BERJAMAAH
Ternyata betul juga yang diceritakan Dika. Ada dua orang yang juga terlambat berangkat berjamaah menyapa Dika. Artinya Dika betul-betul tinggal di daerah situ. Hati Ayu dan Wida tak perlu kawatir dijahati oleh kedua cowok itu.
Setelah mengambil wudlu Ayu dan Wida masuk ke mushola. Ruang mushola tidak terlalu lebar. Keadaanya bersih. Mukenanya banyak juga, wangi-wangi. Kipas angin besar membantu menyejukkan badan yang terbalut keringat akibat makan bakso panas.
Jamaahnya hanya sekitar sepuluh orang. Rata-rata usia dah manula. Sebelum memulai sholat, beberapa dari mereka melirik kedatangan dua gadis itu sebelum memulai shalat. Rasanya kikuk juga.
“Jangan-jangan dikira pacarnya Dika sama Sam.” pikir Ayu. Kelihatnya mereka tak bisa khusuk juga. Maklum di wilayah orang. Selesai sholat hanya doa pendek saja yang dibaca. Ingin rasangnya mereka berdua segera kabur. Andai sholat bisa disingkat, mungkin akan disingkat menjadi satu kata saja.
Ke luar dari mushola. Dika dan Sam ternyata sudah duduk di teras.
“ Dik terimakasih ya, kami pamit pulang duluan.” kata Wida.
Mereka berjalan menuju parkir sepeda motor. Sam dan Dika mengikuti.
“Ngono thok?” jawab Sam sambil merebut Hp ditangan Ayu.
“Eh……eh……eh…….jangan,” suara Ayu keras sambil berusaha merebut Hp dari tangan Sam.
Bapak-bapak yang mulai keluar dari mushola sontak pandangannya berpusat pada keempat anak muda itu. Para pemuda yang duduk d iteras musholapun menoleh. Mereka memperhatikan.
“ Sttttttt…………………………….ada ayahku tuh,” telunjuk Dika diletakkan di bibir.
“ Gimana Dik?” lanjutnya Sam.
“ Sebagai ucapan terimakasih kalian harus kasih aku nomor. Nanti aku berikan Hp ini,” pinta Dika setengah memaksa.
Dengan helaan nafas panjang mau tak mau Wida dan Ayu mengabulkan permintaan kedua cowok gemblung itu. Dari pada jadi tontonan. Setelah yakin nomer yang diberikan betul Sam baru menyerahkan Hp yang ada di tangannya.
“Asslamualaikum……” salam Ayu. Sepeda motor segera di gasnya kuat-kuat.
“Walaikumsalam……wah calon menantu idaman kelihatanya,” kata Dika sambil melirik reaksi sang ayah yang secara diam-diam memperhatikan dua gadis itu.