Kembali ke Rantau

Terbaru6 Dilihat
Bismillah, dengan kebulatan tekat kutinggalkan Gunungkidul untuk kesekian kalinya

..

Hari perpisahan pun tiba.  Minggu pagi menjelang siang dan cuaca sedikit mendung kami packing hasil kebun ke kendaraan. Simbah Putri pagi ini dibuat sibuk dalam membagi bawaan untuk ketiga anaknya. Makanan yang disiapkan sudah semua matang, barang bawaan sudah siap diangkut.

Rasa haru menyelimuti diri ini, manakala melihat raga mbah yang makin ringkih. Manakala usia sudah memasuki senja, tidak ada anak dan cucu yang senantiasa mendampinginya. Mbah sebetulnya tidak benar-benar sendirian di rumah tabon tersebut. Ada Erna putri ketiga mbah yang dikarenakan sakit stroke, terpaksa menetap di kampung.

Suami Erna yang asli Padang Sumatera Barat tersebut mengantarkannya pulang kampung. Melihat keduanya menambah rasa gamang untuk kembali ke Jakarta.  Dua sosok wanita yang bisa dibilang kondisinya kurang sehat untuk ditinggalkan hanya berdua. Namun apa boleh buat, Jakartalah tempat saya mengais rejeki.

Rejeki yang saya dapatpun pasti ada bagian untuk kedua sosok wanita yang saya tinggalkan di kampung ini. Tidak terbayangkan dalam benak kami seandainya tetap tinggal di kampung. Ladang dan sawah yang tidak seberapa luas harus kami garap sebagai mata pencaharian. Apalagi pertanian yang ada di kampung masih mengandalkan air hujan.

Mbah putri melepas kami dengan derai air mata, satu persatu cucunya diciumi. Mbah tanpa ragu ataupun takut memeluk kami erat. Kami juga sudah menjaga badan kami agar tidak membawa virus covid-19. Usia mbah yang sudah renta membuat kami ekstra waspada.

Secara perlahan kami tinggalkan halaman rumah mbah. Kami menggunakan dua kendaraan, satu tujuan Bekasi dan satu lagi tujuan Jakarta. Rute Gunungkidul-Jakarta dalam kondisi normal bisa ditempuh dalam 8 jam. Pintu tol Colomadu yang menjadi tujuan awal kami. Perjalanan lancar kami tempuh dalam 5 jam. Kondisi jalan tol mulai merayap di KM 172, bahkan beberapa titik sempat terhenti. Titik pertama kendaraan terhenti di KM 169.

 

Kemacetan di Cipali

 

Faktor perbaikan jalan di KM 122, menjadi penyebab kemacetan yang memakan waktu empat jam lebih lima belas menit ini. Akibat pergeseran tanah di ruas tol Cipali membuat kami terlambat tiba di rumah.  Target waktu tempuh delapan jam ternyata mundur menjadi tiga belas jam tiga puluh dua menit.

Walaupun macet kami tetap bersyukur, karena kondisi kami dari berangkat ke kampung sampai dengan tiba kembali di rumah diberikan kemudahan dan kesehatan.  Hari Seninlah yang harus segera dipersiapkan, hari di mana pembagian raport semester ganjil akan dilaksanakan.

Keterlambatan dikarenakan macet, menyebabkan data anak bermasalah dalam PJJ belum dipersiapan dengan baik. Lembur menyiapkan materi sebelum menemui orang tua dan anak menghalangi mata terpejam. Doa dan harapan terselip saat menyiapkan data,  semoga pertemuan dengan anak yang berkendala di PJJ membuahkan hasil. Aamiin Ya Rabbal Alamin

 

Tinggalkan Balasan