New York, kota terbesar di Amerika Serikat yang identik dengan gedung-gedung pencakar langit, mobil limosin mewah yang panjangnya bisa 8 sampai 10 meter, dan juga tentu saja etalase dan wajah kemakmuran negeri yang konon memiliki peringkat ekonomi terbesar di dunia.
Tidak mengherankan kalau kita berjalan-jalan di 5th Avenue ataupun Madison Avenue, tampak deretan toko dan pusat perbelanjaan yang menjual barang-barang mewah dan bermerek. ‘Hanya turis dari Asia yang bisa membelinya,” demikian komentar seorang teman yang tinggal di New York. Lucunya kalau dulu turis Asia yang dimaksud adalah turis Jepang, maka sekarang lebih banyak adalah turis dari Cina yang punya kebiasaan memborong barang bermerek di pusat perbelanjaan mewah, baik di Eropa maupun Amerika.
1401846645459513616
Namun, kalau kita sempatkan juga berjalan di sepanjang kaki lima di 5th Avenue, kadang-kadang kita juga berjumpa dengan pemandangan yang kurang sedap dan tidak mengharapkan akan menemukan adanya pemandangan ini di Amerika. Pengemis yang biasanya hanya duduk di emperan toko sambil menuliskan sesuatu di sepotong kartu. Tulisannya biasanya sangat mengiba seperti “homeless and need money for food” atau ada juga yang cuma sekedar ingin mengumpulkan uang untuk ongkos kembali ke kampung halamannya di pelosok negeri Amerika yang luas ini.
“Hey, don’t take the picture of my husband”, seorang wanita tiba-tiba saja berteriak karena mengira saya sedang mengambil gambar seorang lelaki yang sedang duduk di emperan toko. Saya cuek saja dan terus melangkahkan kaki di kerumunan pejalan kaki di jalan yang terkenal sebagai “The Most Expensive Shopping Street in the World” ini.
Selain di emperan toko, para pengemis juga kadang-kadang beroperasi di keramaian kereta api bawah tanah alias subway yang memiliki banyak sekali jalur di seantero Kota New York. Baik di kawasan Manhattan, Brooklyn, Queens, apalagi Bronx. Mereka biasanya langsung meminta kepada penumpang sambil bercerita seribu satu macam hal yang membuat kita menjadi kasihan. Baik uang logam dengan nilai dime (sepuluh sen) maupun quarter (dua puluh lima sen), apalagi lembaran satu Dollar akan selalu diterima dengan senyum yang menampakkan deretan gigi putih sang pengemis.
Yang lebih lucu lagi ada juga yang membawa tas besar berisi makanan yang dikatakan akan disumbangkan kepada orang-orang homeless. Penumpang diharapkan memberikan donasi ataupun sumbangan serelanya. Selain itu di setiap stasiun subway, terutama stasiun yang besar dan ramai di mana beberapa jalur saling bertemu dan penumpang ramai berpindah kereta, dapat dipastikan ada pengamen yang selalu sibuk dengan berbagai jenis alat musiknya.
Masih di kawasan 5th Avenue yang kebetulan tidak jauh dari Central Park di depan Museum of Modern Arts, juga selalu ramai dengan pedagang kaki lima yang kebanyakan menjual makanan halal versi Timur Tengah . Di sini, banyak orang yang duduk santai sambil menikmati matahari senja Kota New York, dan tentunya tidak ketinggalan para “Street Performance” yang ikut meramaikan suasana.
Namun, yang paling mengejutkan adalah ketika saya naik subway jalur E yang menuju ke World Trade Centre. Sore itu penumpang tidak terlalu ramai sehingga masih banyak kursi yang kosong. Di atas kursi banyak bertebaran brosur yang tertulis dalam Bahasa Spanyol. Ada sebuah nama Senora Fulan lengkap dengan nomor telepon yang bisa dihubungi. Asyiknya yang ditawarkan adalah semacam jasa konsultasi paranormal ataupun dukun bagi pasien yang mengalami berbagai masalah dalam hidup.
Dukun atau paranormal dari New York ini bisa mengatasi hampir seluruh masalah kehidupan, baik berbagai macam penyakit, masalah keuangan, pekerjaan, dan bahkan juga asmara.
Jadi, kalau ingin segera dapat pacar yang keren, boleh juga mampir ke dukun di New York!
New York. Akhir Mei 2014