Berita HIV/AIDS yang Sembrono Bikin Panik Masyarakat

Humaniora114 Dilihat

KMAB31

Sejatinya media (media massa, media online dan media sosial) mendukung penanggulangan HIV/AIDS dengan berita dan konten yang komprehensif bukan mitos dan yang membuat panik masyarakat

Oleh: Syaiful W. Harahap

“12 Tanda Orang Terinfeksi HIV, Kelelahan Hingga Demam” Ini judul berita di health.detik.com, 24/12-2021. Judul berita ini menakutkan dan membuat banyak orang ketakutan bahkan panik.

Kelelahan dan demam adalah gejala yang timbul karena banyak faktor sehingga tidak ada kaitan langsung antara kelelahan dan demam dengan infeksi HIV/AIDS. Kelelahan dan demam sering dan berulang dialami banyak orang karena berbagai macam faktor pencetus, seperti kerja berat atau karena penyakit yang tidak terkait dengan HIV/AIDS.

Yang disebut 12 tanda orang terinfeksi HIV/AIDS sering dan berulang dialami banyak orang tapi tidak otomatis terkait dengan HIV/AIDS. Yang perlu diingat tanpa tanda atau gejala sekalipun seseorang yang pernah atau sering melakukan perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV bisa saja sudah mengidap HIV/AIDS.

Dalam berita tidak dipaparkan dengan jelas bahwa 12 tanda itu terkait dengan HIV/AIDS jika pernah atau sering melakukan perilaku seksual atau nonseksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Dalam berita hanya disebut: Penularan HIV. Risiko terkena HIV umumnya meningkat ketika sering bergonta-ganti pasangan tanpa menggunakan pengaman. Selain itu, orang yang mengonsumsi obat-obatan terlarang menggunakan jarum suntik juga berisiko terkena HIV.

Maka, judul berita ini jadi bumerang dan kontra produktif dalam penanggulangan HIV/AIDS karena orang-orang yang perilakunya berisiko tinggi tertular HIV/AIDS merasa dirinya aman karena tidak satu pun dari 12 tanda itu mereka alami. Sebaliknya, orang-orang yang sema sekali tidak pernah melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS cemas, takut, khawatir bahkan panik membaca berita ini.

Ini dia 12 tanda yang discbut dalam berita sebagai indikator tertular HIV/AIDS:

  1. Deman
  2. Kelelahan
  3. Pegal, nyeri otot dan sendi, pembengkakan kelenjar getah bening
  4. Sakit tenggorokan
  5. Ruam kulit
  6. Mual, muntah, dan diare
  7. Penurunan berat badan
  8. Batuk kering
  9. Pneumonia
  10. Keringat malam
  11. Perubahan pada kuku
  12. Tanda lain dari virus HIV

— Sulit berkonsentrasi

– Herpes mulut dan kelamin

– Sering kesemutan

-Ketidakteraturannya menstruasi

Semua tanda di atas bisa dialami setiap orang bahkan berulangkali karena berbagai faktor dan penyakit yang sama sekali tidak terkait dengan infeksi HIV/AIDS.

Maka, sebaiknya sebelum menyebut tanda-tanda, gejala-gejala dan ciri-ciri yang disebut terkait dengan HIV/AIDS harus ada prasyarat atau prakondisi yaitu: pernah atau sering melakukan perilaku seksual dan perilaku nonseksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Ini penting agar masyarakat tidak panik membacara berita yang tidak komprehensif.

Tanpa satu gejala pun jika seseorang pernah atau sering melakukan perilaku seksual dan perilaku nonseksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS tidak berarti mereka bebas HIV/AIDS karena bisa saja tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan mereka sudah tertular HIV/AIDS.

Perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu:

(1). Laki-laki dan perempuan dewasa melakukan hubungan seksual di dalam nikah dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi suami tidak pakai kondom, karena bisa saja salah satu dari pasangan tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS;

(2). Laki-laki dan perempuan dewasa melakukan hubungan seksual di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, karena bisa saja salah satu dari pasangan tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS;

(3). Laki-laki dewasa melakukan hubungan seksual, di dalam atau di luar nikah, dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, dalam hal ini pekerja seks komersial (PSK), dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, karena bisa saja PSK tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS;

(4). Laki-laki dewasa melakukan hubungan seksual dengan waria dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, karena bisa saja waria tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS;

(5). Perempuan dewasa melakukan hubungan seksual gigolo dengan kondisi gigolo tidak pakai kondom, karena bisa saja gigolo tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS.

Perilaku nonseksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu:

(6). Menerima transfusi darah yang tidak diskrining HIV karena bisa saja donor mengidap HIV/AIDS sehingga darah yang didonorkan mengandung HIV;

(7). Memakai jarum suntik secara bersama-sama dengan bergantian pada penyalahguna Narkoba karena bisa saja ada di antara mereka yang mengidap HIV/AIDS sehingga darahnya masuk ke jarum suntik yang akan dipakai penyalahguna lain.

Maka, bagi orang-orang yang pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual dan perilaku nonseksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS biar pun tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang terkait dengan HIV/AIDS selayaknya menjalani tes HIV secara sukarla di Puskesmas atau rumah sakit.

Sudah saatnya media ikut membantu penanggulangan HIV/AIDS dengan berita yang komprehensif bukan yang mengandung mitos dan yang membuat masyarakat panik. (Sumber: Kompasiana, 25/5-2022). *

Tinggalkan Balasan