Ilustrasi Foto by Pixabay
Penerbit YPTD dan Kompasiana, kehadirannya sangat terasa bermanfaat bagi para Penulis. Sinergi dan kolaborasi keduanya sangat nyata dalam perjuangan Dunia literasi Negeri ini.
Menerbitkan buku masih merupakan impian bagi banyak Penulis. Selain jumlah Penerbit yang sangat terbatas, juga berbagai kendala lain yang berkaitan dengan kualitas karya yang dihasilkan.
Menurut Perpusnas, saat ini tercatat ada 690 penerbit di seluruh Indonesia. Sisanya, 66 penerbit, tersebar di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Lebih dari separuh jumlah ini berada di Pulau Sumatera.
Sementara itu data menurut versi Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), mencatatkan ada 1.506 penerbit di seluruh Indonesia.
Di tengah terbatasnya keberadaan Penerbit, Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan hadir sebagai Penerbit untuk memberikan fasilitas penerbitan bagi para Penulis yang karyanya ingin dijadikan Buku ber ISBN.
Kehadiran Penerbit YPTD sangat dirasakan oleh para Penulis yang karya-karyanya sangat sulit menembus penerbit major.
Sementara itu untuk meningkatkan mutu tulisan, Dunia literasi kita sangat membutuhkan media yang dapat menunjang pengembangan diri bagi para penulis.
Sebuah platform blog dan publikasi online telah dikembangkan oleh Kompas Cyber Media sejak 22 Oktober 2008 yang dikenal hingga saat ini dengan nama Kompasiana.
Kehadirannya sangat membantu para penulis-penulis pemula yang nol pengalaman. Maupun penulis-penulis berpengalaman.
Mereka hanya tinggal membuka akun di sana dan melakukan verivikasi data diri menggunakan Kartu Tanda Penduduk. Resmi sudah menjadi contributor konten di Kompasiana yang bisa menulis dalam rubric yang bisa dipilihnya.
Kompasiana sudah lama berkiprah, tahun 2021 ini sudah 13 tahun melayani dunia literasi dengan menyediakan diri sebagai Rumah Bersama bagi Para Penulis beragam latar belakang.
Penulis-penulis di Rumah Bersama ini beragam dari para Jurnalis Senior, pra Pakar dengan keilmuan tertentu, Dosen, Mahasiswa milenial hingga para Pernawirawan dan Purnakaryawan atau Pensiunan. Semua bergabung di Rumah Kompsiana.
Adalah Thamrin Dahlan, seorang Purnawirawan Polri. Saat ini masih aktif memberikan kuliah di sebuah Perguruan Tinggi.
Beliau juga berprofesi sebagai Jurnalis. Sebagai Penulis, beliau sangat produktif karena telah menerbitkan 40 buku.
Pak Thamrin Dahlan adalah anggota ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Saya pertama kali mengenal Beliau di Kompasiana pada tahun 2012 ketika pertama kali saya bergabung di Blog Keroyokan tersebut pada 5 Mei 2012. Sementara beliau sendiri sudah bergabung dua tahun sebelumnya tepatnya 19 Agustus 2010.
Beliau berkiprah di Kompasiana sudah menghasilkan 2874 artikel dengan 1.635.713 pembaca. Ya benar hampir 3000 artikel dan 1,6 juta pembaca sejak beliau bergabung di Kompasiana.
Uniknya setahun yang lalu pada tanggal yang sama dengan bergabungnya di Kompasiana, Pak Thamrin mendirikan Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) tepatnya pada 19 Agustus 2020.
Inilah media yang dijadikan sarana perjuangannya dalam memajukan dunia literasi bagi Negeri ini. Kehadiran Penerbit YPTD sangat memberikan manfaat luar biasa bagi para penulis yang ingin karya-karya mereka terbit dalam bentuk Buku.
Dalam usianya baru setahun ini, Penerbit YPTD sudah berhasil mencetak lebih dari 300 Buku dengan ISBN.
Hal ini karena muara bagi para penulis adalah adalah terbitnya karya-karya mereka dalam bentuk buku baik dalam bentuk cetak maupun digital.
Para Penulis dapat mengirimkan hasil karyanya untuk diterbitkan menjadi Buku ber ISBN hanya dengan dana seikhlasnya kepada Penerbit YPTD.
Bagi saya, dalam mengisi hari-hari pensiun, dengan gembira saya selalu meluangkan waktu untuk menulis di Kompsiana. Rubrik Olah raga terutama cabang sepakbola yang paling banyak saya isi dengan artikel baik reportase pertandingan atau analisa pra laga atau pasca laga.
Selain rubrik olah raga, saya juga kerap menulis karya fiksi baik berupa cerpen maupun novel. Atau kadang juga rubric puisi.
Media seperti Kompasiana ini merupakan tempat yang sangat nyaman bagi para penulis yang meramaikan khasanah dunia literasi.
Karya-karya tulis yang ditayangkan di Kompasiana akan lebih sempurna andai bisa diterbitkan menjadi karya Buku yang berguna bagi memajukan Dunia literasi.
Untuk itulah sangat dperlukan media penerbitan yang dapat menampung karya-karya tersebut sehingga akhirnya bisa terbit menjadi Buku.
Terutama bagi saya sebagai Pensiunan sejak tahun 2011, kehadiran Penerbit YPTD adalah ibarat air di tengah dahaga dan api semangat di tengah dingin dan senyapnya kemalasan.
Penerbit YPTD telah kembali membangkitkan semangat menulis. Memang saya sudah pernah menerbitkan buku berupa novel dan kumpulan Cerpen dari beberapa Penerbit berbayar.
Namun Penerbit YPTD selalu menyediakan fasilitas sebagai penerbit ber ISBN tanpa pungutan biaya atau biaya seikhlasnya. Sejauh ini saya baru menerbitkan 3 buah buku, dua buku fiksi berupa Novel dan satu buku ilmiah.
Dua fiksi saya yang diterbitkan YPTD adalah Novel Novel Puspita Hati dan Sugar. Sedangkan karya ilmiah kategori non fiksi, sebuah buku berjudul Teknologi Tebu. Karya ini adalah pengalaman selama saya bekerja sebagai salah seorang peneliti teknologi pasca panen di sebuah lembaga penelitian.
Dalam usianya yang baru setahun pada tanggal 19 Agustus 2021, Penerbit YPTD telah banyak beraksi dalam memperjuangkan dunia literasi.
Kompasiana dan Penerbit YPTD, kehadirannya sangat terasa bermanfaat bagi para Penulis. Menumbuhkan semangat tinggi berjuang dalam dunia literasi untuk terus berkarya.
Dirgahayu Penerbit YPTD. Semoga pada tahun-tahun mendatang semakin terus berkembang menjadi Penerbit yang maju dan Berjaya.
@hensa
Sindangpalay 22 Agustus 2021
1 komentar