Menara Miring pun Ada di Tiongkok

Berita, Wisata72 Dilihat

Kota Suzhou terletak di bagian selatan Delta Sungai Yangtze dan merupakan salah satu kota kuno di Cina yang telah ada semenjak 514 B.C. Suzhou sangat terkenal sebagai Venezia dari Timur dan juga sebagai kota taman. Kota ini mulai berkembang pesat sebagai kota dagang pada saat The Grand Canal yang menghubungkan Beijing dan Hangzhou selesai dibangun pada masa Dinasti Sui (589-618). Sehingga banyak bangsawan mulai mendirikan bangunan dan taman-taman yang keindahannya terkenal sampai saat ini. Menurut cerita, ada lebih dari 200 taman di kota ini, dan sampai saat ini 69 di antaranya terawat dengan sangat baik sehingga masih dapat dinikmati sampai saat ini dan perjalanan kita nanti hanya melihat beberapa di antaranya.

 

Tidak lah berlebihan bila ada pepatah Cina kuno yang menyebutkan Bila di langit ada surga, maka di bumi ada Suzhou dan Hangzhou. Dengan ingatan atas pepatah ini maka tidak sengaja saya masuk ke peron Shanghai Railway Station ketika waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 8 malam dengan harapan mendapatkan informasi untuk pergi ke Suzhou. Di dalam stasiun yang besar dan megah itu, papan pengumuman elektronik berisi keberangkatan kereta dengan nomor kereta dan kota tujuan yang tertulis dalam aksara kanji. Setelah melihat lihat sebentar ternyata satu loket dengan tulisan English Speaking Staff.  Tanpa ragu saya segera antre,  karena hanya ada 1 orang di depan saya dalam waktu 5 menit saya sudah memiliki tiket pulang balik untuk besok dengan harga 22 Yuan sekali jalan.

Paket Tur yang dijual di atas KA

 

Kereta api kami no. T764 tepat waktu meninggalkan Shanghai Railway Station pada pukul 8 pagi dan segera meluncur cepat meninggalkan metropolis terbesar di China menuju Suzhou di Provinsi Jiang Su. Tidak lama kemudian beberapa pramugari segera bergerak di koridor dan menjual makanan dan minuman kecil. Di samping itu tampak juga petugas kereta api berseragam yang menjual barang-barang suvenir seperti lampu senter tanpa baterai dan gasing dengan harga 10 Yuan. Kereta api di Cina memang merupakan angkutan rakyat yang dikelola dengan sangat baik dan merambah ke seluruh negeri yang luas ini. Bahkan kereta api cepat dengan kecepatan sekitar 200 km pun dengan penampilan seperti bullet train di Jepang sudah ada di Cina dengan nama CRH (China Railway High speed ).

 

Tidak lama kemudian ada juga seorang petugas berseragam berbicara dalam bahasa Mandarin menawarkan tur di Su Zhou sambil membawa brosur. Karena mula-mula saya tidak mengerti, petugas itu kemudian membawa selembar kertas yang dilaminating dengan keterangan dalam bahasa Inggris mengenai tur ke 6 tempat lengkap dengan gambar-gambar dengan hanya harus membayar 15 Yuan. Dengan membayar 15 Yuan, saya diberi selembar tiket masuk dan stiker sebagai bukti dan dengan bahasa isyarat diminta untuk menunggunya setelah tiba di Suzhou. Sebagai petanda dia membawa semacam bendera kecil berwarna kuning dengan logo travel agent bergambar kuda,

 

Setelah kira-kira 50 menit berangkat dari Shanghai huo che chan atau Stasiun KA Shanghai maka kereta pun tiba di Stasiun Suzhou. Kereta hanya berhenti sebentar untuk menurunkan dan menaikkan penumpang sebelum melanjutkan perjalanan sampai ke Nanjing. Setelah sampai di peron tampak 6 orang selain saya yang juga telah membeli tiket 15 Yuan untuk ikut tur tersebut dan semuanya tampaknya turis domestik. Beruntung ada seorang pemuda berusia 25 tahunan yang bisa berbahasa Inggris sehingga dia menjelaskan bahwa kita akan diajak tur ke 6 tempat dengan bus dan hanya membayar tiket masuknya saja. Dia mengaku berasal dari Cina Utara dan bahasa inggris nya sangat baik selain itu karena tur akan berakhir sekitar pukul 6 sore, tur juga akan membantu untuk membeli tiket kereta bagi yang akan kembali ke Shanghai hari itu juga. Pemuda itu sendiri akan bermalam di Suzhou. Saya jelaskan bahwa saya sudah membeli tiket untuk kereta pukul 16,30.  Akhirnya dijelaskan bahwa tiket kami dapat diganti dengan yang lebih malam karena jam 16.30 tur belum selesai. Akhirnya saya serahkan tiket Suzhou-Shanghai ke pemandu wisata dan sekitar pukul 3 siang saya mendapat tiket baru untuk KA jam 19.23 dengan harga hanya 15 Yuan. Uang lebihnya pun dikembalikan.

 

Setelah itu kami bersama berjalan keluar stasiun dan kemudian petugas yang di kereta menyerahkan rombongan kami pada seorang gadis pemandu tur. Kami segera diajak naik mini bus menuju stasiun bus dan kemudian pindah ke bus yang lebih besar. Ternyata di sana sudah berkumpul beberapa grup lagi sehingga total jumlah kelompok kami sekitar 30 orang. Semuanya wisatawan domestik. Rupanya petugas di KA hanya semacam feeder saja. Dan pemandu tur kami adalah sorang pemuda yang hanya berbahasa mandarin, Dengan bantuan pemuda yang bisa berbahasa Inggris akhirnya dijelaskan bahwa saya harus membayar 165 Yuan untuk seluruh tiket masuk. Dan dimulailah tur dengan pemandu yang banyak berbicara namun sama sekali saya tidak tahu apa yang diucapkan.

Lion Forest Garden

 

Bus kami pun berjalan menyelusuri jalan-jalan di kota Su Zhou, tidak sampai 10 menit kami pun tiba di tujuan pertama.  Mula-mula saya sendiri tidak tahu nama tempat wisata ini. Kemudian di tempat pembelian tiket saya baru tahu bahwa namanya Lion Forest Garden, sedangkan beberapa brosur wisata dalam bahasa Inggris juga menyebutnya Lion Grove Garden. Pemandu wisata menyuruh kami masuk melewati penjaga tiket sambil bersama menghitung jumlah rombongannya. Dan kami pun masuk dalam taman yang memang indah.

 

Lion Grove Garden dibangun pada1342 semasa dinasti Yuan  oleh seorang Biksu Buddha Tianru dan sekelompok pengikut Zen untuk memperingati guru mereka Biksu Zhongfeng,.

 

Taman seluas kira-kira 10.000 meter persegi ini merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi dan memiliki beberapa menara dan paviliun dengan gaya bangunan yang berbeda. Tempat yang sangat unik di taman ini adalah jalan-jalan labirin yang dibuat dari batu karang. Labirin ini dikenal juga dengan sebutan kerajaan karang dan ditata dengan sedemikian apik sehingga tampak berbentuk seperti singa dalam bermacam-macam pose.

 

Ketika sedang asyiknya menikmati keindahan taman, kebun perahu batu, dan batu karang berbentuk singa, tiba-tiba hujan rintik-rintik mulai turun membasahi Suzhou. Saya mulai berteduh di dalam salah satu paviliun dan ketika pemandu memerintahkan kami untuk mengikutinya seorang wanita setengah baya dengan ramah mengajak saya untuk berbagi payungnya. Wanita ini kemudian juga banyak menolong saya dan kemudian saya tahu bahwa dia berasal dari Beijing. Akhirnya setelah selesai di Lion Forest Garden saya pun sempat membeli payung seharga 10 Yuan di toko tempat menjual suvenir di depan taman. Dan payung ini banyak membantu karena hujan rintik-rintik terus turun sepanjang hari.

 

Couple’s Retreat Garden. (Ou Yuan)

 

Kunjungan ke dua adalah ke Ou Yuan atau dalam bahasa Inggris Couple’s Retreat Garden. Dalam papan keterangan yang ditulis dalam Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris, disebutkan bahwa taman ini luasnya hanya sekitar 0.8 hektar dan merupakan salah satu taman yang luasnya paling kecil di Suzhou.

 

Taman ini terdiri dari bangunan utama yang diapit oleh taman timur dan taman barat. Di Taman timur ada gunungan yang seakan-akan timbul dari kolam. Paviliun, teras dan menara diletakkan di sekitar gunungan tadi. Di Taman Barat terdiri dari studio, paviliun, dan halaman taman. Selain itu di Taman ini ada banyak pohon-pohon tua berusia ratusan tahun.

 

Couple’s Retreat Garden ini dikelilingi kanal kecil pada ketiga sisinya dan terdapat dermaga pada pintu masuk muka dan belakang. Dari dermaga ini kami kemudian naik perahu dayung yang dikayuh dengan tenaga manusia. Si tukang perahu yang berusia kira-kira 65 tahunan terus bernyanyi lagu-lagu Cina klasik sambil menyusuri kanal-kanal di Suzhou yang indah., pada akhir setiap lagu semua penumpang bertepuk tangan dengan riang sambil berteriak-teriak menyuruh pedayung untuk menyanyikan satu lagu lagi. Jadi bagaikan naik gondola di Venezia.

Water way tour

 

Setelah naik perahu dayung di kanal kecil kami pun kemudian pindah ke Grand Canal untuk naik perahu atau kapal bermesin yang cukup besar. Dengan kapal ini kami berlayar di Grand Canal mengelilingi kota Suzhou dan berakhir di tempat yang lain dimana bus kami sudah menunggu. Grand Canal sendiri terlihat bagaikan sungai yang lebarnya lebih dari 500 meter dan tampak lurus karena memang dibuat oleh manusia. Setelah kita berlayar baru tiketnya dikasih oleh pemandu dan ternyata judulnya adalah The Tour through Suzhou by Water way dengan harga 68 Yuan.

 

Lingering Garden (Liu Yuan).

 

Tempat ketiga yang kita kunjungi adalah Lingering Garden (Liu Yuan). Taman ini merupakan salah satu taman terluas di Suzhou. Dibangun pada masa Dinasti Ming (1368-1644), kita dapat melihat sebuah kolam dikelilingi oleh paviliun dan gunung-gunungan. Selain itu terdapat koridor sepanjang lebih dari 700 meter yang menghubungkan semua tempat yang dapat kita kunjungi.

 

Lingering Garden dibagi dalam empat bagian utama, yaitu, Taman Tengah, Taman Timur, Taman Utara dan Barat. Di bagian selatan terdapat kuil untuk menghormati leluhur dan bangunan utama.

 

Di bagian utara terdapat kebun bonsai dimana ada lebih dari 500 macam bonsai.

 

Selain itu, Lingering Garden juga menjadi tempat pameran Kaligrafi Cina untuk lebih dari 100 penulis Kaligrafi dari Dinasti Jin, Tang,  Song,Yuan, Ming ,dan Qing. Dengan melihat kaligrafi ini kita seakan-akan bertamasya melalui lebih dari masa 1000 tahun.

Shan Tang Road, Venezia dari Timur

 

Setelah puas melihat-lihat sebagian dari Taman-taman klasik yang terkenal di Suzhou, maka kami diajak untuk melihat Shantang Road, daerah kota air yang memiliki banyak jembatan dan kanal sehingga Suzhou terkenal sebagai Venezia dari Timur. Ketika Marcopolo sempat mengunjungi Suzhou pada akhir abad ke 13, Ia memuji Suzhou sebagai kota yang besar dan mulia.

 

Di sini terdapat beberapa museum yang menggambarkan kebesaran Suzhou di masa lampau. Kita juga dapat kembali mencoba menaiki perahu dayung menyusuri kanal-kanal dengan jembatan-jembatan yang indah.

 

Hang Shan Shi

 

Salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi adalah biara Hanshan atau hanshan shi atau biara gunung dingin (Cold Mountain Temple). Terletak di sebelah barat kota Suzhou, biara ini mula-mula dibangun pada masa dinasti Liang (502-557). Nama Hanshan sendiri diambil dari nama seorang biksu yang pernah menjadi ketua biara semasa dinasti Tang (618-907).

 

Di biara ini terdapat lonceng raksasa yang kabarnya kalau dibunyikan gemanya terdengar sampai jauh. Untuk masuk ke menara lonceng kita harus membayar 5 Yuan. Pada setiap tahun baru Cina, ribuan turis berkumpul di sini untuk mendengarkan bunyi lonceng yang dipukul sebanyak 108 kali. Demikian terkenalnya suara lonceng ini hingga diabadikan oleh seorang penyair dinasti Tang, Zhang Ji sbb: Di luar kota Suzhou, berdirilah Biara Hanshan, gema lonceng tengah malamnya mencapai jauh sampai ke kapalku.

 

Selain itu di bagian belakang biara terdapat pagoda berlantai lima. Kita dapat naik tangga berputar sampai ke lantai dua dimana terdapat patung Buddha dari emas. Tangga ke lantai atasnya ditutup. Dari lantai dua ini pengunjung melemparkan uang logam ke atas genteng pintu gerbang pagoda dengan harapan bila uang logam tersebut jatuh di atas genting suatu saat kita dapat kembali lagi ke Suzhou.

 

Ketika tour hampir berakhir, masih ada satu tempat yang akan kita kunjungi, namun kita harus membeli sendiri tiket masuk sebesar 60 Yuan, karena yang tadi pagi kita bayar belum termasuk tiket ini. Seorang penyair dinasti Sung pernah berkata akan menjadi penyesalan seumur hidup bila anda berkunjung ke Suzhou tapi tidak mampir di Hu Qiu. Karena itu saya pun ikut masuk walaupun kaki sudah mulai merasa lelah dan tetap terpana dengan keindahan pagoda miring di atas bukit itu. Bagi yang tidak ingin masuk dapat menunggu di sekitar tempat parkir bus. Hari sudah mendekati senja sekitar pukul 4.30 sore ketika kita masuk pintu gerbang dan pagoda Yunyan yang berusia lebih seribu tahun di atas bukit tampak memanggil kita untuk terus naik ke atas.

 

Kira-kira di pertengahan sebelum mencapai puncak terdapat batu yang tampaknya terbelah oleh goresan pedang. Batu ini yang dinamakan batu penguji pedang. Menurut legenda, batu tadi terbelah karena terus menerus digores sebagai penguji ketajaman pedang oleh Raja Helu yang makamnya ada di dekat atas bukit sebelum kita mencapai puncak. Juga disebutkan bahwa Raja ini dimakamkan bersama 3000 pedangnya dan 1000 orang yang membangun makam tersebut harus dibunuh agar rahasia tempat pedang tersebut disimpan tetap terjaga.

 

Raja Helu yang meninggal pada 600 BC ini dianggap sebagai bapak pendiri Kota Suzhou. Seekor harimau putih katanya sering tampak menjaga makam ini, karenanya bukit ini dinamakan bukit harimau. Di atas bukit tampak pagoda yang telah menjadi miring sejak diselesaikan pada 961. Kemiringannya telah mencapai lebih dari dua meter dan batuan beton telah dipasang di fondasi pagoda untuk mencegah kemiringan lebih lanjut. Pagoda Yunyan ini lebih tepat disebut sebagai Menara Pisa dari Suzhou dan sudah ada sebelum Menara Pisa sendiri dibangun.

 

Tur Lokal: Siapa Takut

 

Akhirnya tur kami pun berakhir setelah bus mengantarkan kami kembali ke stasiun Bus. Dari situ stasiun Suzhou sudah tampak dalam jarak kira-kira 500 meter dan dengan KA pukul 19.23 saya kembali ke Shanghai dengan seribu kenangan akan tur yang menarik. Karena harus ikut tur lokal dengan pemandu yang sangat banyak bicara namun saya tidak mengerti yang diucapkan. Cerita mengenai tempat-tempat yang saya kunjungi pun saya dapat dari papan keterangan atau sumber-sumber lain setelah kembali ke Shanghai.

 

Keesokan harinya ketika mengunjungi Pearl TV Tower di Shanghai, saya baru tahu bahwa banyak tur berbahasa Inggris dari Shanghai ke Suzhou, namun pada umumnya hanya mengunjungi beberapa tempat saja dan biayanya jauh lebih mahal dari pada tur yang saya ikuti.

 

 

Tinggalkan Balasan