5 hari di kampong halaman tetap saja menyempatkan waktu berolahraga. Olahraga sesuai lanjut usia ialah berjalan kaki.
Ketika berpapasan dengan warga Tempino kami saling menyapa
” Merathon Yo ”
Awak dan istri tergagap. Merathon ? Sudah lama tidak mendengar kosa kata ini
” Yo Iyo kami gerak jalan kaki ‘”
Tak lama seorang bapak bapak bermotor berhenti. Beliau membawa galah panjang di ujungnya ada parang tajam untuk mengkait jatuhkan kelapa sawit..
“Uda dan Uni Marathon Yo, kapan tibo”
Rasanya kenal tapi siapa saudaraku ini. Kami memang berberpakaian olahraga lengkap sepatu kets.
“Iyo Iyo kami marathon”
Ternyata jalan kaki olahraga di Tempino. di sebut orang sini dengan istilah Marathon. Iyo setuju nian
Cuaca terang sinar matahari sungguh amat benderang. Suasana seperti ini cocok sekali untuk berolahraga. Rute dari salon Spa Cindy Ratu melewati kolam Pak Kasim. Jalan tanah sedikit becek kami langkahi berhati hati
Geografi struktur tanah desa Tempino berbukit bukit. Jalan desa mendaki menurun lumayan terjal. Capek litak badan namun tetap semangat Alhamdulillah 30 menit pun berkeringat.
Singgah di kedai nasi lemak. Sarapan pagi dulu menikmati geliat warga beraktifitas. Kedai ini ramai pula, ada kue beraneka ragam pun ado pulo mpek mpek Palembang.
Sementara di jalan raya negara penghubung Jambi – Palembang berseliweran kendaraan truk besar dan kendaraan pribadi serta Bus Kota antar propinsi. Awak pikir ramai juga kampong ku ini, ekonomi bergerak. Syukurlah.
Bersama istri kami belanja di MM. Toko besar ini sepertinya menyediakan seluruh kebutuhan warga Tempino. Pun desa tetangga Sebapo Sungai Landai Plempang Nyogan bahkan Perbatasan Palembang Bayunglincir.
Surprise di MM tersedia kacamata baca plus 3. Tadinya awak under estimated masa` sih ada bahan optik di dusun. Alhamdulillah aktivitas membaca menulis lancar setelah 2 hari tak ber cangkul by kacamata. (Kaca mata sering sekali ketinggalan atawa hilang)
Rute pulang melewati jalan desa Simpang Kedai Noval. Jalan swadaya masyarakat bisa dilalui mobil. Sudah puluhan tahun tidak lewat sini. Ujung jalan persis di SD Pertamina. Disinilah awak belajar membaca menulis berhitung kenal peta dunia di Sekolah Rakyat tahun 1958 – 1963.
Ingat berjalan dahulu bersekolah kami budak Tempino tanpa alas kaki alias tak punya sepatu. Awak berjalan cepat di jalan tanah nan disiram minyak mentah dari Perumahan Pertamina Woneng 12.
Nun jauh diujung jalan simpang bioskop terlihat tiang listrik Belanda. Ikon Tempino bersejarah ketika Tank Serdadu Belanda terdokumentasi istirahat di bawah tiang itu.
Nah kini jalan menurun panjang sampai ke Kafe LOT. Melewati Pasar Kuno Tempino sepi cuma ada 3 atau 4 toko.. Tampak dipagi ceria itu ibu ibu belanja sayur sayuran disimpang gapura Tempino.
Ini cerita marathon hari Jum’at 26 Juli 2024. Marathon Sabtu dan Ahad akan awak tulis kemudian sebagai goresan nostalgia Boedak Tempino.
Salamsalaman
Tempino 280724
TD