Permen. Sesuatu yang manis dan pasti disukai anak-anak.
Mengajarkan anak membuka bungkus permen atau bungkus snack ringan untuk anak awas mungkin mudah dilakukan. Karena anak dapat melihat contoh secara langsung.
Sedangkan mengajarkan anak tunanetra membuka bungkus permen atau snack gampang-gampang susah. Karena saya mengalami sendiri.
Langkah yang saya lakukan pertama adalah memberikan sebuah permen untuk anak tunanetra. Kemudian anak meraba pinggiran bungkus permen yang bergerigi. Kalau belum tahu konsep bergerigi, maka katakan bahwa itu bergerigi. Pastikan guru tetap ikut memegang permen yang dipegang oleh anak.
Langkah kedua, pastikan anak tahu konsep merobek kertas atau benda lainnya. Kemudian guru memberi perintah untuk merobek bungkus permen dari bagian yang bergerigi. Jika anak belum bisa maka bimbinglah anak.
Tangan guru memegang sisi yang akan dirobek, dimana sisi yang dipegang sama dengan yang dipegang anak. Guru dan anak merobek bersama.
Proses belajar membuka permen atau bungkus snack tidak sama antara anak satu dan lainnya. Anak A dapat lebih cepat mampu membuka bungkus permen atau snack dari anak B. Hal tersebut tergantung kemampuan motorik anak.
Cara lain untuk mengajar anak membuka bungkus permen atau snack adalah menggunakan gunting. Langkah yang dilakukan hampir sama.
Pertama, anak memegang permen yang masih berbungkus. Kemudian anak mengambil gunting. Pastikan anak juga mampu menggunakan gunting. Jika belum mampu menggunakan gunting, maka guru membimbing anak untuk dapat menggunting.
Tangan kiri guru dan anak memegang permen dari sisi yang sama. Posisi guru duduk dan memangku anak (jika anak masih kecil). Atau di samping anak (jika anak sudah agak besar). Kemudian tangan kanan anak dan guru memegang gunting yang sama.
Guru dan anak secara bersama menggerakkan gunting agar dapat menggunting sisi permen yang akan digunting.
Proses belajar membuka bungkus permen atau snack dengan menggunakan gunting juga tergantung anak. Ada yang cepat dan ada yang lebih lama untuk bisa menggunting. Hal tersebut tergantung kemampuan motorik anak tunanetra tersebut.