Budaya Kaizen

Terbaru71 Dilihat
(Foto dari www.hermonqualitysolutions.com)

Selain Bushido, etos kerja yang dimiliki oleh bangsa jepang adalah Kaizen. Kaizen merupakan suatu cara berpikir untuk perbaikan dan kemajuan secara terus menerus dalam kehidupan, baik individu, keluarga, masyarakat maupun pekerjaan. Kaizen berasal dari bahasa Jepang yaitu Kai yang artinya perubahan dan Zen yang berarti baik. Kaizen menekankan pada perubahan kearah perbaikan yang terus menerus atau yang lebih dikenal dengan continuous improvement

Kaizen sebenarnya lebih berfokus untuk diterapkan dalam dunia kerja untuk meningkatkan kualitas perusahaan dan karyawannya tapi metode ini juga bisa menjadi landasan untuk semua orang agar dapat bekerja lebih giat dan baik disemua bidang.

Salah satu konsep budaya kaizen adalah 5S, yaitu Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso (Resik), Seiketsu (Rawat), dan Shitsuke (Rajin).

  1. Seiri (Ringkas), yaitu memilah antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan. Membuang yang tidak diperlukan dan mencari penyebab-penyebabnya serta menghilangkan penyebabnya sehingga tidak menimbulkan masalah.
  2. Seiton (Rapi), yaitu merapikan segala sesuatu pada tempat yang tepat dan tertata serta ergonomis, sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendesak. Hal ini juga akan menghemat waktu dalam proses pencarian..
  3. Seiso (Resik) yaitu memelihara kebersihan, termasuk pembersihan dan perawatan peralatan dan fasilitas, yang akan berdampak baik untuk kesehatan pribadi, keluarga, masyarakat, termasuk juga karyawan.
  4. Seiketsu (Rawat), yaitu merawat tiga langkah yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pada langkah ini, harus dipastikan bahwa tiga langkah sebelumnya sudah berjalan secara konsisten dengan menetapkan standar-standar. Misalnya dengan membuat prosedur kegiatan yang dilakukan, siapa yang bertanggung jawab dan seberapa sering kegiatan tersebut, sehingga berbagai masalah dapat dicegah sedini mungkin.
  5. Shitsuke (Rajin). Shitsuke adalah metode yang digunakan untuk memotivasi pribadi, keluarga, masyarakat agar terus menerus melakukan dan ikut serta dalam kegiatan perawatan dan aktivitas perbaikan serta membuat pekerja terbiasa menaati aturan (rajin).

Budaya kaizen yang menerapkan perbaikan terus-menerus tentu memerlukan komitmen jangka panjang yang perlu dilakukan. Suksesnya kaizen terletak pada sejauh mana kita mampu  menerpakan 5S tersebut menjadi kebiasan, bukan karena paksaan melainkan muncul dengan sendirinya sebagai inisiatif untuk memperbaiki diri (Ardiansyah)

Tinggalkan Balasan