Persahabatanku dengan Teman Tunagrahita

Cover by Ajinatha

Namaku Tasya. Aku anak tunarungu. Orang lebih mengenal dengan nama anak tuli.

Aku kelas tujuh. Aku masuk di sekolah ini sejak usia lima atau enam tahun. Aku bahkan masih sedikit ingat, pertama kali aku di sini masih ngedot. Minum susu dengan botol. Sulit lepas dari dot tersayangku itu. Aku tidak mau makan nasi. Ya, hanya minum susu saja.

Ibu asrama jelas merasa kerepotan dengan keadaanku. Karena tidak mungkin selalu menyediakan susu untuk aku terus menerus. Harga susu pasti mahal. Apalagi di asrama ini tidak membayar. Dan bersekolah di sekolah ini juga gratis.

“Kamu makan ini, ya..”.

Mungkin itu kira-kira yang diucapkan ibu asrama. Saat itu ibu asrama menyediakan cairan seperti susu. Tetapi jelas itu bukan susu.

Saat itu aku mencobanya. Rasanya aneh di lidahku. Mirip susu, tetapi bukan susu.

Baru ku tahu sekarang, itu namanya bubur bayi. Bubur bayi yang dicairkan dengan banyak air. Jadi seperti susu. Lama kelamaan aku mulai makan bubur. Dan semakin lama makan bubur nasi dan sekarang sudah makan nasi. Tentu saja butuh perjuangan yang luar biasa dari diriku sendiri untuk mencapai titik ini.

***

Gunawan. Dia teman di sekolahku. Dia anak tunagrahita. Wajahnya lumayan ganteng. Tapi agak nakal.

Sukanya memakai motor. Dan karena motor itu juga, dia sering dinasehati bapak dan ibu guru. Tidak boleh motoran. Karena dia pernah ditilang polisi juga.

Tetapi entah kenapa, aku suka. Karena dia perhatian sebagai teman. Gunawan sering main ke kelasku juga. Jadi aku semakin terbiasa dengan keberadaannya.

“Aku cinta kamu..”.

Ku temukan sebuah gambar yang melukiskan kalimat itu. Tanda hati yang ada namaku dan nama Gunawan.

Tulisan bergambar itu dari Gunawan. Aku agak terkejut. Ternyata dia suka padaku. Hehe.

***

“Aku mau belajar biar pintar, Gun..”.

Kurang lebih itu yang ku katakan kepada dia. Agar dia tidak tersinggung. Dia menganggukkan kepalanya.

Sejak saat itu kami berteman akrab. Saling membantu. Bahkan aku beritahu dia agar tidak sering bolos. Rajin masuk sekolah. Patuh sama ibu dan bapak guru di sekolah.

Dan yang lebih penting yaitu ku ingatkan agar tidak memakai motor. Meski dia tetap bandel.

Semoga suatu saat, temanku ini akan tambah baik. Baik kepada orang tua, bapak ibu guru dan teman-teman.

 

Tinggalkan Balasan