Batik dan Polemik Kebangsaan Sebuah Opini

Humaniora, Sosbud204 Dilihat

Siapakah yang tidak pernah mengenal batik? Aneh jika tidak mengenal batik, sebab setiap minggu di lembaga instansi baik pemerintah maupun swasta di wajibkan memakai batik. Beberapa tahun ini batik sering dikaitkan dengan budaya tertentu. Yang jelas asal mula batik terutama dari Jawa. Budaya batik berkembang dari kalangan Keraton.

Secara desain batik memang banyak kesamaannya dengan produk luar. Berbagai ragam hias yang ada hampir mirip dengan ragam hias. China, Arab, Amerika Latin, India, Malaysia, Thailand. Namun teknolog batik asli terutama berasal dari Jawa. Dibuat dengan penuh ketelitian bahkan konon dilakukan sambil puasa. Ada filosofi dalam setiap desainnya. Dulu malah ada sisi mistisnya pada corak batik yang biasa dipakai oleh raja, kerabat keraton.

Nama Batik sendiri sebetulnya sudah identik dengan  salah satu daerah asal yaitu jawa. Batik  adalah singkatan amba dan tik. Amba berarti menulis  sedangkan tik berasal dari kata nitik atau membuat titik.

Jadi batik itu perpaduan dari lukisan di atas kain dan titik-titik adalah ciri khas batik itu sendiri. Menurut sejarah batik sudah ada sejak jaman Majapahit. berkembang pesat lagi  di abad XVII,  terutama di kalangan kraton (Yogyakarta dan Surakarta). Batik amat erat hubungannya dengan kegiatan para puteri dan abdi dalem, Mereka membuat kain batik untuk dipakai sebagai  baju dan jarik(bawahan). Berbagai motif batik tergantung dari pengaruh lingkungan. Umumnya keraton membuat batik sebagai  simbol keagungan, kewibawaan, identitas  kebangsawanan.  Proses membatikpun kadang masih disertai dengan puasa, mati raga dan laku ritual lainnya untuk bisa menampilkan batik  sebagai bagian dari adat, tradisi dan  bagian kebudayaan.

Batik bermacam-macam ada batik pedalalan yang didominasi warna  coklat. Corak warnanyapun tidak semeriah batik pesisiran yang bisa menyertakan banyak warna.  Motif-motif batik pedalaman semisal  parang(parang kencana, parang rusak), kawung, Sido Mukti, Sido  Luhur, Sekar jagad, Cuwiri, sudagaran.Banyak makna  terkandung dari berbagai motif batik tersebut. Skear jagad misalnya mempunyai arti kecantikan, keindahan. Sekar itu bunga sedangkan jagad  itu adalah dunia.  Batik Sekar jagad itu melambangkan keindahan, kecantikan. Banyaknya motif dan ragam batik itu menunjukkan keberagaman, kekayaan budaya, kekayaan seni serta intelektualitas penciptanya.

Proses membatik secara tradisional  jarang ditemukan di negara lain. Penggunaan malam, canting, pewarna alami ( kunyit, daun jati, soga tingi, Soga tegeran, soga jambal, biji kesumba, daun indigo) dan buatan seperti naptol, indigosol, wantek. Proses membatik yang rumit dan butuh kesabaran memetik hasilnya(terutama saat menutup  lukisan dengan lilin(malam ), pewarnaan, pelorotan malam dan akhirnya mengunci  warna.

Kalau ada orang yang mengejek tentang batik sebagai produk luar dan bukan identitas Indonesia sungguh memprihatinkan. Masih ada orang Indonesia yang berpikiran picik menganggap batik bukan asli Indonesia. Setiap negara  mempunyai identitas kebudayaannya, cara berpakaian, keragaman seni budaya, keragaman suku bangsa,  perilaku dan  karakter yang terbentuk oleh  lingkungan dan alam sekitarnya.

Menyangkut ragam hias, bisa saja terpengaruh oleh budaya luar, tetapi peradaban bangsa Indonesia sebetulnya sudah maju dari dulu. Lihat saja relief di Borobudur yang menegaskan tentang majunya peradaban di masa itu ( Mataram kuno ). Ukiran relief tentang aktifitas manusia, serta budayanya baik orang yang memainkan beragam musik, aktifitas budaya sudah terlihat membuktikan bahwa Indonesia sebetulnya tidak kalah dengan yang lain.

Kekayaan ragam hias tidak heran karena jenis jenis tumbuhan, binatang, alam banyak memberi inspirasi untukungan dijadikan pola ragam hias. Misalnya sulur, berbagai jenis bunga, beragam burung, hewan bisa dijadikan model ragam hias. Batik Pedalaman misalnya sering mengambil pola dari kekayaan ragam hias yang ada di hutan dan pegunungan. Muncul pola sulur suluran atau daun rambat seperti sirih yang bisa dijadikan model   batik.

Misalnya truntum, biji – bijian yang jadi pola ragam hias kawung, ataupun jenis – jenis serangga seperti kwangwung. Untuk pewarnaan bisa menggunakan buah soga dengan dominasi warna coklat. Pewarna alami bisa mudah didapatkan, seperti daun suji, atau tulang belulang, serta daun- daun lainnya yang bisa dijadikan pewarna alami, sedangkan pewarna buatan baru kemudian didatangkan dari luar terutama dari China.

Batik meskipun dulu datang dari kalangan keraton sekarang sudah menjadi semacam identitas negara. Mari bangga pada batik dengan ribuan desain dan ragam dari berbagai pelosok negeri. Kekayaan budaya dari berbagai suku bangsa menjadikan Indonesia menjadi destinasi kebudayaan. Jadi netizen perlu berpikiran waras untuk tidak mengolok – olok budaya sendiri. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Batik itu simbol peradaban. Batik  simbol  penghargaan terhadap keunikan produk budaya dan dunia sudah mengakuinya. Mari bersatu memperkuat  identitas Indonesia dengan  kekayaan alam serta produk budayanya. Batik oleh UNESCO bahkan  telah sebagai warisan  kemanusiaan untuk  budaya lisan dan non bendawi (Masterpieces of the Oral and intangible Heritage of Humanity) sejak  2 Oktober 2009. Sangat aneh bila ada orang yang melecehkan kebudayaannya sendiri.

 

Tinggalkan Balasan