Belajarlah Kung Fu Sampai ke Buenos Aires

Wisata61 Dilihat

Belajarlah Kung Fu Sampai ke Buenos Aires!

Buenos Aires adalah ibukota Republica Argentina yang juga merupakan salah satu metropolis terbesar di benua Amerika bagian Selatan yang lebih kondang dengan sebutan mesra Amerika Latin. Hanya kota Sao Paolo di Brasil yang boleh dikatakan lebih besar dan banyak penduduknya dibandingkan kota yang terletak di tepi Rio del Plata ini.

Pengembaraan pertama saya di kota ini adalah mencari “Pueblo de Chino” dimana kita akan lebih mudah menemukan makanan yang lebih sesuai dengan lidah Asia. Asyiknya, di kota ini, sejak tahun 1913, sudah terdapat angkutan masal yang disebut dengan “Subte”, yang merupakan kependekan Sub Terraneo alias “bawah tanah”. Ongkosnya pun cukup ekonomis, yaitu jauh dekat hanya 2.50 Peso Argentina.

Setelah keluar dari stasiun Juramentos yang berada di Linea atau jalur D, saya pun mulai bertanya kepada serang pramuniaga toko dimana letak China Town ini. Dengan bahasa Spanyol sang penjaga toko menjelaskan bahwa saya harus belok ke kanan di perapatan pertama dan kemudian berjalan beberapa blok sampai ketemu sebuah plaza. Setelah itu menyeberangi jalan dan jalur kereta api, maka kita akan tiba di kawasan yang kita cari.

Sesuai dengan anjurannya setelah perempatan pertama saya pun belok kanan dan menyusuri Avenida Juramentos. Ternyata cukup banyak pemandangan yang saya nikmati dalam perjalanan sekitar 10 atau 15 menit ini.

Pemandangan pertama yang kita lihat adalah sebuah plaza atau lapangan yang disebut Plaza “Joaquin Sanchez”. Di dekat tempat ini terdapat sebuah bangunan besar mirip gereja yang bentuknya bahkan serupa dengan Gereja Portugis yang ada di dekat stasiun Gambir di Jakarta. Di kawasan ini juga terdapat lapak-lapak kaki lima yang menjual segala macam barang, baik keperluan sehari-hari atau pun pernak-pernik yang menarik.

Di lapangan ini juga kebetulan sedang ada semacam promosi untuk masuk menjadi taruna di Angkatan Bersenjata Argentina. Sebuah grup marching band sedang menyanyikan lagu-lagu mars dengan nada yang riang. Saya pun sempat menikmati lagu-lagu ini sambil melihat-lihat beberapa kios bertenda putih.

Salah satu kios ternyata menjual miniatur tentara yang terbuat dari logam dan sangat khas Argentina. Dia juga membagikan sebuah brosur mengenai acara peringatan ulang tahun pecahnya perang Malvinas memperebutkan Kepulauan Malvinas yang oleh Inggris disebut Falkland Islands. Perang ini terjadi pada pertengahan tahun 1982 dan begitu terkenal sampai ke Indonesia sehingga nama Malvinas pun dijadikan nama salah satu makan favorit di Indonesia.

Kami terus berjalan dan di sebelah kiri kebetulan melihat sebuah bus bertingkat yang atasnya terbuka dan ternyata merupakan bus wisata  keliling kota Buenos Aires yang sering juga disingkat BA ini. Tidak jauh dari tempat ini terdapat sebuah gedung tua yang ternyata sebuah museum yang namanya Museo Historico Sarmiento.

Akhirnya kami pun bertemu lagi dengan sebuah plaza yang kali ini berupa lapangan rumput dengan pohon-pohon yang rindang. Banyak sekali pasangan tua dan muda yang sedang duduk santai di plaza atau taman ini. Setelah menyerang jalan tampak sebuah terminal bus yang namanya Belgrano. Dan tepat di belakangnya terdapat sebuah stasiun kereta api yang mirip dengan stasiun komuter Jabotabek, namanya pun sama yaitu Belgrano.

Setelah melewati rel kereta api, barulah kami melihat pintu gerbang khas Cina dengan tiga buah aksara Cina yang mungkin artinya adalah Kampung Cina. Di sepanjang jalan ini, suasananya memang khas Cina dengan banyaknya toko dan restoran Cina. Penjualnya pun kebanyakan etnis Cina yang sudah lama tinggal di Argentina an kebanyakan mahir berbahasa Spanyol. Selain itu nama toko dan restoran pun sangat khas seperti Cara China yang artinya Rumah Cina, Tienda de Fengsui yang artinya Toko Fengshui. Rumah makan pun memiliki nama yang khas seperti Restorante La Gran Muralla China atau Tembok Besar Cina.

Yang paling menarik adalah di kawasan ini, di sebuah papan pengumuman ada sebuah iklan tempel mengenai les atau kursus kungfu yang diadakan di persimpangan jalan Belgrano dan Florida Oeste. Wah, kalau saja saya tinggal lama di Buenos Aires, boleh juga belajar kung fu di sini!

Setelah puas berjalan-jalan dan menikmati makan siang di Pueblo de Chino ini, saya kembali berjalan kaki ke stasiun Subte Juramento untuk menuju ke pusat kota Buenos Aires. Di dalam kereta yang kebetulan tidak terlalu ramai ini saya pun merenung akan diaspora etnis Cina yang bahkan harus menyeberangi paling tidak dua samudra untuk sampai ke negri Diego Maradona dan petenis cantik Gabriela Sabatini ini.

Suatu hari minggu yang menyenangkan di Buenos Aires!

Tinggalkan Balasan