Kalau Indonesia punya Surabaya , maka Rusia atau lebih tepatnya Uni Soviet punya St.Petersburg atau Leningrad. Kota inilah yang dianggap sebagai Kota Pahlawan negeri Soviet yang pada perang Dunia II atau tepatnya dalam periode Juni 1941 hingga Januari 1944 dikepung oleh Jerman selama 872 hari.
Kisah tragedi kemanusiaan, dan juga kepahlawanan terjadi pada masa itu. Masa ketika Leningrad dikepung dan hanya ada satu jalan keluar untuk mendapatkan Supply makanan. Untuk mengenang tragedi sekaligus kisah kepahlawanan itu dibangunlah sebuah monumen di Ploshad Pobedy atau Lapangan Kemenangan yang diberi nama “Monumen to the Heroic Defenders of Leningrad”. Ke sanalah saya berkunjung pada akhir Juli 2008. Dalam Bahasa Rusia Monumen ini bernama ‘Monumen Heroisceskim Sashitnikam Leningrada”.
Seperti biasa, dengan naik kereta bawah tanah Metro, saya menuju ke stasiun Moskovkaya. Stasiun pertama yang saya kunjungi di kota ini ketika tiba dari Bandara Pulkovo. Stasiun Ini terletak persis di bawah Lapangan Kemenangan atau Ploshad Pobedy.
Dari stasiun cukup berjalan kaki melalui lorong bawah tanah dan kemudian kami pun muncul di Lapangan besar yang penuh dengan monumen khas Soviet yang gagah, dingin namun penuh wibawa.
Dari kejauhan yang pertama kali terlihat adalah sebuah tugu atau obelisk yang ada di tengah Lapangan atau monumen berbentuk cincin yang terbelah.
Saya berjalan mendekati tugu ini. Tampak angka 1941-1945 di atas tugu yang berwarna merah bata. Di belakangnya tampak distrik Moskovkaya yang dibangun sebelumnya. Tampak simetris dengan bangunan gedung apartemen yang juga arsitekturnya khas sosialis era Soviet. Terkesan angkuh dan sedikit menyeramkan, namun penuh misteri yang mengundang rasa ingin tahu.
Saya terus berjalan mendekati kaki monumen. Di sini banyak terdapat patung-patung yang menggambarkan prajurit, pejuang, dan juga rakyat sipil yang digambarkan saling bahu membahu dalam mempertahankan Leningrad dari kepungan Jerman.
Patung-patung ini ditempatkan di atas pedestal yang terbuat dari marmer wana coklat kemerahan dan dibuat berdasarkan kelompok sosok-sosok yang terlihat sangat hidup dan khas pahatan Era Soviet. Ada kelompok prajurit yang membawa senapan dan mengibarkan bendera, ada juga kelompok partisan, penerbang dan pelaut, dan juga pekerja yang sedang membangun pertahanan kota serata rakyat biasa. Saya melihat semua patung-patung itu sambil membayangkan bagaimana kerasnya kehidupan selama hampir 900 hari dalam kepungan Jerman.
Bahkan ada kisah-kisah penduduk Leningrad yang makan apa saja selama itu, bermula dari burung dan kucing, sampai kemudian perabotan, buku dan kemudian sebagian menjadi kanibal.
Saya terus berjalan dan mulai masuk ke monumen yang berada di bahwa lapangan. Di sini terdapat Api Abadi yang sejak diresmikan pada 1975 terus menyala hingga kini. Di dekatnya juga ada patung yang melambangkan penderitaan rakyat kal itu, terasuk ibu yang menggendong anaknya yang tampaknya sudah meninggal akibat kelaparan.
Di sini juga terdapat sebuah Memorial Hall yang berisi artefak untuk mengenang kisah menyedihkan dalam sejarah Kota Leningrad itu. Di kedua sisi memorial hall ada tembok dengan mozaik yang sangat indah dan menyentuh hati.
Berkunjung ke monumen seperti ini, terlepas dari ideologi ataupun ke pihak mana kita berada membuat kita merasa bahwa perang adalah sebuah tragedi bagi manusia dan kemanusiaan.
Dan mau tidak mau, kita harus memberikan rasa hormat kepada rakyat Leningrad yang sanggup bertahan menghadapi kepungan Jerman selama hampir 900 hari. Sebuah kisah kepahlawanan yang sangat menyentuh.
Dan dalam membangun monumen dan memorial seperti ini. Uni Soviet memang selalu mengesankan. Sebuah kunjungan yang memperkaya rasa kemanusiaan.