KMAC H-44 Redundant 39: Beragam Cerita, Beragam Makna

Redundant 39: Beragam Cerita, Beragam Makna

Oleh Erry Yulia Siahaan
(Sumber: Dreamstime)

Beragam cerita, beragam makna. Pasti ada benang merah di antara mereka.

Tulisan ini memuat beberapa penggal cerita yang tercecer seputar pandemi Covid-19. Sungguh takjub, ada pertemuan dengan sejumlah cerita dalam waktu yang relatif berdekatan. Semua terkait Covid-19, dengan masing-masing ragamnya.

Tidak ada yang kebetulan. Itu keyakinan saya. Dalam satu-dua hal, cerita-cerita itu berbeda. Namun, tentu ada benang merahnya.

Narasi ini sebagian dari yang saya yakini itu. Dua cerita tentang kelegaan dari yang pernah terkena Covid, dua kisah tentang mereka yang menemukan sukses di tengah keterkungkungan akibat Covid, dan satu cerita dari orang “yang tidak biasa” yang tetap sehat-sehat meskipun belum divaksin dan beraktivitas seperti biasa.

Jalan Matahari

Adalah sebuah jalan bernama Jalan Matahari di perumahan saya, di mana seorang teman tinggal lebih dari 20 tahun lamanya. Di jalan itu, lazimnya kompleks, rumah-rumah berderet. Satu deretan di kiri berhadapan dengan deretan lain yang di kanan.

Saat pandemi, kata teman saya (sebut saja Mila), 10 orang tetangganya di jalan itu meninggal karena Covid-19, dalam waktu berdekatan. Dia seakan tak percaya. Dia juga tak pernah bercerita sebelumnya. Hingga suatu kali, ketika kami mengantarnya pulang usai beribadah di lingkungan, dia menceritakan hal itu.

(Sumber: Lovepik)

Jalan itu kini sudah berubah nama. Pengurus rukun tetangga mengganti namanya setelah kejadian itu.

“Sekarang namanya menjadi Jalan Jaya Makmur,” kata Mila yang sangat bersyukur bisa melalui masa-masa sulit itu bersama keluarga.

“Mungkin namanya dianggap ‘kepanasan’, nggak cocok,” tambah Mila untuk melunakkan suasana, karena kami cukup kaget mendengarnya.

Mila juga tidak pernah bercerita bahwa sebenarnya dia juga sempat terkena Covid. Hal itu baru terungkap saat seorang teman pada seminggu berselang menanyakan kabarnya. Pertemuan tatap muka diberlakukan lagi mulai tahun ini. Ada yang belum sempat datang pada pertemuan bulanan Januari dan Februari. Seorang teman pada pertemuan Maret masih menanyakan cerita-cerita seputar pandemi. Dari situ saya juga baru mengetahui, ternyata bukan saya saja yang sebelumnya tidak tahu soal kejadian di Jalan Matahari.

Saya memang tinggal satu kompleks dengan Mila. Perumahan kami lumayan luas. Selama pandemi, saya jarang keluar rumah. Anak-anak menjagai saya terus. Saya tidak diijinkan ke mana-mana jika menurut mereka tidak mendesak. Bahkan, pada masa-masa awal pandemi, saya nyaris tidak keluar rumah sampai berbulan-bulan.

Seperti yang terjadi di sekitar rumahnya, penyakit Mila lumayan berat. Dia memilih untuk tidak bercerita lantaran takut merepotkan orang lain. Dia, suami, dan anak-anak sangat menjaga diri, sedapat mungkin tidak bersentuhan dengan barang-barang dari luar. Mila tetap bersyukur di tengah sakitnya. Tetap bersandar pada Tuhan. Dia dan keluarga mengisi hari-hari mereka dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, bersyukur atas segala sesuatu.

Terlepas dari belenggu Covid, membuat Mila bertambah-tambah rasa syukurnya kepada Tuhan.

Cerita tentang Jalan Matahari menyiratkan segala sesuatu bisa terjadi tanpa diduga. Cerita tentang Mila memaparkan rasa bersyukur di balik masalah, sembari tetap waspada. Mendekatkan diri kepada Tuhan melegakan batin. Bahwa ada yang meninggal, itu rahasia Tuhan. Bagi keluarga yang kehilangan, tetap perlu bersyukur dan percaya.

Seorang lanjut usia berusia 107 tahun dinyatakan sembuh dari Covid-19 di Turki (Sumber: Anadolu Agency)

Ompung dan Keluarga

Kelegaan juga datang dari seorang ompung (sebutan untuk nenek dalam bahasa Batak) yang tahun ini berusia 85 tahun. Dia dan empat orang lainnya di rumah terkena Covid. Pembantunya yang juga sudah lanjut usia (lansia), satu anaknya, dan dua cucunya ikut terkena.

Mereka tinggal di salah satu gang, di lingkungan dekat gereja, di mana rumah-rumah berjajar cukup rapat, dengan jalan masuk yang hanya bisa dilalui oleh motor. Bisa dibayangkan, risikonya lumayan besar untuk tertular dan menularkan. Terutama buat ompung yang sudah tua.

Dua minggu mereka menjalani isolasi mandiri. Tetangga banyak yang membantu memberikan makanan sehari-hari. Mereka bersyukur bisa terbebas dari Covid dan mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitar mereka.

Cerita tentang ompung dan seisi rumah menyiratkan bahwa pandemi merupakan masalah semua orang. Tua-muda bisa terkena. Pikiran kita tidak bisa mencerna bahwa seseorang yang sudah tua bisa selamat dari Covid-19. Semua karena kemurahan Tuhan. Pandemi menjadi jendela yang membuktikan adanya rasa kebersamaan antara tetangga dengan ompung dan keluarga.

Aidan Bryant pada AGT: All-Stars 2023. (Sumber: NBC)

Aidan Bryant

Aidan Bryant (18 tahun) adalah seorang arealist otodidak yang memenangkan America’s Got Talent: All-Stars 2023 (AGT: All-Stars 2023). Bryant unggul di antara 60 kontestan dari seluruh dunia, yang tampil selama enam minggu berturut-turut dengan berbagai bakat dan keahlian sejak awal Januari.

Menurut majalah Independent Messenger, bakat dan kecintaan akrobatik Bryant sudah terlihat sejak dia masih belia, di mana Bryant bisa melakukan split, handstand, backbend, dan dapat “melipat” dirinya menjadi dua. Pada usia 14 tahun, terutama setelah dia menyaksikan tayangan video konser Pink di YouTube dan lainnya di internet, dia memutuskan untuk meningkatkan keterampilannya. Bryant menggantung seprei neneknya pada pohon di halaman belakang rumahnya, tempat di mana dia rutin menjalani latihan dan mencoba gerakan-gerakan baru.

Hanya dalam dua tahun, dia telah menguasai liuk, keseimbangan tangan, dan bahkan memanah, tanpa sebelumnya memiliki pengalaman dalam menari atau senam.

Pandemi Covid membuat Bryant makin giat berlatih. Pandemi membuatnya makin terampil dan kreatif. Pada 2021, dia mengikuti America’s Got Talent (AGT) Season 16. Begitu tampil, Bryant sudah mengambil hati para juri dan penonton. Dia sempat diunggulkan, terlebih ketika Simon Cowell, salah seorang juri, memuji bakatnya yang luar biasa. Bryant berada di posisi kedua setelah Dustin Tavella, pesulap. Itu tidak mematahkan semangat. Bryan terus berlatih di tengah Covid yang masih mengharuskannya mengikuti ketentuan lockdown.

Dalam akun Facebook pribadinya, Bryant bersyukur mendapatkan kesempatan kedua untuk mengikuti AGT: All Stars 2023. Dia mendedikasikan penampilannya untuk neneknya, yang sekaligus menjadi penggemar dan pendukung terbesarnya, yang wafat Agustus lalu. Dia berterima kasih kepada Simon Cowell yang memberikannya kesempatan untuk mengikuti kompetisi itu dan kepada juri lain yang memberikan umpan balik positif untuk penampilannya.

“Thanks to all my 3F’s (family, friends and fans) for all the amazing support throughout this AGT journey,” kata Bryant.

Cerita tentang Bryant menyiratkan ketekunan, kebersyukuran, serta kejelian dan semangat memanfaatkan peluang. Pandemi bukanlah tantangan, melainkan pintu menuju kreativitas dan pengasahan keterampilan. “Kegagalan” menjadi pemenang pada Season 16 merupakan pemicu untuk tetap bersemangat. Keberhasilan Bryant tidak membuatnya lupa pada mereka yang telah mendukungnya: nenek, orangtua, keluarga, teman-teman, bahkan seluruh penggemarnya.

Ana-Maria Margean (ventriloquist) pada AGT: All-Stars 2023. (Sumber: NBC)

Ana-Maria Margean

Ana-Maria Margean adalah gadis praremaja yang seorang ventriloquist – suatu kemampuan berbicara dari perut. Dia adalah finalis sekaligus pemenang kelima AGT All Stars 2023.

Sebenarnya, Margean relatif baru dalam dunia ventriloquist. Situs NBC mengatakan, dia baru melatih bakatnya itu sejak awal pandemi. Mencoba memperdalam keterampilan itu, pikir Margean, tidaklah membuatnya rugi.

Selama masa lockdown pandemi COVID-19, Margean menemukan video ventriloquist Terry Fator, salah satu pemenang AGT 2007, yang kini sukses. Dia langsung terinspirasi untuk mempelajari seni tersebut. Pada ulangtahunnya yang ke-11, dia mendapat boneka dari ibunya, yang kemudian menjadi mitranya dalam berlatih.

Belajar semasa pandemi, membuat Margean makin mahir dan percaya diri untuk mengikuti kompetisi. Pada 2021, ketika berusia 11 tahun, dia memenangkan Romania’s Got Talent dengan bakat barunya itu. Dengan boneka anjing buatan ibunya, dia menampilkan duet “You Don’t Own Me” dan mendapat pujian dari semua juri, yang kagum bahwa dia baru saja melatih kemampuannya itu.

Wow, tidak heran kamu menang,” kata Heidi Klum, salah seorang juri AGT: All-Stars 2023. “Kamu luar biasa. Kamu cantik. Bisa bernyanyi dengan sangat indah.”

Ana-Maria Mărgean (kini berusia 13 tahun) tampil bersama Terry Fator pada penutupan AGT All Stars 2023. Tampil dengan boneka sandingan masing-masing (Maynard dan Waldo), mereka membawakan lagu A Little Less Conversation.

Cerita Mărgean menyiratkan kejelian melihat peluang di balik tantangan, dan bersemangat memanfaatkannya. Luar biasa, seorang remaja sudah mampu melakukan hal itu.

(Sumber: Trip Advisor)

“Yang Tidak Biasa”

Ini adalah satu contoh dari “yang tidak biasa”. Saya menyebutnya demikian karena jarang saya temukan dan belum tentu semua orang bisa melakukannya.

Indri, sebut saja demikian, tidak memiliki pekerjaan tetap. Tetapi, sehari-hari dia pasti sibuk melakukan kegiatan di dalam dan di luar rumah. Indri bisa melakukan banyak pekerjaan, dari yang kasar sampai yang membutuhkan keahlian mikro. Dia bisa membuat pagar rumah, rak tanaman dalam berbagai model, memperbaiki motor dan mobil, menginstalasi jaringan listrik dan komputer, menangani handphone atau gadget yang bermasalah, membuat roti, dan lain-lain.

Sepengetahuan saya, semasa pandemi, dia melakukan aktivitasnya seperti biasa. Di mana ada orang yang membutuhkan, dia akan membantunya. Bahkan, tidak jarang, dia tidak memandang upah. Dia memang tidak pernah memasang tarif jika dimintai bantuan.

Yang menarik, dia berpuasa setiap hari, dari Senin sampai Sabtu. Sarapan pagi hari, selanjutnya dia berpuasa sampai jam sembilan malam. Saya dan orang lain tidak akan pernah tahu bahwa dia berpuasa jika tidak ada yang memberitahu. Lebih menarik lagi, dia berusaha untuk berbuka puasa di rumah. Jadi, jika jam sembilan malam dia masih berada di luar rumah, dia tidak akan berbuka.

Pernah, dia berada di rumah duka sampai subuh, mendampingi keluarga yang berduka. Dia baru berbuka di rumah setelah menempuh perjalanan pulang dengan berkendara motor sejauh 40 kilometer lebih.

(Sumber: Dreamstime)

Juga menarik, dia belum divaksin hingga sekarang. Keluarga tidak memaksa agar dia divaksin. Keluarga percaya pada pilihannya.

Indri memang dikenal sebagai orang yang beriman, taat kepada Firman Tuhan. Sulit menceritakannya tanpa mengeluarkan kata-kata yang terkesan memuji. Tetapi begitulah adanya. Setiap hari, sebelum melakukan kegiatan rutin, Indri dan keluarga menyempatkan diri beribadah dulu. Mereka membaca Firman dan berdiskusi sebentar dalam menangkap makna dari bacaan hari itu.

Saya melihat penerapan arti kata “kasih” ada dalam diri Indri. Dia lemah lembut, bersikap dan berkata sopan, sangat menjaga etika ketika berinteraksi, menunjukkan penguasaan diri dalam banyak hal (dalam makan, minum, berbicara, merespon orang, dalam emosi, dan sebagainya). Saya suka mendengarkan kata-katanya yang berhikmat. Beberapa kali Indri mengoreksi saya dan saya mensyukuri hal itu.

Puji Tuhan. Indri sampai sekarang sehat-sehat. Semoga demikian seterusnya. Sulit dicerna oleh akal. Apalagi Indri bukanlah orang berada. Untuk membeli kebutuhan suplemen semasa pandemi, mungkin jauh relatif sulit buat Indri dan keluarganya ketimbang kebanyakan tetangga dan saudara-saudaranya. Istilah kasarnya, dapat uang hari ini mungkin habis hari ini, begitulah status ekonomi Indri. Tetapi, saya tidak pernah melihat dia mengeluh. Dia juga bukan tipe peminta atau senang dikasihani. Indri tetap terlihat sukacita, masih bisa bernyanyi sambil bermain gitar dalam memuji Tuhan.

Saya tidak bisa membayangkan, suatu kali, Indri dimintai tolong memperbaiki pagar besi yang lumayan sangat berat. Datang pagi, pulang malam, selama satu minggu lebih. Kadang bekerja di garasi, tapi lebih sering di luar, tertimpa panas matahari. Tidak mengeluh. Puasa tetap berjalan. Tetap berbuka puasa di rumah. Padahal, jarak dari rumahnya ke tempat dia bekerja puluhan kilometer.

Begitulah. Saya senang bersahabat dengan Indri. Saya suka sekali mendapatkan cerita tentang Indri dan lainnya dalam kehidupan saya. Saya berbahagia bisa menuliskannya di sini, berbagi. Saya semakin mengerti, cerita-cerita itu dalam beberapa hal berbeda, juga maknanya. Tetapi, benang merah di antara mereka begitu nyata: Tuhan di atas segala akal kita. Meskipun miliaran akal manusia di Bumi ini dihimpun menjadi satu, Tuhan tetap tak terjangkau.

Tuhan luar biasa. ***

Tinggalkan Balasan