Berjuang Untuk Berjuang

Terbaru, YPTD64 Dilihat

 

Hidup itu perjuangan mereka yang tidak berjuangpun harus berjuang untuk tidak berjuang.   Kalimat ini saya dapatkan dari tutur kata senior.  Beliau berusia 84 tahun masih sehat aktif beraktivitas dan selalu mendawamkan silaturahim  Brigadir Jendral (P) dr Soerjono, SKM mantan Kepala Dinas Kesehatan dan Kedokteran Polri pada satu kesempatan menyampaikan filsafat hidup dari Almarhun Kapolri Jendral Polisi Anton Sudjarwo.

Lama juga saya mencerna kalimat yang memiliki 3 kosa kata perjuangan. Pak Soer menegaskan tidak ada orang di muka bumi ini yang tidak berjuang,. Untuk tidak berjuangpun dia  harus berjuang.  Artinya untuk mempertahankan pola hidup  berleha leha atau  hidup santai di definisikan sebagai kehidupan tanpa perjuangan harus dengan usaha. Hanya saja mungkin perjuangan itu tidak berdarah darah seperti yang dilakukan seorang pekerja keras yang menginginkan kehidupan sampai pada level mapan.

 

Mari sejenak kita simak lirik lagu Dewa 19 :  

 

Hidup Adalah Perjuangan

kemenangan hari ini bukanlah berarti

kemenangan esok hari

kegagalan hari ini bukanlah berarti

kegagalan esok hari

hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti

usah kau menangisi hari kemarin

 

tak ada yang jatuh dari langit

dengan cuma-cuma

semua usaha dan doa

kebenaran saat ini

bukanlah berarti kebenaran saat nanti

kebenaran bukanlah kenyataan

 

hidup adalah perjuangan

bukanlah arah dan tujuan

hidup adalah perjalanan

hidup adalah perjuangan

Baik, mari kita telisik perjuangan itu dari sisi berkarya atau bekerja.  Terkadang dalam seharian pada kegiatan rutin kita lupa bahwa apa yang dikerjakan itu sejatinya adalah perjuangan.  Perjuangan untuk mempertahankan kehidupan begitulah ucap saudara saudara yang berada di bawah garis kemiskinan.   Mereka berjuang setengah hidup (karena kalau  setengah matidi kali 2 akan menjadi benar benar mati)  mengais rezeki untuk keluarga.  Disini tampak dengan jelas nilai kejuangan yang sebenarnya  karena apabila tidak berjuang maka kehidupan terhenti.

Pasca kemerdekaan makna perjuangan tidak lagi sekental masa revolusi.  Ketika masa revolusi  kosa kata perjuangan itu selalu di sandingkan dengan mati.  Berjuang atau mati.  merdeka atau mati.  Mengorbankan harta bahkan jiwa adalah pilihan utama agar Indonesia bebas dari cengkeraman kaum penjajah.  Nilai juang itu di kenal dengan Semangat Juang 45.  Semangat berkorbar hampir ada   di dada seluruh  rakyat Indonesia.  Hasilnya adalah kemerdekaan dengan gugurnya para pejuang .  Rakyat wafat tidak memerlukan tanda jasa.

Nilai juang  kini tidak dirasakan lagi.  Nilai juang komunitas kini bergeser pada nilai juang orang per orang.  Setiap warga kini sibuk mengurus dirinya sendiri  dan keluarga.  Mungkin begitulah yang harus terjadi karena tantangan yang dihadapi bukan ancaman bersama.  Setelah merdeka, rasa nasionalisme semakin surut.  Siapa yang harus disalahkan.  Bung Karno dan Bung Hatta sebagai simbol kemerdekaan Indonesia pada awal kemerdekaan masih mampu menggerakkan rakyat untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan.

Pemimpin Nasional yang mampu menggelorakan semangat rakyat kini sudah jarang kita lihat dan dengar.  Pemimpin sibuk dengan dirinya sendiri, sibuk dengan pembelaan kepada kelompok dan sibuk mempertahankan kedudukan.  Apa yang bisa diharapkan  dari pemimpin berkualitas seperti ini.  Padahal peran menggelorakan nilai perjuangan semangat 45 ada di pundak pejabat pemerintah sesuai dengan kelasnya.

Kualitas Pemimpin yang belum selesai dengan urusan pribadi justru merepotkan rakyat.  Rakyat terpaksa ikut memikirkan dan mengurus  masalah sang pemimpin.  Rakyat mengelus dada dan terpaksa mengeluarkan jurus toleransi melihat tingkah polah pemimpin.   Dalam kondisi seperti ini apakah kita bisa menilai bahwa ungkapan pada tajuk tulisan ini benar adanya.  bahwa tidak berjuangpun perlu satu perjuangan, entahlah,….

Point yang ingin saya sampaikan disini adalah bahwa perjuangan adalah perjuangan. Setiap gerak langkah adalah perjuangan hidup.  Tidak mau lagi berjuang karena putus asa atau jenuh melihat kondisi ekonomi dan geliat politik adalah hak setiap warga.  Patut di kuatirkan  apabila sikap apatis itu menjadi sikap tidak peduli lagi dalam artian rakyat sudah tidak menganggap atau hilangnya respek kepada pemimpin.  Wallahu alam bisawab.

Salamsalaman

TD

Tinggalkan Balasan