KMAB 6 Melanjutkan Perjalanan

Terbaru218 Dilihat

KMAB 6

Perjalanan  Hidup

Melanjutkan Perjalanan

                                                         

sumber gambar:  https://www.alamy.com/1960s-bedford-j5-truck-cyprus-image63312811.html 

Oleh Lusia Wijiatun

Bersyukur sekali ada tumpangan untuk menginap malam itu. Pekatnya malam,  rintik hujan yang semakin lama semakin lirih. Suara  kodok bersahut-sahutan tak dihiraukan.Rasa lelah karena menempuh perjalanan tak di rasakan. Yang penting dapat tempat istirahat malam itu.

Apalagi orang yang punya rumahpun sangat baik, mereka sempat menghidangkan the dan singkong rebus. Cukuplah untuk mengganjal perut malam itu. Hingga mereka tertidur pulas.

Keesokan harinya saat keluarga Pak  Paul akan berpamitan melanjutkan perjalanan, kelurga yang mereka tumpangi telah menyiapkan sarapan pagi. Dengan penuh syukur kepada Tuhan dan sangat berterimakasih kepada pemilik rumah, mereka segera menyantap makanan tersebut.

Tak lama, setelah keluarga pak Paul sarapan, mereka langsung berangkat melanjutkan perjalanan. Tas segera diangkat oleh pak Paul, kedua kakaknya membawa ceret berisi air.  Ibu mulai menuntun Tami yang saat itu ingin berjalan sendiri.

Perjalanan melewati jalan besar yang  belum beraspal, tanah merah kekuning-kuningan terlihat licin,  dan becek. Karena tadi malam hujan, sehingga membuat jalan seperti itu keadaannya.Pak Paul memilih jalan yang bagus, diikuti ibu dan kedua kakak Tami. Sedangkan Tami digandeng ibu di sebelah kanan.

Mereka berjalan pelan, hening tiada yang bicara. Yang terdengar hanya suara siamang bersahut-sahutan. Kedua kakak Tami sering saling memandang. Mungkii ada rasa takut, tapi mereka  terlihat saling menguatkan.

Hari sangat panas menyengat, sebentar-sebentar mereka minum. Tanpa terasa air dalam ceret pun tinggal sedikit. Kaki mulai terasa lelah, Tami sudah  berada digendongan ayahnya.

Pak Paul menoleh ke kanan dan kekiri, dia melihat-lihat tempat yang dapat digunakan untuk beristirahat. Hap… pas menoleh di sebelah kiri terlihat ada sedikit  lapangan rumput, dibawah pohon yang rindang, ada bangku panjang  yang terbuat dari bambu.

Merekapun beristirahat disitu, dilepaskan semua beban yang ada dibahu, diturunkannya Tami dari pundaknya. Kedua kakak Tami langsung duduk di bangku bambu. Ibu juga terlihat sangat menikmati istirahatnya.

Pak Paul/ Ayah yang baru menurunkan Tami dan semua bawaannya, langsung membuat  tungku dari batu berbentuk segitiga. Kemudian mencari kayu bakar yang ada di sekitarnya. Mulailah ayah menghidupkan api, Ibu bertanya, “ Apa yang ayah akan laukan?” Ayah menjawab, “Kita masak dulu ya,kasihan ana-anak, pasti sudah lapar.”Ayahpun mulai melihat-lihat, di mana ia akan  memperoleh  air.

 

Di sekitar tempat istirahat keluarga pak Paul terdapat lubang yang besar. Tidak tahu lubang besar apa ya, yang jelas dalam lubang terdapat air yang jenih. Mungkin sisa-sisa air hujan tadi malam. Airnya terlihat jernih sekali,

Ayah mereka segara mencedok air itu dikit demi sedikit. Dimasukkannya ke dalam ceret. Lalu beliau menuju tungku yang sudah dibuatnya dari batu dan apinterlihatb sudah menyala. Sambil menunggu air mendidih, ibu mulai menbuka bekal yang dibawanya.

Diambilnya beberapa cangkir beras lalu diletakkan ke dalam rantang. Dicucinya beras tadi di tempat ayah mengambil air.  Tak lama kemudian air dalam ceret mendidih dan dipindahkan pada ceret yang satunya lagi.

Ibu memasukan beras dalam ceret untuk dimasak. Sementara itu ayah membuat minum the yang disiapkan untuk anak-anak.  Kemudian mengeluarkkan bekal yang lain yaitu ikan asin. Sambil minum the ayah membakar ikan asin.

Hemmm… baunya menggugah selera, membuat perut yang lapar semakin lapar. Nasi yang dimasak di dalam ceret itu pun matang. Ibu mengeluar beberapa piring dan mulai mencedokk nasi. Tak lupa ibu meletak juga ikan asin yang sudah dibakar oleh ayah di atas nasi.Mereka pun makkan dengan lahapnya.

Menjelang lewat tengah hari mereka beristirahat.  Setelah kira-kira tenaga pulih kembali. Keluarga pak Paul melanjutkan perjalanan.

Mereka tetap berjalan menyusuri jalan  kearah Bengkulu. Sebentar-sebentar ayah melihat ke belakang, Ia berharap akan ada mobil atau truk yang lewat. Besar harapan bila ada truk, maka mereka bisa menumpang. Namun sampai menjelang malam, truk tak juga lewat.Keluarga pak Paul tetap melanjutkan perjalanan meskipun kaki sudah terasa lelah.

Karena hari mulai gelap, dan truk yang akan ditumpangi juga tidak lewat, maka Pak Paul memutuskan untuk beristirahat.  Mereka beristirahat. Lagi-lagi menumpang di teras rumah salah satu penduduk disitu.

Karena hari sudah malam, yang punya rumah hanya melihat dari dalam. Mereka tidak keluar, Ayah mohon izin untuk beristirahat di teras itu dengan menggunakan bahasa isyarat saja. Terlihat orang itu mengangguk.

Ibu segara menurunkan  Tami dari gendongannya, berikut bawaan lainnya.  Dan segera beristirahat, kedua kakak Tami juga terlihat sudah sangat lelah dan mengantuk.  Ayah  duduk di teras,  matanya selalu melihat ke arah jalan besar. Ia akan segera menyetop bila ada truk yang lewat.

Malam semakin larut, truk yang diharapkan belum juga lewat. Rasa kantuk mulai menyerang ayah, ayahpun tertidur. Tak lama kemudian ayah dikejutkan oleh suara turk yang mendekat. Ayah segera berlari menuju ke jalan dan menyetop truk yang lewat.

Truk pun berhenti, ayah menyampaikan niatnya untuk menumpang truk itu. Pada awalnya supir truk tidak mengizinkan. Tapi karena melihat ibu, dan tiga anak-anak, akhirnya mereka diizinkan naik truk itu.

Betapa senangnya hati ayah, ibu dan anak-anaknya. Ibu disuruh duduk didepan, sedang ayah, Tami dan kedua kakaknya di belakang. Mereka duduk diatas barang yang ada di truk, bahkan saking ngantuknya, mereka tertidur di situ.

Barang   yang ada di dalam truk serasa empuk sekali, bahkan mendut-mendut( ngeper) . Tami sempat berkata lirih kepada kakaknya, “Mas , empuk banget ya, “ katanya sambil tetap tidur, seakan-akan sangat menikmati.

Menjelang pagi, tibalah keluarga pak Paul disuatu tempat. Mereka turun disitu, dan segera mencari rumah sewaan yang ada disekitanya.

Di sana Pak Paul memulai hidup baru lagi, dengan bekerja  serabutan. Menjadi kuli angkut, atau pelayan  tukang, dan juga tetap sambil belajar memotong rambut.

Tinggalkan Balasan