oleh

Turunan Disway.id

-Dahlan iskan, Peristiwa, YPTD-Telah Dibaca : 69 Orang

Turunan Disway.id

Catatan Thamrin Dahlan

Dahlan Iskan

MINGGU depan, genap lima tahun saya menulis di Disway. Setiap hari. Tanpa absen satu hari pun. Pun ketika saya di pedalaman Amerika. Atau Tiongkok. Atau India. Atau Pakistan. Atau pun ketika sedang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19.

Anda pun sudah hafal gaya tulisan saya. Mungkin sudah ada yang mulai bosan.

Atau terganggu.

Atau ketagihan.

Mulailah muncul komentar-komentar yang isinya seperti masakan Thailand: pedas, kecut, renyah, gurih, hambar, jadi satu. Dan yang paling menghibur ini: banyak komentar yang lucunya membuat saya tertawa sendiri. Pun ketika di sebelah penumpang di dalam pesawat.

Tentu saya punya banyak masalah rumit di kehidupan ini. Yang memakan energi. Mengerutkan wajah. Memutihkan rambut. Tapi begitu sering kelucuan di komentar itu yang melonggarkan saraf-saraf tegang saya. Mungkin karena itu wajah saya gagal berkerut. Dan rambut saya gagal memutih semua.

Tentu banyak juga tulisan yang isinya lebih bagus dari isi tulisan saya sendiri. Yang gaya bahasanya juga punya ciri khas tersendiri. Sampai-sampai saya sering terpikir: selamat akan saya coba Disway terbit tanpa tulisan saya. Atau hanya berisi judul saja, tanpa isi. Pasti tidak ada yang terasa hilang. Toh banyak pembaca yang memulai membaca Disway justru dari komentarnya dulu.

Ini penghinaan yang jujur sebenarnya. Tapi kalau faktanya begitu maka saya tidak bisa mengenakan pasal penghinaan. Penghinaan yang benar adalah kebenaran. Maka pasal yang harus dikenakan bukanlah pasal penghinaan tapi pasal introspeksi.

Dari pertemuan “Perusuh” Disway di Agrinex, Banten Selatan, tutup tahun lalu saya pun sadar: level pembaca Disway ternyata begitu tingginya. Tanpa pertemuan itu sebenarnya sudah bisa diketahui: dari membaca kualitas komentar di Disway. Pertemuan Agrinex hanyalah konfirmasi belaka.

SUASANA sarasehan para perusuh Disway dengan Dahlan Iskan di Kampung Agrinek, Cikeusik, Pandeglang, Banten, 31 Desember 2022.-Raka Denny for Disway-

Berarti pembaca Disway sudah pada tingkat tidak layak didikte. Terutama oleh opini saya. Berarti Anda, dengan latar belakang seperti itu, adalah orang-orang yang berpikir sangat independen.

Berarti sudah waktunya saya merenungkan suara-suara di komentar Disway. Terutama suara ini: berikanlah wadah ekspresi bagi pembaca. Diwadahi hanya di kolom komentar tidak lagi memadai.

Saya serius sekali memperhatikan suara itu.

Maka mulai terbitan 9 Februari depan, akan ada rubrik baru di Disway: ekspresi pembaca. Ekspresi Anda. Nama rubriknya belum diputuskan. Mungkin itu tadi: Ekspresi Publik. Atau Yourway. Atau Myway. Atau Pryway. Atau apa pun yang Anda usulkan.

Silakan Anda menulis: mengekspresikan pikiran di Disway. Tentu ada aturan mainnya. Lagi dipikirkan. Yang jelas, panjang tulisan tetap dibatasi. Tanpa pembatasan, rubrik itu akan penuh tulisan ngelantur. Kita juga sudah harus terbiasa mengurangi ”banyak bicara” apalagi bicara yang tidak penting.

Yang juga lagi dipikirkan adalah, apakah perlu moderator. Tanpa moderator bisa seperti salah satu ciri medsos: hanya membangun kekacauan. Medsos ibarat sepak bola yang tanpa wasit. Betapa kacaunya.

Tapi saya juga tidak ingin moderator itu seorang diktator yang represif.

(Bisa saja menurut Leong Putu, di suatu mimpi saya, ”diktator” itu berasal dari kata ”diktat”. Diktat adalah satu jenis buku yang diajarkan di sekolah. Berarti ”diktator” adalah pembuat diktat: para guru).

Saya pun menghubungi Sahabat Disway Joko Intarto (JTO). Ia bukan sahabat Disway biasa. Ia yang memaksa saya membuat Disway dan menulis setiap hari. Enam tahun lalu. Ia yang kini sukses jadi pengusaha Jagaters, juga ikut mengusulkan dilahirkannya rubrik seperti yang kita bahas ini.

Ia usul: pakai moderator. Agar sampah jangan masuk mesin intelektual di otak pembaca. Kalau bahan bakunya sampah, produk berpikirnya nanti juga sampah. Ralat: bahan baku pabrik PLTSm adalah sampah, produknya listrik.(Dahlan Iskan)

Komentar Thamrin Dahlan

Jumlah artikel Abah di disway.id :5 x 365 =1.825 judul. Ketika di tulisan diterbitkan akan menjadi 20 Judul Buku.

Luarbiasa. Prestasi Memecahkan Rekor Dunia Menulis tanpa jeda selama 5 tahun. Selamat Ultah ke 5.

Semoga disway.d semakin mampu mewarnai Literasi Non Hoax dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia. Amin.

Disway = Dahlan Iskan Way. Way dimaknai bebas : bisa jalan, perjalanan gaya hidup, pendapat dan buah pikiran.

Pembaca disway.id sangat beragam. Ada yang sekedar membaca dan ada pula yang memberi komentar. Pemberi komentar digolongkan Perusuh dan Penggembira.

Ultah 5 tahun disway ada gagasan memberi ruang kepada pembaca menyampaikan buah pikiran di kontent khusus masih di bawah naungan nama besar disway..

Perihal nama silahkan Abah tentukan tentu tetap pakai akronm Way juga.

Ada baiknya ditetapkan tema agar 2- 5 tulisan terpilih mampu menyemarakkan literasi Indonesia sebagai sumbangan pemikiran berkualitas untuk NKRI.

Terima kasih Abah. Saya yakin memberi peluang pembaca menulis bukan berarti Abah lelah menulis sendiri setiap hari. Paling tidak potensi intelektual komentator mendapatkan wadah untuk berkreasi menyampaikan inspirasi.

  • Salam Literasi.
  • BHP 20 Januari 2023
  • YPTD

Komentar

Tinggalkan Balasan