Diberangkatkan Allah SWT
Pengalaman berhaji itu terjadi tahun 1998, ketika menjadi Kepala Rombongan (Karom). Pengalaman menjadi Karom terasa lebih memiliki tantangan dibanding ketika menjadi petugas dalam Team Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) tahun 1994.
Bila TKHI hanya bertugas menangani masalah kesehatan jamaah, maka tugas Karom lebih dari itu. Antara lain bertanggung jawab atas segala keperluan jamaah. Sebut saja seperti bimbingan ritual haji, pemondokan, kesehatan, transportasi dan segala sesuatu yang menyangkut hajad jamaah. Sampai sampai masalah jamaah yang kehabisan uang saku dan kesasar tidak tahu jalam pulang ke pemondokan. .
Awal Ceritanya begini. Hari Senin ketika selesai mengikuti apel pagi di Lapangan Mabes Polri, shohib Mayor Polisi Drs. Haji Abdul Ghani menelpon,
” Bang Thamrin mau menunaikan ibadah haji lagi kah ”
Saya terkesiap, Masya Allah, serta merta saya jawab
” Alhamdulillah , siap komandan..”
Pak Ghani kala itu menjabat sebagai Bintal Polri, sedang mencari Kepala Rombongan Haji . Syarat utama sudah pernah menunaikan ibadah haji. Allah menggerakkan hati shohib ( kini berpangkat Brigjend Purn pernah bertugas di Kementerian Agama ) ini untuk mengajak awak bergabung dalam Kloter Haji Mabes Polri. Alhamdulillah.
” Wah jadi karom ? saya bukan ustazd Pak Ghani, jadi karom khan harus menguasai manasik haji lengkap dengan doa doanya” .
” InshaAllah Haji Thamrin Dahlan mampu, yang penting sudah pernah naik haji, nanti kita dilatih.”
Nampaknya Pak Ghani haqqul yaqin banget kalau awak mampu menjadi Karom. Na am Ustazd. I Will try it.
Mulailah mengikuti acara menasik haji sebanyak 6 kali. Bertemu dengan calon jamaah haji yang akan di bimbing. Ada 50 orang jamaah, terdiri dari anggota Polri dan keluarganya, masyarakat biasa yang bergabung dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Mabes Polri.
Kami Para Karom diajarkan tentang manajemen haji, organisasi, system komunikasi serta uraian tugas sebagai Kepala Rombongan yang menyangkut kewajiban dan hak.
Kemudian berusaha mengenal satu persatu jamaah yang akan dibimbing . Mempetakan kondisi kesehatan fisik, mental dan budaya jamaah agar lebih mudah dalam memberikan pelayanan terbaik.
Melafalkan talbiah :
Labbaik allahuma labbaik, labbaik kalla syarkala kala labbaik, innal hamdah wanikmata lawakalmulk, la syarikalla…..
Merupakan kewajiban Karom. Talbiah harus sering sering dibaca berjamaah, di dalam bus selama perjalanan, ketika berangkat ke Masdjid Haram atau Masdjid Nabawi. Kecuali ketika Ziarah ke tempat tempat sejarah islam atau belanja ke Pasar Seng.
Doa doa disetiap tempat ibadah semua ada dalam buku panduan manasik haji, tidak usyah dihafal cukup dibaca saja, kata Pak Ghani sebagai Koordinator kloter haji Polri. Oleh karena itu buku panduan doa tak pernah lepas, selalu melekat dalam tubuh setelah berusaha menandai halaman doa sesuai dengan situasi dan kondisinya. (maklum bukan ustazd).
Alhamdulillah awak di berangkatkan Allah menunaikan Haji untuk ke dua kalinya gratis tanpa berbayar dan malah mendapat uang saku yang lumayan besar.
Baksis untuk Sopir Arab
Salah satu pengalaman berharga ketika menunaikan ibadah haji (1998) dalam kapasitas sebagai kepala rombongan (Karom) adalah ketika berkendara naik bus dari Jeddah ke Madinah. Tau sendiirilah tabiat sang sopir bus yang kebanyakan dari Bangsa Yaman, seperti yang pernah awak alami ketika menuaikan haji pertama tahun 1994.
Rombongan terdiri dari keluarga besar Polri sebanyak 50 jamaah sepakat untuk memberikan tips khusus untuk tuan sopir. Tentu saja tips yang bukan bermakna sogokan namun lebih di kategorikan sebagai hadiah tetapi bukan sedekah.
Dalam bahasa Arab Tips, atau hadiah itu disebut dengan istilah Baksis. Guna mengamankan dan keselamatan dalam perjalanan dari sisi kenyamanan terkait ketergantungan kepada sang sopir bus maka sebelum berangkat ke tanah suci awak membeli beberapabuah kopiah nasional atau peci hitam.
Kemudian bermusyawarah untuk mufakat dengan jamaah untuk urunan dana guna kepentingan bersama. Setiap jamaah ikhlas infaq sekian real dan dana tersebut awak minta di pegang oleh seorang ibu jamaah yang diangkat sebagai bendahara rombongan
Ketika akan berangkat ke Madinah awak berusaha berbaik baikan ke tuan sopir dengan memberikan hadiah peci nasional itu. Sang sopir tergelak tertawa ketika menerima hadiah itu, beliau segera menukar kopiah hajinya dengan topi nasional Indonesia.
Nampaknya sang Sopirsenang sekali, nah sukses kesan pertama baik, artinya kami berhasil mengambil hatinya. Kemudian awak menyerahkan uang muka tips eh baksis separoh dari haknya. Saya melambaikan sisa uang itu kepadanya dan mengatakan dalam bahwa isyarat bahwa sisa uang itu nanti baru diberikan kalau sampai ditempat tujuan dengan selamat dan tepat waktu. Sang supir mengangguk nganguk faham.
Inilah kiat atau strategi untuk “mengamankan” sang sopir negeri padang pasir. Baksis jangan diberikan sekaligus, berikan 2 tahap sesuai saran Pak Ghani karena kalau diberikan sekaligus, nanti setelah tiba di tempat tujuan dia minta tambahan baksis.
Alhamdulillah perjalanan Jeddah Madinah lancar, tepat waktu. Sopir Bus menerima baksis tahap kedua setelah jamaah masuk ke hotel untuk beristirahat sejenak setelah menempuh perjalanan darat yang melelahkan selama 8 jam.Baksis oh baksis………..
- Salam salaman
- PenesehatpenakawanpenasaraN
- Behape, 10 Oktober 2014
- [TD]