lain pihak, belenggu yang mengikat kita itu juga bisa berupa  pekerjaan, karir, sosial media, hobi, bisnis, bahkan pasangan atau anak-anak kita. Lalu, apa makna dari kebebasan yang sejati?

Kebebasan dalam bersikap memberikan kepada kita otoritas untuk melepaskan semua ikatan kebiasaan buruk, adiksi, kecanduan atau belenggu apapun yang mengikat hidup kita, baik secara sadar maupun tanpa kita sadari.

Kita perlu memeriksa diri kita dengan jujur, masih adakah belenggu-belenggu yang mengikat hidup kita, yang bahkan dapat menjauhkan kita dari sikap baik. Kita sudah hidup bebas,  jadi tidak ada lagi status hamba dan tuan dalam kehidupan kita.

Dalam kehidupan kita harus tidak ada lagi hal-hal yang membelenggu untuk mengerjakan rencana-rencana kita. Untuk itu kita harus benar-benar memperoleh kebebasan dalam hidup kita.

Identifikasikan apa saja yang selama ini masih membelenggu hidup kita. Hal-hal tersebut bisa saja hal-hal yang buruk, tapi tidak menutup kemungkinan hal-hal yang selama ini kita anggap wajar atau bahkan hal-hal yang sederhana.

Kebebasan yang sejati adalah memahami bahwa kita memiliki pilihan bebas atas hidup kita.

Tangerang Selatan, 31 Agustus 2021.

@sg

Tinggalkan Balasan