Merantau Boleh Tapi Jangan Lupa Kampung Halaman

Gaya Hidup7 Dilihat

Merantau Boleh Tapi Jangan Lupa Kampung Halaman

Impian “menghidupkan” kembali Desa Tempino itulah yang menggumpal  di hati kami semua anggota Komunitas Sosial Media Facebook Wonderfull Tempino (WT) . Silaturahim lintas generasi WT terselenggara  bersamaan dengan lebaran mudik kampung di kediaman Uda Buyung RT 04 Tempino yang terletak diantara Tangsi 12 dan Woneng Kapal Terbang.  Acara kopi darat (kopdar) sebagai media tatap-muka merupakan realisasi dari tatap maya terlaksana  di hari lebaran ke -4 masih dalam suasana libur nasional bersama,  Senin 20 Juli 2015 Pkl 19.30 sampai  22.00 Wib.

Kata tetua :” kalian boleh merantau kemana saja tapi jangan lupo pulang ke kampung halaman”.   Mas Koko walaupun tinggal di Surabaya mempunyai semangat cinta Tempino  luar biasa. Dari jauh Koko menggagas acara kopdar anggota WT.  Koko adalah putra Pak Sarimat sesepuh desa Tempino berserta saudara kandung Wayan dan Uun merupakan motor dan nyawa WT.  Inilah wadah sosial media yang dibentuk guna mempertautkan anak anak  Tempino yang terserak merantau di nusantara bahkan sampai ke manca negara.

Takdir menetapkan kami dilahirkan di tanah minyak yang dulu sangat makmur seiring dengan masih banyaknya minyak mentah hitam itu terkandung di perut bumi Tempino.   Dalam suasana kampong Tempino yang semakin sepi sejak di tinggalkan Pertamina ( karena minyak bumi  sudah terkuras habis ) itulah timbul semangat untuk membangkitkan kembali batang terendam.  Ya sejarah mencatat geliat ekonomi dan budaya Tempino tahun 1930- 1980 ( dusun kecil yang terletak di Kecamatan Mestong Kabupatan Muaro jambi, Propinsi Jambi, hanya berjarak 27 Km dari  Telanai Pura.)  mengalami masa keemasan.

Undangan kopdar ditayangkan via WT,  ditanggapi oleh  Tuan Abdul Hamid dari Prabumulih. “ Uda saya OTW Tempino” demikian pesan singkat pensiunan Pertamina ini.  Ada nada kangen dan rindu di pesan singkat itu  terpaut semangat bertemu dengan kawan lamo.   Pak Hamid saking semangatnya ikutan silaturahim  hadir lebih awal tepatnya  Pukl 17.00.  Menurut sobat yang rumahnya dekat pasar  Tempino, Beliau melakukan penjajagan terlebih dulu, maka ngobrol bernostalgialah kami membuka cerito lamo dengan Uda Buyung yang lebih banyak nyambungnnya dari pada awak yang tiga perempat perjalanan hidup lebih banyak tinggal di rantau. PAK Hamid yang mirip Bintang Film India  berkopiah merah nanti malam akan hadir terlambat karena ada pertemuan keluarga di rumah Pak Alie (Almarhum).

Sejarah Tempino Memang Mengagumkan

Mas Solihin SRB dan istri Deti (putri  kembar Pak Darmawan) adalah anggota WT yang hadir pertama. Pesan singkat di Facebook, Mas Solihin pensiunan Kantor Pajak yang kini menetap di Jambi mengatakan akan membawa beberapa sumbangan buku untuk Perpustakaan Kasidah.  Satu kotak kardus berisi buku buku  Ekonomi diterima oleh Keponakanda Darussalam kemudian langsung di letakkan di rak buku khusus Ilmu Pengetahuan Umum.  Setelah itu hadir Ibu Guru Dian bersama suami Uda Rizal.  Dian keponakan membantu Uni Lies menyiapkan segala sesuatu juada makan malam.

Tak lama berselang tiba rombongan besar ketika jam dinding menunjukkan pukul 19.50 Wib. Mas Joko bersama Istri Uni Suwarni Weti dan dua putra putri. Sebelum kopdar ini Mas Joko sekeluarga sejak berangkat dari Bekasi mengatakan pengen banget ketemu sobat dunia maya WT.    Kemudian tiba pula 4 orang  pemuda dewasa generasi kedua kelahiran 60 an,  Mas Wayan profesi Guru SMP, Mas Zul Subianto, David dari Batam  dan Mas Uun.  Sembari ngobrol lintas generasi tampak dari atas woneng dua belas Pak Abdul  Hamid.

Subhanallah, semangat berbaur antara yang tua dan mudaterasa  sangat erat da akrab sekali tanpa sekat.  Inilah berkah Dusun Tempino, kami saling bertukar cerita semasa kecil ketika  dibesarkan di desa minyak.   Hadir pula generasi ketiga dua mahasiswa cantik putri Pak Sarimat menambah pertautan WT.   Satu hal yang sangat menggembirakan dan patutu di syukuri kami semua adalah suatu kenyataan bahwa komunitas ini secara fisik memang ada bukan sekedar wacana di dunia maya saja..

Setelah makan malam sajian Uni Lies dan masakan Istri tercinta Enida Busri, kami melanjutkan nostalgia dalam obrolan lepas.  Sebagian warga WT melihat lihat koleksi perpustakaan.  Mengisi daftar hadir di buku tamu Perpustakaan Kasidah sebagai alibi kehadiran di kopdar.   Oh ya Mas Wayan membawa oleh oleh buku untuk bacaan budak budak Tempino yang lebih banyak tentang Ilmu Komputer  sesuai dengan kemajuan teknologi informasi saat ini. Obrolan lintas generasi sejujurnya lebih banyak di dominasi oleh Pak Hamid dan Mas Solihin, wajar saja kedua senior WT ini lebih banyak pengalaman suka duka mengejar impian di Tempino. Memang luar biasa memory Pak Hamid , Pak Tua ini masih ingat secara detail peristiwa perjalanan sejarah Tempino sejak beliau lahir sampai tahun 1975 ketika hijrah ke Prabumulih Sumatera Selatan.  Sepertinya sejarah kampong kami ada semuanya di benak Pak Hamid. Yes Sejarah Tempino memang mengagumkan bisa jadi lebih seru dari kisah Lasykar Pelangi.

Whats Next

Dokumentasi foto bersama adalah sebuah kewajiban.  Foto ini akan bicara sebagai bukti kerukunan lintas generasi Budak Tempino.  Uda Buyung, Pak Abdul Hamid, Mas Solihin dan awak Thamrin Bin Dahlan Ibnu Affan , 4 orang sesepuh diperkenankan duduk di kursi ,bukan karena tak sanggup berdiri lagi, namun kehormatanlah yang mendudukkan beliau di tempat mulia. Sedangkan anggota WT generasi penerus dengan senang hati berdiri di belakang.  Maka jadilah foto lanjutan sejarah perjalanan Tempino yang akan menjadi kenagan dan bahan cerita sepanjang masa,…

Tanpa terrasa waktu berjalan dengan cepat, padahal masih banyak yang akan diutarakan oleh masing masing hadirin.   Pada kesempatan berharga dan langka ini selaku Shahibul Bhait awak menyampaikan  ide  (mungkin juga sudah ada di impian budak budak Tempin) yaitu tentang upaya kreatif dan positif “menghidupkan” kembali Tempino.  What’s next, apa impian bersama setelah pertemuan lintas generasi ini.

Mari berpikir jauh kedepan , kenapa kita tidak menjadikan Tempino sebagai destinasi tujuan wisata nasional bahkan internasonal. Tanggapan serius segera muncul dari sobat WT. Banyak potensi disini selain Kolam Pak Kasim, Sop Buntut Mak Kutar dan Perpustakaan Kasidah. Bukankah kita punya dokumentasi abadi foto Tentara Belanda mampir istirahat di Tempino ( titik tanda tiang lisrik yang masih berdiri sampai saat ini di simpang empat aats pasar Tempino ) ?.  Tahan dulu,  nantilah kita bahas di postingan selanjutnya.  Paling tidak wacana “meramaikan” kembali Tempino sudah ada dalam impian semua Warga Wonderfull Tempino …(bersambung)

Tempino, 21 Juli 2015

Edisi Mudik

Salam salaman

YPTD

Tinggalkan Balasan