Bernostalgia di Pantai Losari Makassar, Setelah 39 Tahun di Rantau

Pulang Mudik (1) Bernostalgia di Pantai Losari Makassar, Setelah 39 Tahun di Rantau

Melintasi Jalan Penghibur sepanjang tepi Pantai Losari di Kota Makassar, Sulawesi Selatan pada Jumat pagi 7 Februari 2023, kembali ingatan saya sewaktu masih bujangan di Makassar era 1980-an.

Tanggul Pantai Losari dalam ketika era 1980-an itu masih asli. Belum seperti sekarang yang sudah menjadi Anjungan Pantai Losari, sejak era Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin  diteruskan sekarang oleh Muhammad Ramdhan Pomanto atau akrab dipanggil Danny Pomanto.

Ketika era Walikota Makassar Abustam, lalu diteruskan oleh Janci Raib dengan Gubernur Sulawesi Selatan Prof Amiruddin, tidak bisa terlupakan dengan tanggul Pantai Losari ini, khususnya era 1980-an. Kini, pada setiap tanggal 9 November, diperingati HUT Kota Makassar – yang tahun 2023 nanti Kota Makassar memasuki usia 416 tahun.

Pantai Losari Makassar era 1980-an (foto dok Nur Terbit)

Di seberang jalan tepi Pantai Losari, adalah Jalan Penghibur (bersebelahan dengan CV Alam –  membelakangi toko Akbar Ali di Somba Opu), persis berdiri kantor Perwakilan Surat Kabar Harian Terbit & Pos Kota Wilayah Indonesia Timur yang ketika itu berkedudukan di Kota Makassar.

Kepala Perwakilan kami adalah almarhum M. Thahir Ramli, pensiunan TNI dari Kodam XIV Hasanuddin (sekarang Wirabuana). Adapun “laskar” pemburu beritanya ketika itu adalah, antara lain: almarhum Sirajuddin Palaguna (Udin Palaguna), Andie H Makkasau almarhum Mas Alim Katu dan adiknya Samiang Katu (Kini Prof, guru besar UIN Makassar), Andi Andi Salman Maggalatung (kini juga Prof, guru besar UIN Jakarta dan Komisi Fatwa MUI Pusat).

Sempat juga bergabung sebagai editor, almarhum Syahrir Makkuradde (Koresponden Majalah Tempo Jakarta, terakhir Ketua Panwaslu Sulsel) dan Burhanuddin Amin (koresponden Harian Pelita Jakarta).

Sementara “pasukan muda” di garis depan sebagai reporter ketika itu, selain saya Nur Terbit atau Wartawan Bangkotan juga ada Tethen Alhabsy atau Theten Ahmad (jadi pengusaha) Andi Bustamin Amin atau ABustamin Amin, Ibrahim Manisi atau Ibrahim Mansi juga M Said Muchtar (kini lawyer), Agung Nugraha (kini dosen), M Saleh Yadaeni (guru), Usamah Kadir Daud, La Ode Hiari Zaidin (kini ASN Sulteng), alm Syahrul Ode.

Juga dua “Srikandi” Rabiatun Drakel atau Rabiatun dan Ilham Nur Putri (Wakil Ketua KKSS Pusat). Tak ketinggalan di bidang pemasaran dan keuangan, ada Hj-Rosniati dan Hj Junaenah Karim, Ida Farida dan lain-lain.

Berpose di depan masjid Kubah 99 di Pantai Losari Makassar 2023 (foto dok Nur Terbit)

Selama kurun waktu tahun 1980-1984 (setidaknya ketika saya bergabung sebagai koresponden), banyak kisah dan cerita serta berita yang lahir dari kantor Perwakilan Surat Kabar Harian Terbit & Pos Kota di tepi Pantai Losari ini.

Sejumlah kasus besar yang tergolong “kakap” menghiasi lembaran halaman depan koran Harian Terbit, yang dikirim dari laporan reporternya di Makassar.

Antara lain kasus pembunuhan Bupati Bone PB Harahap dan Sidang Kaseng Terdakwa Pembunuh Bupati Bone, kasus Reboisasi dan Sidang Terdakwa Dinas Kehutanan, Proyek Fiktif gedung SD Inpres dan gedung KUD, Penemuan Mayat Wanita Hamil Tanpa Kepala, Kisruh Pembebasan Ganti Rugi Proyek Gula Camming (Bone), Ganti Rugi Perumnas Sudiang.

Juga berita “seksi” soal perselingkuhan oknum Bupati, Manipulasi APBD, hingga Komersialisasi Foto Gubernur dan lain-lain. Ya, ditulis oleh kami semua sebagai koresponden, alias wartawan yang menulis berita untuk koran nasional tapi meliput dari daerah.

Masjid Kubah 99 di Pantai Losari Makassar 2023 (foto dok Nur Terbit)

Ketika tahun 1984 — saya hijerah ke Jakarta dan Perwakilan Harian Terbit diteruskan oleh Ibu Bulkis, istri Pak Thahir Ramli (kini sudah sama2 almarhum), saya bergabung di kantor “pusat” Harian Terbit – Pos Kota Jakarta, hingga sekarang sudah tahun 2023 (39 tahun lalu).

Terus terang kenangan Pantai Losari masih tersimpan aman di dalam ingatan. Terutama selama 4 tahun itu (1980-1984) saat masih berkantor di tepi Pantai Losari.

Kenapa? karena sebagai bujangan waktu itu, saya lebih suka tidur di kantor dari pada pulang ke rumah di Sudiang, Biringkanaya, batas kota Kabupaten Maros – Kota Makassar. Atau balik ke Gunung Sari, tempat kos, karena waktu itu masih berstatus mahasiswa IAIN (Institut Agama Islam Negeri) kini UIN (Universitas Islam Negeri) Alauddin #nurterbit #KMAC-1

Rumah khas Toraja di Pantai Losari Makassar 2023 (foto dok Nur Terbit)