Tantangan dan Hikmah Seorang Pendidik di Balik Pandemi (Bagian 2)

Terbaru20 Dilihat

Tulisan ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya tentang tantangan yang dihadapi seorang pendidik dan hikmah yang diperoleh di tengah pandemi.

Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19 telah mengagetkan guru di seluruh pelosok tanah air ini. Bagaimana tidak, pola pembelajaran berubah secara radikal dan memaksa guru untuk ‘melek’ IT. Sebelum pandemi melanda, sebagian besar guru masih mengesampingkan  pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Guru sudah asyik dan nyaman melakukan pembelajaran tatap muka di kelas tanpa pernah berpikir pembelajaran akan berlangsung di dunia maya. Tetapi, ketika pandemi datang, guru dibuat kelabakan karena perubahan sistem pendidikan yang mendadak. Tidak sedikit guru terutama yang sudah berumur ataupun menjelang pensiun menjadi shock dan terpukul akan pelaksanaan pembelajaran lewat dunia maya yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Ibarat baru lahir yang tidak tau apa-apa dan seketika harus menghadapi situasi darurat. Nah, bagaimana untuk menghadapi itu semua? Tiada jawaban lain selain guru harus meningkatkan kompetensi mereka terutama dalam hal pengembangan strategi dan media pembelajaran jarak jauh berbasis IT.

Selama pandemi ini, para guru berlomba-lomba mengikuti webinar/diklat/bimtek yang berlangsung secara virtual (online). Beragam materi dan strategi pelaksanaan PJJ  disampaikan pada pelatihan-pelatihan daring tersebut. Melalui pelatihan-pelatihan online tersebut, para guru diharapkan memiliki bekal yang penuh untuk merancang materi dan strategi pembelajaran jarak jauh yang pada akhirnya juga bisa membangkitkan motivasi belajar peserta didik selama mereka belajar dari rumah. Inilah salah satu hikmah di balik pandemi bagi seorang guru. Pandemilah yang membuat guru untuk mulai hidup berdampingan dengan teknologi. Guru mulai melakukan kreativitas dan inovasi dalam hal metode pembelajaran dan pembuatan media pembelajaran daring.

Di sinilah saatnya guru menjadi guru belajar walupun sudah mengajar. Selain belajar tentang penggunaan teknologi, guru juga belajar bersabar dan berempati terhadap karakteristik peserta didik. Bersabar dalam artian guru harus mampu menahan emosi dalam menghadapi beragam prilaku siswa. Guru tidak hanya mengalami kesulitan dalam penggunaan teknologi, tapi juga menemui kendala dalam memahami kondisi dan karakter peserta didik saat belajar dari rumah. Peserta didik yang tingkat kemandirian belajarnya sangat rendah menjadi tugas berat guru untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar mereka. Ini menjadi tanggung jawab utama guru untuk merangsang keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran di tengah pandemi.

 

Penulis : Ni Made Wahyu Supraba Wathi, guru bahasa Inggris, SMA Negeri 1 Kubu, Karangasem, Bali.

Tinggalkan Balasan