PULPEN KERAMAT

Pulpen Keramat

Kisah ini dimulai di sebuah pondok pesantren tempat di mana aku mengajar dan mentransfer ilmu. Pulpen adalah salah satu benda keramat karena satu-satunya alat tulis yang dipakai para santri untuk menulis materi pelajaran umum maupun kitab kuning.

Kitab kuning, dalam pendidikan agama Islam, merujuk kepada kitab-kitab tradisional yang berisi pelajaran-pelajaran agama Islam (diraasah al-islamiyyah) yang diajarkan pada pondok-pondok Pesantren, mulai dari fiqh, aqidah, akhlaq, tata bahasa arab (`ilmu nahwu dan `ilmu sharf), hadits, tafsir, ilmu Al-Qur’an, hingga pada ilmu sosial dan kemasyarakatan (mu`amalah).

Kitab kuning dikenal juga dengan kitab gundul karena memang tidak memiliki harakat (fathah, kasrah, dhammah, sukun, dan sebagainya). Oleh sebab itu, untuk bisa membaca kitab kuning diperlukan kemahiran dalam tata bahasa Arab (nahwu dan sharf)
Pulpen adalah salah satu senjata yang paling dibutuhkan saat mencoret kitab kuning. Ada beberapa siswa yang mengeluh karena pulpennya sering hilang. Kemungkinan ada tiga sebab, bisa jadi jatuh, lupa, atau dipakai temannya.
Berikut adalah mata pelajaran kitab kuning yang diajarkan di Pondok Pesantren Mathla’ul Hidayah yang terdiri atas dua jenjang yaitu jenjang SMP dan SMK.

KELAS 1,2,3 Salafy (Tingkat SMP dan tingkat SMK yang baru pertama masuk pondok) antara lain:
Tanqihulqhoul(Fiqih) ,Matan Bina(Ilmu Sorof), Hadist Arbain(Hadist), Tijan Dharuri(Nahwu), Safinah(Fiqih), Awamil(Ilmu Sorof), Tashrifan(Ilmu Sorof), Tafsir Juz’ama(Ilmu Al Quran), Qomi’ Thugyan(Keimanan), Durusul Fiqhiyah(Fiqih), Usfuriyah(Sejarah), Maroq(Fiqih), Sanusi(Tauhid), Tafsir Quran,Mukhtarul Hadist(Hadist),Imriti(Ilmu Sorof),Jurumiyah(Ilmu Sorof), Khasifatussaja(Fiqih), dan Ta’lim(Peradaban).

KELAS 4,5,6 Salafy (Tingkat SMK yang sudah mendalamy kelas 1,2,3 Salafy) antara lain:
Fathul Mu’in (Fiqih), Kashipatusaja(Fiqih), Ibnu Aqil(ilmu nahwu), Nadhom Maqsud (ilmu nahwu), Tafsir (Ilmu Qur’an), Irsyadul Ibad(Fiqih), Ta’lim Muta’lim(peradaban), Dhurotunnasihin(hadist), Qomi’tughyan (keimanan), Kifayatulam(tauhid) dan Riyadulsholihin(hadist).
Salah satu cara santri agar pulpennya tidak hilang lagi adalah menuliskan kertas di dalam pulpen dengan kalimat keramat berbahasa sunda, “Anu nyokot, moal barokah elmuna.” Dalam Bahasa Indonesia artinya jika mencuri, ilmunya tidak akan bermanfaat.


Kalimat ini sangat menggelitik sehingga tak kuasa melukis senyuman. Begitu kerasnya menuntut ilmu dari pagi sampai malam, tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus belajar. Pagi hari, mereka sekolah biasa. Setelah zuhur, mereka mengaji sampai malam. Begitulah sampai 6 tahun lamanya, sampai mereka di wisuda.
Untuk kelas XII, biarkan tangisan pertamamu saat menginjakkan kaki di pondok pesantren menjadi saksi perjuanganmu saat wisuda nanti. Tangismu akan menjadi senyuman saat engkau lulus di pondok pesantren ini.
Semoga kelak, kalian menjadi santri yang hebat. Santri yang bisa bermanfaat di masyarakat dan membawa harumnya pondok pesantren tempat di mana kalian belajar dan menuntut ilmu. Biarlah pulpen yang hilang itu menjadi ladang pahalamu kelak.
Marilah mencari ilmu sampai ke negeri Cina. Jadikanlah ilmu yang di dapat, bermanfaat dunia dan akhirat. Tetap berjuang para santriku. Ibu selipkan kisah manis pulpen keramat ini untuk memotivasi kalian semua untuk semamgat belajar dan menuntut ilmu dunia dan akhirat.

Salam blogger inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd.
#KarenaMenulisAkuAda(KMAA)
#Day27KMAAYPTDChallenge

Tinggalkan Balasan