SERPIHAN CERMIN RETAK 17

Fiksiana32 Dilihat

SERPIHAN CERMIN RETAK 17

Tung Widut

Setelah memasuki rumah mengucapkan salam pada ibunya. Pak Carlos berjabatan tangan dan memeluk ibunya, seperti biasanya saatnya pulang bekerja.

“Kamu masih seperti dulu saja,  pulang nggak tentu, nggak  dikasih kabar sampai 3 hari. Untung ada Yuandra.  Kalau tidak, mama kayak orang bisu. Diam saja,” kata tante Lindri.

Yuandra menyambut dengan senyuman di belakang tante Lindri. Dengan wajah merah malu.   Senyuman itu pun membuat rasahati pak Carlos berbunga-bunga.

“Hai apa kabar,” sapa pak Carlos.”

“Baik Pak,” jawab Yuabdra sambil menunduk rasa hormat.

“Krasakan di sini?” tanya pak Carlos berlanjut.

“ Insya Allah pak,  saya terima kasih,”

“Oooooo,  tidak, tidak,  yang harus terimakasih  saya sudah temani mama,” elak pak Carlos.

Mamanya pun segera mengajak mereka makan malam. Saat makantante Lindri menyampaikan beberapa jadwal jalan-jalan. Agar mereka tidak jenuh. Kebetulan malam itu malam Minggu.

Matahari mulai menampakkan diri dengan elegan. Cahayanya  bercanda dengan awan putih yang kelihatan berjajar rapi.  Angin perlahan Menyibak  alam yang sangat indah. Tak mungkin bisa di ingkari,  hari  yang menyenangka bagi  mereka bertiga.  Menghilangkan jenuh menuju keindahan pantai.

Di sebuah Gazebo di bawah pohon cemara,  mereka bertiga menikmati es kelapa muda dan ikan bakar. Keindahan pantai dengan angi semilir menghilangkan kejenuhan yang ada.Debur ombak yang brekejaran menghapus sebentar duka yang dialami Yuandra. Nyanyia ombak laut mengehantar mereka  tetang senyum lepas.
Mereka bercengkrama.  Tante Lindri  banyak cerita,  tentang anaknya yang bernama  Carlos. Carlos memang  berbeda dengan kakak-kakaknya. Dia  lebih aktif atau orang bilang nakal,  tapi tidak demikian  sekarang, sejak  kuliah dan terjun di dunia Pendidikan. Semua berubah total.  Itu menurutku tante Lindri. Cerita itu justru membuat Yuandra melamun. Pandangannya jauh ke tengah laut. Wajahnya datar. Seakan dia mengingat sesuatu.  Ataukah dia ingat saat itu? Saat di berbuat sebuah keslahan abadi.  Kesalahan yang membuat luka menganga yang tak pernah kembali kesuciannya. Helaan nafas panjang pak Carlos menghentikan cerita Mamanya. Keduanya berpandangan. Saling memberi kode melihat kesedihan Yuandra.