Menulis Sketsa Kehidupan : Merasakan Lebih Dalam Makna Tobat

Ilustrasi Foto Sampul Buku by Ajinatha

Setiap menginjak tahun baru ada rasa haru menyeliputi sanubari. Bagaimana tidak. Sejenakpun waktu tidak akan pernah mau berhenti.

BACA JUGA : Menulis Sketsa Kehidupan : Jadilah Pribadi yang Tahu Diri

Detik demi detik, hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan berlalu begitu cepat. Tiba-tiba saja tahun baru berikutnya sudah menjelang.

Ya Allah benar apa kataMU :

“Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, nasihat menasihati agar menta’ati kebenaran dan nasihat menasihati agar menetapi kesabaran (QS 103 : 1-3).

Sungguh tidak ada waktu untuk bermalas-malasan karena begitu berharganya waktu. Usia akan semakin tua seiring waktu berjalan.

Hal ini juga berarti pintu kematian semakin dekat. Hal ini juga berarti jika hari telah berganti maka hari kematian menjadi lebih cepat satu hari.

Sungguh jangan sia-siakan waktu berlalu agar tidak menjadi orang yang merugi. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini.

Apakah pada situasi seperti itu kita tidak ingat dengan dosa-dosa kita? Rasanya sangat naif jika kita lupa dengan dosa dan kesalahan yang terjadi dalam kehidupan.

Sangat bijak hal itu harus direnungkan dengan penuh kesadaran. Penuh dengan khusyu untuk menuju tahapan pertobatan.

Mengapa kita harus tobat? Karena kita adalah manusia tempatnya dosa dan kesalahan.

Nabi Muhammad saja, seorang Kekasih Allah, selalu mengucapkan permohonan ampun kepada Allah sebanyak 70 kali dalam sehari, seperti diriwayatkan sebuah Hadis.

Apalagi kita yang hanya manusia biasa dipastikan penuh dengan dosa dan kesalahan.

Menurut Imam Al Ghazali dalam kitabnya yang berjudul Teosofia Al Quran, menyebutkan bahwa Tobat adalah awal perjalanan para Penempuh dan merupakan kunci kebahagiaan para Pengharap ke Hadirat Allah.

Simak FirmanNya : ” Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang Menyucikan diri” ( QS 2 : 222).

Esensi tobat itu adalah ketika kita berhasil kembali dari jalan yang sesat menuju jalan yang benar. Kendati begitu pemahamannya tidak sesedarhana definisi seperti itu.

Tobat harus memiliki prinsip dasar berupa iman dan keyakinan yang sungguh-sungguh. Niat yang kuat untuk bertobat.

Iman itu akan memberikan pancaran cahaya ma’rifat dalam kalbu yang menghancurkan segala racun dosa di dalamnya.

Berpijak dari sana akan tumbuh rasa takut dan penyesalan yang dalam. Diiringi tekad yang kuat untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut bahkan menjauhkannya dari kehidupan selamanya.

Maka semakin jelas dalam kehidupan kita yang berbatasan dengan waktu, tobat itu adalah kewajiban seorang hamba kepada Khaliqnya.

Janganlah menyia-nyiakan waktu yang sangat cepat berlalu dan tidak pernah mau kembali barang sedetikpun. Waktu terus bergerak ke depan menuju satu titik kepastian yang mutlak yaitu akhir dari kehidupan.

@hensa

Tinggalkan Balasan