Hari Selasa 12 Maret 2019, kami melakukan kunjungan ke SD wang jin. Hari ini kita dibawa ke sekolah dasar Wang Jin untuk melihat langsung pembelajaran Problem Base Learning (PBL) kelas di sekolah China.
Dari gerbang sekolah, kami disambut oleh siswa berseragam seperti tentara cilik. Kalau di Indonesia namanya seragam pramuka. Siswa tersebut dengan bangganya memperkenalkan sekolah dan pahlawan mereka, WangJin.
Gedung bertingkat sekolah ini dindingnya selalu dihiasi kata-kata motivasi, gambar para pahlawan, hasil kerajinan murid-muridnya, foto-foto guru, dan lagu mars sekolah yang terpajang besar di dinding lantai 2. Di sanalah kami disambut dengan nyanyian yang begitu bersemangat.
Hal yang terakhir ini sepertinya belum banyak di sekolah Indonesia. Belum semua sekolah memiliki lagu mars sendiri. Kalau pun ada, belum dipajang dalam skala besar di dinding sekolah. Bisa jadi inspirasi di sekolah kita.
Saat kami melakukan kunjungan, ruang kelas dipindahkan sementara di Aula sekolah agar guru-guru Indonesia bisa mengamati dengan nyaman. Anak-anak berseragam mulai masuk ke ruangan dengan jaket berwarna Maroon.
Wajah-wajah lugu dengan mata sipit khas anak China itu duduk dengan tertib di kursinya masing-masing. Jumlah kelasnya ternyata cukup besar. Jumlah muridnya cukup banyak di setiap kelasnya.
Ada 48 murid di kelasnya. Kelas dimulai dengan memberi salam kepada guru. Sang guru mulai menampilkan tayangan pada layar besar yang ukurannya sekitar 4×3 meter. Ada beberapa gambar pahlawan China nampak di sana.
Guru memberi pertanyaan kepada murid, gambar siapakah di layar tersebut. Beberapa siswa sudah ada yang tahu. Terjadi tanya jawab sebentar sebelum lembar kerja murid dibagikan. Tugas tersebut berisi cerita kepahlawanan yang ditampilkan di layar.
Murid ditugaskan untuk membaca cerita, menentukan kata kunci terjemahan, karakter dan metode pulisan secara mandiri. Setelah itu, guru memberikan tugas-tugas yaitu mendiskusikan hasil tugas 1 dengan kelompok-kelompok kecil yang sudah dibentuk. Mungkin di sinilah bedanya anak-anak di China dengan anak-anak Indonesia terutama di sekolah kami. Semua murid aktif berdiskusi, kelas jadi sedikit ribut, tetapi yang mereka ributkan adalah diskusi. Bukan bercanda atau tertawa-tawa.
Setelah diskusi, guru mengarahkan semua muridnya untuk menampilkan hasil diskusi kelompok di layar. Hampir semua siswa bersedia unjuk kerja masing-masing.
Mereka berdiskusi dengan hasil tugas. Terlihat sang guru menjelaskan dan membahas hasil kerja kelompok, memberikan penghargaan bagi siswa yang mau berkomentar, memberikan pendapat, atau menyanggah pendapat kelompok lain.
Kelas semakin hidup. Masing-masing kelompok mempertahankan jawaban mereka. Menjelaskan alasan mengapa mereka tetap bertahan dengan jawaban tersebut. Ini menjadi PR bagi seluruh guru yang muridnya belum aktif secara merata. Bagaimana membuat siswa tertarik belajar dan berani bicara tanpa takut salah atau malu seperti anak-anak itu.
Setelah diskusi, guru mengajak murid membaca dialog yang ada di cerita sesuai dengan karakter pemeran di dalam cerita. Kemudian guru meminta murid untuk tampil ke depan memerankan sendiri pahlawan yang ada di cerita dengan gaya mereka. Ada yang meniru gaya silatnya, ada juga yang bercerita sambil memainkan alat musik sederhana.
Sebelum kelas berakhir, guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah: membaca kembali cerita dan membuat laporan penelitian bertema Lin Chong, sang pahlawan. Bravo!
Praktek mengajar yang dilakukan guru Dongmei Yu menggunakan metode eksplorasi inquiri. Peserta didik melakukan presentasi hasil kunjungan ke tempat-tempat bersejarah.
Anak-anak menceritakan hasil petualangan mereka dengan semangat. Mereka bahkan siap menampilkan tarian, untuk menjelaskan tempat bersejarah yang mereka bahas.
Setiap kelompok bergiliran maju ke depan mempresentasikan tugas mereka. Mereka menjelaskan tanpa membaca teks. Seperti telah memahami sekali apa yang akan dijelaskan di depan.
Kelompok terakhir maju dengan memperagakan tarian bersejarah yang sesuai dengan tema tugas mereka.
Setelah presentasi, guru kembali memberikan tugas kepada murid untuk menemukan nilai-nilai yang bisa diambil dari setiap peristiwa sejarah yang dikunjungi. Lalu menutup pembelajaran hari ini dengan sangat berkesan.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Guru Blogger Indonesia
Mantul Omjay….. semoga mengikuti jejak Omjay
Wow, keren ya Omjay. Kelasnya benar-benar “hidup”. Semoga di Indonesia pun bisa seperti itu. Terima kasih sudah berbagi pengalamannya.
Terima kasih ceritanya, Om Jay. Saya senang membacanya. Smg suatu saat saya pun bisa sampai ke Negeri Cina. Amin.
Mantap dan keren Om Jay..Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China
Serasa saya di China..hee..terima kasih atas kisah inspiratifnya
boleh bermimpi ikut ke tiongkok juga. muantabs…
Wah… Sekarang China menjadi salah satu kiblat dunia, meskipun tidak dalam segala hal.
Sementara negara kita mengalami penurunan kualitas. Konon pada jaman dulu, Indonesia mengekspor guru dan pengetahuan ke negara tetangganya, terutama Malaysia. Sekarang? Apa kabar?
Apa penurunan itu terkait dengan masalah gaji? Entahlah… Saya belum pernah membaca tulisan yang membahas hal demikian.
Ataukah karena fasilitas yang memang dinomerduakan? Entah juga!
https://elitmahardhika.blogspot.com/2021/02/sempat-menyala-lalu-padam.html
Tapi yang jelas, saya pernah membaca berita di harian Jawa Pos yang meliput tentang kegiatan rekreasi guru Australia yang mengajar sekolah setingkat TK. Mereka mengaku berlibur ke Bali secara rombongan. Hampir setiap tahun.
Tinggal dibayangkan, guru TK di sana kesejahteraannya seperti apa. Lalu bandingkanlah dengan setingkat dosen di sini.
Masya Alloh luar biasa keren Omjay gambaran yang Om sampaikan mengenai pendidikan di Cina sangat luar biasa menginspiratif semoga sekolah saya bisa mengikutinya. Sekali lagi kereeeeen Om.
Supeer…byk pelajaran yang didapat ya dari perjalanan berharga ini. Terima kasih Om Jay telah menginspirasi, barakallah..
Salam literasi, terima kasih Om Jay atas artikelnya yang sangat menginspirasi. Perjalanan kunjungan kerja dan studi banding ke Negeri Tirai Bambu pastilah sangat menarik dan mengesankan. Terima kasih Om Jay atas kisahnya yang mengugah semangat dunia pendidikan di Tanah Air.
mantab, Omjay pasti menguasai bahasa china ini. harus diikuti jejak2nya Omjay
Senang sekali bisa berkunjung ke negara Cins
Itu mengapa nabi mengajarkan agar menuntut ilmu hingga ke negeri China..ada bnyak yang bisa kita pelajarai…luarrr biasa…berharap bisa kesana suatu hari nanti