Tersesat Naik Busway di Los Angeles

Wisata21 Dilihat

Ingat Busway, ingat Bang Yos dan Bogota, ibu negeri Kolombia yang sempat dikunjunginya dalam studi banding sebelum membangunnya di Jakarta.  Tetapi, siapa sangka, Los Angeles, kota terbesar di pantai barat Amerika Serikat pun ternyata memiliki angkutan massal yang yang disebut juga Bus Rapid Transport atau BRT. Busway di Los Angeles merupakan bagian dari sistem angkutan massal atau Metro yang terpadu dan meliputi bus, kereta bawah tanah dan juga Light Rail Transit.

Dari pusat kota Los Angeles di sekitar Figueora dan Flower Street saya naik Bus no 460. Bus ini tujuannya ke Disneyland di Anaheim yang letaknya cukup jauh dari Down Town LA. Akan tetapi tujuan saya adalah Los Angeles Memorial Coliseum yang merupakan kompleks stadion yang digunakan pada Olimpiade 1984. Kebetulan saya memang sedang berupaya mengunjungi beberapa stadion yang pernah menjadi lokasi pesta olah raga musim panas sejagat ini.

Bus kemudian terus berjalan melewati jalan-jalan di pusat kota Los Angeles yang tidak terlalu ramai, dan kemudian tiba-tiba saja memasuki semacam jalan bebas hambatan yang melayang di atas jalan-jalan pinggiran kota Los Angeles. Ini adalah Harbour Freeway pikir saya dan kemudian bus terus melaju dengan kencang melewati beberapa halte. Ternyata, Bus saya sudah memasuki interstate Highway no 110 yang merupakan jalan raya bebas hambatan menuju ke kawasan Disney Land di Anaheim.

Bagian tengah dari jalan bebas hambatan ini digunakan khusus untuk jalur busway yang merupakan bagian dari Metro Los Angeles. Jalur ini merupakan Silver Line dari Metro LA. Bus melaju dengan cepat melewati beberapa stasiun atau lebih tepat disebut halte ketika saya baru sadar bahwa tujuan saya sesungguhnya  sudah terlewat karena terletak tidak terlalu jauh dari pusat kota LA. Saya seharusnya turun di 37th Street/USC Station yang masih terletak di kawasan Harbor Freeway.  Namun karena merasa asyik naik busway yang berada di tengah-tengah jalan bebas hambatan, saya baru sadar ketika bus sudah melewati Slauson/Harbor Freeway Station dan memasuki jalan raya bebas hambatan menuju Anaheim.  Akhirnya saya memutuskan untuk turun di stasiun berikutnya yaitu di Manchester/ I 110 Station.

Di Halte ini, tidak ada orang lain di kedua platform baik yang menuju ke Anaheim maupun yang balik menuju pusat kota Los Angeles. Saya benar-benar merasa tersesat dan tidak ada satu orang pun untuk bertanya. Yang saya lihat hanyalah halte yang sepi dan ribuan kendaraan yang melaju kencang di dua arah jalan raya bebas hambatan di negara bagian California. Saya jadi teringat akan film serial di TVRI  berjudul  CHIP atau California Highway Patrol yang terkenal di tahun 1980-an. Akhirnya saya pun menuruni tangga untuk melewati bawah jalan layang dan kemudian naik lagi untuk muncul di platform sebarang. Di sini saya menunggu bus yang menuju pusat kota LA.

Untungnya sebuah papan kecil berisi informasi nomor bus, jadwal dan juga halte-halte yang dilewati sedikit memberikan titik terang. Setelah menunggu dalam kesendirian di tengah sebuah halte busway yang berada di tengah-tengah jalan raya Interstate 110 yang terdiri dari puluhan jalur kendaraan yang bergerak cepat, saya pun naik bus rute 550 yang menuju West Hollywood .Setelah naik bus ini, saya terus memperhatikan nama halte yang dilewati untuk meyakini bahwa saya tidak kebablasan dan tersesat lagi seperti tadi .

Bus kembali melaju kencang di tengah Interstate I-110 dan melewati halte yang telah saya lewati tadi yaitu Slauson Avenue. Kemudian , saya merasa sangat beruntung karena di sekitar 39th street bus kemudian turun dari jalan bebas hambatan. Bus kemudian melewati South Figueroa Street dekat Exposition Avenue dimana lokasi LA Memorial Coliseum berada. Saya pun turun dan kemudian berjalan kaki menuju kompleks stadion yang besar dan bersejarah ini.

Suatu “blessing in disguise”, ternyata kebablasan ini memberikan keuntungan. Karena kalau saya tetap dengan rencana semula yaitu turun di halte 37th street/USC, saya masih harus jalan kaki lebih jauh menuju tujuan saya ke stadion yang pernah menjadi venue Olimpiade pertama yang diadakan secara komersial pada 1984 ini. Menurut kisah, Olimpiade musim panas ke xxiii ini juga menjadi ajang balas dendam negara-negara blok Soviet yang melakukan boikot karena sebelumnya Amerika Serikat dan sekutunya juga melakukan boikot Olimpiade Moskwa, ibukota Uni Soviet pada 1980.

Dalam perjalanan ini saya juga melewati Exposition Park, dimana tidak jauh dari tempat ini dipamerkan beberapa tipe pesawat dari jaman baheula. Selain itu , sebuah gedung yang disebut California Science Centre juga sempat saya lewati. Sayangnya hari sudah senja sehingga saya tidak dapat masuk ke dalam dan hanya menikmatinya dari luar saja.

Saya berjalan menuju ke kompleks stadion. Suasana terasa sangat sepi di kompleks yang luas ini. Sepasang patung perunggu yang mungkin melambangkan atlet tanpa kepala menyambut saya dengan dingin. Di kejauhan pintu gerbang yang megah berwarna coklat krem bertuliskan “Los Angeles Memorial Coliseum “ dengan lima lingkaran yang melambangkan lima benua pada  logo Olimpiade juga berdiri dengan angkuh. Namun yang membuat saya agak sedikit tidak nyaman adalah sepinya tempat ini.

Hari sudah semakin senja dan setelah puas mengelilingi tempat ini. Saya pun kembali ke halte terdekat.  Kali ini, saya pun kembali merasa tersesat karena tidak tahu harus naik apa dan bus nomor berapa. Lagi pula, di kawasan ini, jangan harap untuk melihat taksi yang melintas kecuali kita menelepon, sementara hari pun semakin gelap. Untungnya tidak jauh, terdapat sebuah mini market yang menjual makanan dan minuman ringan .

Saya pun bertanya kepada gadis penjaga mini market berwajah hispanik dengan menggunakan bahasa Spanyol.  Bahasa Spanyol memang merupakan bahasa kedua uang digunakan secara resmi di negara bagian California ini.   “Alli, alli!”  kata sang gadis sambil menunjukkan lokasi sebuah halte lain dimana saya dapat menunggu bus yang membawa saya kembali ke pusat kota di sekitar Figueora Street dan Flower Street.

Di dalam bus yang membawa saya ke pusat keramaian kota LA , saya pun membayangkan naik busway di Jalan Tol Jagorawi.  Suatu pengalaman unik dan tidak terlupakan dua kali tersesat di kota maha luas yang bernama Los Angeles.

Tinggalkan Balasan