Saya membuka lemari yang memuat banyak sekali barang-barang yang sempat dikumpulkan dari perjalanan ke manca negara. Sebuah topi berhiaskan sulaman bendera dari ke sepuluh negara peserta Sukan SEA ke 20 tiba-tiba saja muncul di hadapan saya. Benda ini mengingatkan saya akan kejadian lebih 21 tahun yang lalu, ketika saya sempat tinggal “sementara” di Bandar Seri Begawan dan turut ikut terlibat secara langsung dengan kemeriahan pelaksanaan Sea Games ke 20 ini.
Pesta Olah Raga Asia Tenggara, dalam bahasa setempat disebut sebagai Sukan Sea. Pada Agustus 1999, giliran negeri mini yang berada di kawasan Kalimantan Utara ini menjadi tuan rumah intuk pertama kalinya. Euforianya terasa dimana-mana. Banyak sekali hiburan dan kegiatan yang diadakan di seluruh Brunei, khususnya di kawasan Bandar. Demikian mereka memberikan julukan untuk Bandar Seri Begawan yang merupakan ibukota negeri Sultan Bolkiah ini.
Negri yang biasanya sepi, aman, dan tenteram, tiba-tiba menjadi lebih ramai dengan kunjungan ribuan atlet. Dan untuk pertama kalinya di Bandar Seri Begawan terjadi sedikit “kemacetan” lalu lintas.
[/caption]Awang Budiman, Maskot Sukan Sea yang Jenaka
Kalau untuk peyelenggaraan serupa di negara lain, maskot biasanya diambil dari hewan khas negara atau daerah tuan rumah, maka Brunei kali ini memilih pemuda biasa berpakaian tradisional Melayu berwarna kuning, celana hitam dan destar merah sambil menggenggam bendera Brunei di tangannya. Namanya pun cukup sederhana: “.Awang Budiman”. Awang sendiri adalah julukan biasa untuk lelaki muda atau remaja di Brunei.Kata padanannya adalah “dayang” yang digunakan untuk pemudi atau pun remaja putri. Maskot Awang Budiman, ini melambangkan kegembiraan yang digambarkan dengan senyumnya yang jenaka. Selain itu energi dan kesetiaan juga tergambar pada kebeliaannya.
Saking populernya “Awang Budiman” maka pada waktu itu banyak sekali cendra mata dan pernak-pernik bergambarkan Awang Budiman. Untungnya, saya sempat membeli sebuah stiker raksasa seharga 2 ringgit saja dan sampai saat ini masih menghiasi lemari es di rumah saya.
Cendra Mata Membanjiri Brunei
Selain menonton pertandingan yang diselenggarakan di sekitar stadion utama Hassanal Bolkiah dan di daerah Berakas, kegiatan lainnya adalah berburu suvenir. Uniknya penjual suvenir tidak hanya berasal dari Brunei, melainkan juga dari kesepuluh negara peserta. Topi, kaos, T shirt berlogo Sukan SEA ke 20, maskot Awang Budiman pun laris manis. Selain itu , pernak pernik seperti pin bendera negara peserta pun ramai diburu orang.
Tentu saja, benda-benda lain seperti kerajinan tangan juga mudah ditemui. Dan pasar suvenir ini, tidak hanya ada di sekitar stadion, melainkan hampir di seluruh pusat perbelanjaan seperti di “Yayasan”, yang pada saat itu merupakan salah satu dari segelintir pusat perbelanjaan yang ada di BSB. Selain itu lapangan parkir di Bandar , di depan Hotel Sheraton Utama , yang biasanya sepi, juga selalu ramai dengan gerai makanan, minuman dan juga suvenir. Huburan “life music” yang biasanya diharamkan di Brunei pun ikut meramaikan suasana.
Hampir setiap sore dan malam , dalam waktu senggang , kami selalu melihat-lihat dan berburu suvenir sambil juga mencari makanan. Sovenir yang menarik dan masih ada sampai saat ini adalah sebuah boneka porselin Awang Budiman, sebuah miniatur Kris Brunei. Kuis-kuis yang berhubungan dengan penyelenggaraan Sea Games pun sering diadakan secara spontan, dan saya sempat memenangkan hadiah berupa voucher makan pizza yang uniknya harus diambil di daerah Kuala Belait. Jauh di ujung timur negara Brunei Darussalam ini.
Selain itu, banyak gerai menjual cendra mata eks Asian Games ke 13 dari Bangkok yang diadakan Desember 1998. Disini, kita bahkan dapat membeli papan berisi gambar bendera lebih dari 50 negara peserta Asian Games. Kaos atau T shirt eks Piala Dunia di Perancis tahun 1998 pun banyak dijual dengan harga obral.
Menonton Pertandingan Gratis
Selain itu, kegiatan utama lainnya adalah menjadi pendukung untuk tim Indonesia yang sedang bertanding di Pesta Olah Raga ini. Banyak pertandingan yang digelar, dan di Brunei, semuanya serba gratis.
Saya masih ingat menyaksikan pertandingan sepak bola antara Indonesia dan Malaysia di babak penyisihan grup B. Dan Indonesia mampu menewaskan Malaysia dengan skor tidak tanggung-tanggung, 6-0. Selain itu Indonesia juga sempat ketemu Singapura dan berbagi gol 1 – 1. Akhirnya Indonesia maju ke semi final dan sayangnya kandas oleh Vietnam dengan skor 0-1. Thailand akhirnya juara dengan mengalahkan Vietnam, dan Indonesia cukup puas dengan medali perunggu dengan mengalahkan Singapura melalui adu penalti 4-2 .Mau tahu uniknya? Pertandingan di babak penyisihan diadakan di stadion Berakas, kapasitas penonton hanya sekitar 2000 orang dan kami menonton sambil berdiri saja.
Mendadak menjadi Terkenal
Selain itu, tahun 1999 adalah masa dimana pemain bulutangkis Taufik Hidayat mulai mengalami masa kejayaan. Di stadion di Bandar Seri Begawan, kami sempat menyaksikan partai final melawan Wong Chung Han dari Malaysia, dan Taufik pun berhasil merebut medali emas. Begitu terkenalnya Taufik di Brunei, sehingga setiap kali saya ke Brunei dah melewati imigrasi, selalu ditanya, “Encik Taufik, mana raket badmintonnya?”
Sebuah kenangan yang tidak terlupakan di Sukan Sea Brunei Darussalam. Sebuah negri yang aman , tenteram dan damai sehingga dijuluki “Abode of Peace”