SERPIHAN CERMIN RETAK 24

Fiksiana28 Dilihat

SERPIHAN CERMIN RETAK 24

Tung Widut

Tak hanya serangkaian kata sepanjang itu. Tapi ada juga wejangan ala jawa dan tutunan akidah yang di sampaikan.  Haji Muawar meyakinkan kepada Yuandra kalau pak Carlos benar-benar ingin menjadikan Yuandra sebagai istri.

Setelah  hampir satu jam Yuandra dan Carlos pulang. Sepanjang perjalanan  mereka tak banyak bicara. Saling instrospeksi diri dalam kelana pikiranya masing-masing. Banyak wejangan (nasehat) dari  yang memang harus difikirkan.  Apalagi buat Yuandra. Dia yang jelas harus menjawab pinangan pak Carlos.

“Yuan, kau merasa tertekan?” tanya pak Carlos pelan.

“Hems, eee,” kata terbata yang terucap.

Wajahnya kelihatan kusam. Kebimbangan terpancar dari rautnya.

Kini  mobil berbelok ke halaman rumah pak Carlos. Terliat  tante Lindri sedang berbicara dengan seorang wanita muda. Wanita cantik dengan penampilan fashionable.  Barang yang melekat ditubuhnya semua branded.   Tapi cara bicaranya kelihatan janggal. Berdiri dihadapan tante Lindri yang sedang duduk di kursi teras.  Wanita itu bernama Marlina. Mahasiswa seangkatan Yuandra. Bagi Angkatan Yuandra, Marlina taka sing lagi. Nahasiswa paling menor dengan membanggakan kekayaannya. Mengejar-ngejar  pak Carlos sampai terkenal dipenjuru kampus.

Marlina melihat mobil pak Carlos datang, wanita itu segera berjalan dengan genit.

“Hai sayang,” ucapnya dengan nada manja.

Pak Carlos mengucakan salam kepada mamanya. Tanpa memperdulikan wanita itu.

“Hai, Yuandra. Ternayata kamu jadi pembantu di sini ya?” bicaranya sinis.

“Dia  istriku,” jawab pak Carlos.

“Iya. Kami baru pulang bulan madu. Marlina,” sahut Yuandra.

“Gimana sih beb kamu? Ninggalin aku. Jahat kamu. Benci ah,” katanya sambil cemberut. Lalu berlalu begitu saja tanpa kata pamit.

Tante Lindri, pak Carlos dan Yuandra tertawa bersamaan. Sejenak mereka bertiga diam.

“Yuan.  Apakah  perkataan kamu tadi, jawaban dari lamaran saya?”

“Apakah bapak pernah melamar saya?” tanya Yuandra sinis.

Pak Carlos pun salah tingkah. Dia tak tahu jalan pikiran Yuandra. Lalu dia melihat mamanya yang diam di teras. Mamanya juga hanya memandangi pak Carlos.

“Yuan, apa kamu masih belum percaya denganku?”

Yuandra diam. Matanya tajam melihat ke arah pak Carlos. Sebentar memandang kepada tante Lindri. Ketiganya berwajah tegang. Bagaimana tidak. Dia mengaku baru bulan madu dengan pak Carlos, tapi sekarang menanyakan lamaran.

“Benar bapak melamar saya?” takya Yuandra tegas.

“Iya,” jawab pak Carlos tak kalah tegas.

“Sekarang bapak pejamlkan mata,” perintah Yuandra masik dengan kata-kata tegas.

Lalu Yuandra memberi kode kepada tante Lindri untuk mencium pipi pak Carlos sebelah kiri.  Bersamaan Yuandra mencium pipi pak Carlos sebelah kanan. Pak Carlospun membuka mata.   Mereka bertiga tertawa gembira.